⟡ ------------------------- ⟡
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐭𝐨 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐨𝐤𝐞𝐲𝐲?⟡ ------------------------- ⟡
Tak terasa dua hari sudah berlalu sejak saat itu. Akhirnya, Halilintar pun menetap di kota River. Ia tak punya pilihan lain, karena jika harus kembali ke pulau Rintis, ia tidak memiliki cukup uang.
Saat ini, Halilintar tinggal disebuah kontrakan kecil di pemukiman kecil di kota River. Ia tak sengaja melihat kontrakan itu disaat ia sedang mencari tempat untuk bermalam.
Awalnya ia pikir bahwa ia tak akan bisa mengontrak disitu jika tak punya uang muka, tapi ternyata tidak juga. Sang pemilik kontrakan itu ternyata sangat baik, ia rela membiarkan Halilintar mengontrak dulu meskipun ia belum bisa membayar uang mukanya.
Pada saat itu, Halilintar sangat bersyukur. Setidaknya ia tak akan merasakan rasanya tidur di luar.
Tapp..
Tapp..
Tapp..
Halilintar berjalan dengan sempoyongan di pinggir jalan. Saat ini sudah larut malam, dan ia baru saja kembali dari mencari pekerjaan. Sudah sejak dua hari lalu ia mencari pekerjaan, tapi masih belum juga mendapatkannya.
Hal ini mengingatkan Halilintar, akan saat dulu ia pertama kali mencari pekerjaan di kota Rintis. Susahnya itu sama seperti saat ini, bahkan bisa dibilang lebih susah. Karena kota River itu adalah kota yang terkenal akan kemajuan teknologinya, hal itu membuat lowongan pekerjaan di kota ini terbilang cukup sedikit. Hampir semua pekerjaan digantikan oleh robot.
Halilintar menghela nafas panjang, tangan kanannya pun terangkat untuk memegangi perutnya. Ia kemudian meringis pelan.
'Ya tuhan, aku lapar..'
Terhitung sudah dua hari ini Halilintar tidak makan, terakhir kali ia makan itu pun saat dirumah sakit waktu itu. Dua hari terakhir ini, Halilintar sudah berusaha mengganjal perutnya dengan air yang diberikan oleh tetangganya. Tapi sepertinya, air saja tidak cukup untuk menahan rasa laparnya.
"Huft.. jadi, inilah yang sebenarnya disebut 'berdikari' ya?"
"Aku sudah menduga bahwa hal ini akan sulit, tapi aku tidak menyangka akan sesulit ini.."
"Aku harus segera mencari pekerjaan, aku tidak bisa bertahan jika terus menerus seperti ini."
"Ugh.." Halilintar memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja pusing. Awalnya ia meringis pelan, tapi lama-kelamaan ia pun membiarkannya. Karena jujur saja, akhir-akhir ini ia memang sering pusing kepala secara tiba-tiba.
Sepertinya, itu disebabkan oleh dirinya yang akhir-akhir ini tidak tidur secara teratur.
"Ugh.. sial.. kenapa pusing ini selalu datang di saat yang tidak tepat?" Halilintar mempercepat langkahnya, ia harus segera sampai dikontrakan sebelum rasa sakit di kepalanya semakin parah.
Tak lama setelah ia berjalan, ia pun akhirnya sampai di depan pintu kontrakannya. Halilintar pun langsung masuk dan merebahkan dirinya di kasur. Ia menggeram sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Independent [Halilintar] || 「𝘖𝘯 𝘎𝘰𝘪𝘯𝘨」
Genel Kurgu• ⟡ 「 𝐁𝐞 𝐢𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐭 」 ⟡ • ⟡ ------------------------- ⟡ Halilintar Vral Thunderstorm.. Itulah namaku.. Aku adalah seorang anak yang disuruh untuk berdikari. Berdikari, atau kata lainnya adalah mandiri. Sebagai seorang pelajar yang belu...