(Harap pembaca lebih bijak dalam membacanya)
Di jakarta pusat, tepatnya di markas utama Halcyon adalah tempat dimana Juna Araksa di sekap. Ia duduk di sebuah ruangan kecil dengan dua kursi yang saling berhadapan dan sebuah meja yang cukup besar dengan banyak kertas diatasnya.
Ia membaca lembaran demi lembaran, berharap ia dapat menemukan sesuatu tentang siapa yang menculiknya dan kenapa mereka menculiknya.
Tapi nihil, yang justru ia temukan adalah dokumen dari korban-korban yang pernah berada disini sebelumnya. Tidak ada yang Juna kenal, tapi ia memasukan satu lembar profile bio ke dalam kantongnya untuk ia selidiki jika Juna berhasil keluar dari sini.
Juna juga mencoba mencari jalan keluar di ruangan itu, tapi tidak ada celah. Bahkan jendela pun tidak ada, satu-satunya akses keluar masuk hanya pintu besi yang kecil.
Tangan Juna memang tidak di ikat atau di mulut di sumpal dengan lakban seperti di film-film. Mungkin alesannya karena Juna datang dengan sukarela, tapi bukan itu alasan utamanya.
Alasan utamanya adalah karena Bagas yang terus menerus merangkul Juna, sehingga ia tidak bisa kabur dan berakhirlah dia disini, di satu ruangan terkunci.
Juna sangat takut, ia tidak pintar untuk membuat siasat licik seperti Hazel, ia tidak jago berkelahi seperti Calvino, ia juga tidak bisa memainkan ekspresi seperti Gara. Ia berharap bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi.
Ceklek
Suara pintu terbuka, menampilkan sosok Bagas yang sedang santai meminum pop Ice lalu terdiam melihat Juna yang pucat pasi, mata Juna sembab seperti habis nangis.
Bagas tersenyum lalu menyodorkan minuman itu ke Juna "mau?"
Juna sedikit kaget dengan tawaran Bagas "jangan main-main, gua kesini bukan buat minum pop Ice"
Bagas sedikit membeku, apa yang salah? Bagas hanya menawarkan pop Ice ini karena rasanya sangat enak. Kenapa Juna sebegitu marahnya. Apa ia tidak menyukai rasa Taro.
Bagas berjalan dan menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan Juna. Ia memperhatikan Juna cukup lama sambil tersenyum.
Juna sedang ketakutan tapi bagi Bagas itu sangat lucu. Bagas semakin ingin membuat Juna lebih ketakutan. Bagas ingin melihat Juna menangis, gemetar ketakutan dan mungkin memohon ampun seperti yang ia lakukan sebelumnya.
"Juna Araksa, 20 Tahun. Asal Bandung. Nama ayah Suhardi dan ibu Tati. Mempunyai usaha baso yang lumayan besar dan mempunyai beberapa cabang yang tersebar di bandung."
Jackpot, seperti yang Bagas harapkan. Juna menatap Bagas dengan mata yang bergetar ketakutan. Rasa kaget, takut, dan merinding menyelimuti tubuh Juna.
Juna bangun lalu menarik kerah Bagas dengan cepat "JANGAN PERNAH SENTUH KELUARGA GUA"
"Wow wow kalem, ayo kita buat kesepakatan"
Juna melepaskan kerah Bagas "kesepakatan apa? Sebenernya siapa kalian?"
"lu tolol ya? Apa hacov sekumpulan orang tolol yang ga cari tau dulu lagi di wilayah siapa? Kalian udah bikin rusuh di wilayah gua dan sekarang akting layaknya korban, are you fucking kidding me?"
Bagas bangun dan berjalan mendekati Juna, mengarahkan kursi Juna untuk menghadapnya.
"Sebutin semua nama petinggi Hacov, atau lu mau ngerasain darah lu sendiri?"
Juna tertawa dan meludah tepat mengenai baju Bagas "makan tu sialan!"
Bagas menutup matanya lalu menghembuskan nafas perlahan, dengan cepat langsung menendang dada Juna hingga ia terlempar mengenai tembok.
Juna terbatuk sesak, rasanya dadanya sakit bukan main. Perih dan nyeri terus terasa di dadanya.
Dengan pandangan yang buram, Juna melihat Bagas mendekati Juna dan berjongkok, melihat wajah Juna yang kesakitan membuatnya sangat bahagia. Lihat saja wajah kemerahan Juna yang sedang menahan sesak, serta mata yang bergetar dan keringat yang mengucur deras.
"You look so sexy" Bagas menjambak rambut Juna dan menempelkan bibirnya ke bibir tipis Juna, satu tangannya terus menahan tengkuk Juna, tidak memberi izin sama sekali untuk Juna mengambil oksigen.
Bagas merasakan Juna memberontak tapi apa bagas peduli? Tentu tidak, ia semakin melumat, menghisap dan menggigit bibir Juna dengan lapar. Bagas merasakan jantung yang berdebar dengan cepat, darah yang mengalir deras dan pikiran yang semakin kabur.
Sudah lama ia tidak merasakan sensasi ini, ini sangat nikmat. Bahkan lebih nikmat dari puluhan gadis yang pernah berciuman dengannya.
Badan Juna bergetar, semakin Bagas menciumnya dengan lapar, semakin hilang tenaga dan kewarasan Juna. Bagas mencium Juna dengan gila.
Setelah beberapa lama, Bagas melepaskan ciumannya, menciptakan benang saliva yang masih menyatu.
Bagas menatap wajah Juna, memperhatikan tatapan Juna yang sayu, bibir yang merah, dan nafas yang terengah-engah. Itu sangat indah.
Bagas berbisik tepat di telinga Juna "Now, tell me babe"
*
*
*
*
*
Rafa berada di sebuah Cafe dekat kampusnya, menikmati secangkir kopi dan di temani oleh headset dan musik kesayangannya.Beberapa hari ini tidak ada gangguan, hidupnya sangat damai dan Rafa sangat menikmati itu sebelum ia merasakan firasat buruk yang akan terjadi.
"Gakk!!" Rafa sedikit teriak. Ia menggigit ujung kukunya, mencoba mengingat-ingat hal apa yang telah ia lupakan selama seminggu ini. Hidupnya sangat tenang, itu aneh.
"Cantik, kopi nya mau di tambah?"
Rafa menoleh ke sumber suara, menatap orang itu dengan malas. Apa ini alasan dibalik firasat buruknya? Sedangkan orang yang sedang ditatap sedang senyum merekah.
"Jalangkung ya lu?"
Hazel terkekeh, tanpa izin ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Rafa.
"Si manis kenapa sendirian aja?"
"Bukan manis"
"Jadi?"
"Rafa"
Hazel tersenyum, Rafa tidak bereaksi apa-apa. Badannya kali ini sangat lemas dan malas bereaksi berlebihan. Keduanya bisu, tidak ada yang memulai percakapan lagi,
Hazel mengalihkan pandangannya keluar jendela melihat buliran hujan yang mulai turun, di iringi dengan suara dan kilatan petir yang menyambar tapi matanya sama sekali tidak berkedip. Kilat dan suara dentuman keras terus menerus bersautan.
Rafa memperhatikan mata Hazel yang semakin berkilau seolah sedang melihat sesuatu yang menakjubkan.
Bibir Hazel bergumam "indah"
"Indah?"
Hazel mengangguk tanpa menoleh "petir itu indah, liat aja kilatan cahaya yang mereka ciptain"
Rafa menoleh memperhatikan setiap kilatan di langit. Batin Rafa "bener indah tapi..."
Rafa kembali menoleh ke mata Hazel yang berbinar, kilatan cahaya dari mata Hazel terlihat lebih menarik.
Entah apa yang membuat Rafa berpikir seperti itu, saat ini Rafa hanya terfokus menatap mata itu.
Bibir Rafa bergumam "Ceraunophile?"
TBC
N: maaf ya aku lama update nya, aku belakangan ini sering ketiduran sepulang kerja.
Semoga kalian suka ya cerita ini, boleh komen dong kalian suka Bagas sama Juna kah? Soalnya aku ga ada kepikiran jadiin mereka couple.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceraunophile | HYUCKREN
ActionWarn! Lokal harshword bxb 18+ (Jangan salah lapak ya) dua orang wakil ketua gang dipertemukan oleh konflik yang sulit "wakil ketuanya itu si kecil?" ucap hazel dengan wajah yang kaget 🏅 #63 gangster 🏅 #73 dongren