⟡ ------------------------- ⟡
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐭𝐨 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐨𝐤𝐞𝐲𝐲?⟡ ------------------------- ⟡
"Ughh.."
Seorang pemuda terbangun dari tidur panjangnya. Iris ruby miliknya kemudian memperhatikan sekelilingnya. Ia saat ini berada diruangan yang asing.
Dinding putih, jendela dengan gorden tosca. Meja dengan segelas air tepat disamping tempat tidurnya. Ah.. apakah ini di rumah sakit?
Cklekk..
"Eh? Anda sudah bangun?"
Halilintar, pemuda itu menoleh ke arah seorang wanita yang baru saja membuka pintu ruangan. Dilihat dari pakaiannya, ia sepertinya seorang perawat.
"A-aku.. aku ada dimana?" Tanya Halilintar sembari memperhatikan sekitarnya sekali lagi.
"Tenanglah, anda saat ini sedang berada di rumah sakit!"
"Rumah sakit?"
"Iya.. soalnya anda itu salah satu korban dari pengeboman Attentive Hospital beberapa minggu yang lalu!" Jawab perawat itu sembari memeriksa keadaan Halilintar.
Mendengar penuturan dari perawat itu, seketika Halilintar pun terdiam. Ia kemudian mencoba untuk memproses setiap kata itu. Selagi ia sibuk berpikir, iris ruby miliknya pun tidak sengaja melirik jendela disamping tempat tidurnya. Seketika, ia pun terbelalak kaget.
Jendela itu sedang terbuka, tidak ditutupi oleh gorden sama sekali. Hal itu membuat Halilintar dapat melihat ke luar dengan jelas.
Tapi bukan itu yang membuat ia terbelalak kaget, melainkan pantulan dirinya di kaca itu.
'A-ada apa dengan wajahku?'
Tangan kanan Halilintar pun reflek menyentuh wajahnya sendiri.
'T-tidak.. ini tidak benar.. ini bukanlah wajahku!'
Halilintar sontak menggeleng-gelengkan kepalanya. Guna mencoba untuk membenarkan penglihatannya, atau mencoba memastikan bahwa ini adalah mimpi atau bukan.
Sementara sang perawat yang melihat hal itu pun langsung mengerutkan keningnya bingung. Ia kemudian melirik ke jendela dan melihat pantulan wajah Halilintar. Dari situ, ia pun langsung mengerti maksud dari gelengan kepala yang sedang Halilintar lakukan.
"Tuan.. anda pasti sedang bingung dengan wajah anda bukan?"
Mendengar pertanyaan dari perawat itu, seketika Halilintar pun menoleh ke arahnya. Dengan sedikit kaku, Halilintar pun menganggukkan kepalanya.
"Huft.. jadi begini tuan, saat pengeboman itu terjadi, anda sedang berada di kantin rumah sakit dan langsung tertimpa reruntuhan! Tapi meskipun begitu, anda masih bisa diselamatkan. Syukurnya saat itu tubuh anda tidak mengalami luka serius, kecuali untuk bagian wajah anda! Wajah anda mengalami kerusakan, jadi kami terpaksa untuk melakukan operasi plastik.. semoga anda mengerti.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Independent [Halilintar] || 「𝘖𝘯 𝘎𝘰𝘪𝘯𝘨」
General Fiction• ⟡ 「 𝐁𝐞 𝐢𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐭 」 ⟡ • ⟡ ------------------------- ⟡ Halilintar Vral Thunderstorm.. Itulah namaku.. Aku adalah seorang anak yang disuruh untuk berdikari. Berdikari, atau kata lainnya adalah mandiri. Sebagai seorang pelajar yang belu...