07

497 40 1
                                    

Dibawah sinar mentari sore hari yang cukup cerah, seorang pemuda berkulit tan sedang asik berjalan sambil menenteng sebungkus gorengan.

Pemuda itu membayangkan dirinya memakan gorengan yang masih hangat, di temani dengan kopi kapal api kesayangannya membuat ia tidak mampu menahan senyumannya.

'Pake mie rebus enak kali ya' batin Hazel.

Tapi kakinya terpaksa berhenti tepat di depan sebuah gang kecil yang sepi, ia melihat beberapa anak sekolah menengah atas (SMA) yang sedang merokok, berpakaian kucel, bahkan membawa minuman keras, entah dari mana mereka mendapatkannya.

Saat sedang memperhatikan, matanya terfokus pada satu orang berkulit putih dengan wajah penuh luka. Hazel tersenyum remeh seperti sudah mengerti apa yang sedang terjadi disini.

Kakinya perlahan berjalan masuk mendekati segerombolan orang yang nampaknya sudah menyadari keberadaan Hazel. Ia mengambil satu goreng bakwan yang masih panas lalu memakannya.

"Oi, masa muda masih panjang. Masa udah mau di ancurin aja" Ucap Hazel.

"Ka mending jangan ikut campur, kakak pergi aja mumpung kita masih bilang baik-baik"

Hazel tidak fokus mendengarnya, ia malah kaget dengan rasa bakwan yang sangat enak ini. Haha mungkin ini akan jadi gorengan favoritnya di Jakarta.

"Ka, lu ga tuli kan ka?" Ucap salah satu orang yang terlihat seperti pentolan di sana. Ia mendorong kepala Hazel dengan satu jari.

Dorongan itu membuat Hazel tersadar kembali, saat yang lebih muda ingin mendorong kepalanya untuk yang kedua kali, jari nya lebih dulu di tangkep oleh Hazel.

"Sia kudu sopan ka kolot" Ujar Hazel menekuk jari di genggamannya hingga sang empunya merintih kesakitan. (Tl: lu kalo sama orang yang lebih tua itu yang sopan)

"Coba sia minta hampura" (Tl: coba bilang maaf dulu)

Yang lebih mudah terlihat susah payah menahan sakit "ampun kang, ampun"

"Nah gitu" Hazel melepaskan jari yang di genggamannya. Lalu menyuruh segerombolan itu untuk pergi.

Setelah mereka pergi, Hazel mendekati pemuda yang tampak terluka cukup parah. Mata nya beralih menatap name tag yang tertera Januarta Dhirtayasa

"Lu gapapa?"

"Bang, liat kacamata aku ga?" Tanya pemuda bernama Juan itu yang meraba-raba aspal.

Hazel mengedarkan pandangannya, di ujung tidak jauh dari sana tampak benda tidak asing. Hazel memungut benda tersebut dan di berikannya ke Juan.

"Makasih banyak bang" Juan berdiri dan segera memasang kacamatanya.

"Iya, tapi luka lu harus cepetan di obatin"

"Nanti di obatin sama abang aku"

"JUAN!!" Mereka berdua reflek menoleh ke sumber suara, terlihat seorang laki-laki yang sedang berlari dengan wajah panik.

Laki-laki itu melihat Juan dengan wajah kaget, panik, dan air matanya seakan ingin jatuh. Dengan cepat ia menoleh ke Hazel.

"Wow santai dulu, bukan gua pelakunya"

"Iyaa bang Artha tenang dulu, aku tadi di tolongin" Juan dengan cepat memegang lengan Artha dan mengelusnya.

Akhirnya pemuda bernama Artha pun melemas dan menimbulkan senyum tipis di bibir "maaf ya udah salah paham. Namanya siapa?"

"Hazel"

"Hazelnut"

"Bukan atuh" Hazel mengarukkan tengkuknya yang tidak gatal. Canggung, sangat canggung, Hazel tidak suka ini. Ia ingin cepat-cepat pergi dan memakan gorengannya.

Ceraunophile | HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang