• ⟡ 「 𝟏𝟒 - 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 」 ⟡ •

476 91 2
                                    

⟡ ------------------------- ⟡

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐭𝐨 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐨𝐤𝐞𝐲𝐲?

⟡ ------------------------- ⟡

Tapp..

Tapp..

Tapp..

Halilintar melangkah dengan pelan menyusuri taman. Di tangan kanannya, ada setangkai mawar yang baru saja ia beli beberapa waktu yang lalu.

Alasan mengapa ia membeli bunga itu sangat sederhana. Itu karena bunga itu mengingatkannya akan orang-orang yang sudah lama tiada. Yaitu, sosok yang sudah kehilangan nyawanya hanya demi dirinya. Sosok wanita-wanita yang memberikannya kesempatan untuk hidup dan melihat betapa indahnya dunia.

Halilintar terus berjalan, sampai dimana ia menemukan sebuah bangku dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Angin sejuk bertiup kencang, mengibaskan rambutnya yang tak tertutupi oleh apapun. Udara bersih khas taman memasuki indra penciumannya. Pemandangan bunga dan pepohonan didepannya menyejukkan hati siapapun yang melihatnya.

Benar-benar tempat dimana Halilintar bisa menyendiri dan melupakan semua masalahnya. Ya walau jika dipikir-pikir lagi, ia tak benar-benar punya masalah. Hanya saja, pikirannya selalu terbayang akan keluarga lamanya yang dulu ia pertahankan dengan susah payah.

"Dan sekarang keluarga itu sudah hancur hanya karena satu kesalahanku.."

Halilintar bergumam dengan tangan kanannya yang terangkat dan memegangi dadanya. Tepat dimana jantungnya berada. Lalu tangan kirinya yang memegangi matanya.

"Andai saja dulu aku tidak menerima semua ini, pasti sekarang kalian masih hidup! Pasti keluarga kalian tidak akan sehancur ini! Iyakan? Ibu.. bunda.. kak Kira.."

Mata Halilintar seketika memanas. Ia mengingat masa lalunya yang kelam itu. Dimana ibu kandungnya yang rela berjalan jauh hanya untuk membawanya ke rumah sakit. Bahkan tanpa mempedulikan kondisinya, sehingga ia berakhir dengan harus tiada.

Lalu bunda angkatnya yang harus tiada karena mendonorkan jantungnya padanya. Padahal Halilintar sudah menolaknya dengan keras.

Kemudian Kira'na, wanita yang sepenuhnya bukan siapa-siapanya itupun juga harus mengorbankan nyawanya hanya demi penglihatannya.

Ketiga wanita itulah yang menyebabkan Halilintar masih bisa hidup sampai sekarang.

"Tidak terasa.. sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu ya?" Gumamnya perlahan.

Ia kemudian mengenang masa dimana ia sudah keluar dari rumah sakit setelah mendapatkan donor mata dari Kira'na.

Dulu ayah dan adik-adiknya memang bertanya-tanya tentang matanya yang berubah dari merah gelap menjadi merah ruby. Tapi Halilintar berbohong dengan mengatakan bahwa itu adalah warna mata aslinya. Dulu matanya terlihat lebih gelap karena memang tak terlihat saja.

Untungnya mereka percaya dan tidak menanyakan lebih jauh lagi. Lagipula mereka juga sebenarnya ragu tentang warna asli mata Halilintar. Karena sebelumnya, warna mata Halilintar memang tak menentu. Terkadang merah gelap, terkadang merah cerah, bahkan terkadang juga merah soft. Intinya, warnanya selalu berubah seperti suasana hatinya.

Lalu tentang kematian Kira'na, Halilintar juga berbohong tentang hal itu. Kebohongan itupun terjadi karena ajuran dari pihak rumah sakit yang diarahkan oleh permintaan Kira'na dulu.

Be Independent [Halilintar] || 「𝘖𝘯 𝘎𝘰𝘪𝘯𝘨」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang