35 | between storms

1.3K 110 63
                                    

the expression of love that comes,
does not make the storm stop coming.

—with love, ssavera.

—with love, ssavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

35. between storms

"Iya, Bunda?" Floryn menerima telepon dari Bunda Beryl, yang sebelumnya sudah melakukan panggilan sebanyak tiga kali dan tak terjawab.

"Kemana aja, sayang. Kok baru diangkat?" kata diseberang sana, sebal.

Floryn meringis, menatap ke bawah, dimana Zello masih tertidur bertelanjang dada sembari memeluk perutnya. Tampak tak berdosa telah membuat Floryn kesiangan hingga melewatkan sarapan. "Maaf, Bunda. Handphone Floryn di-silent, jadi nggak tahu Bunda nelepon. Kenapa Bunda, ada masalah?"

Helaan napas lega terdengar ditelinga Floryn. "Nggak ada, Bunda pengen tahu kabar kalian aja, udah empat hari kalian betah banget liburannya. Zello nggak ngerepotin kamu, kan?"

Bukan merepotkan lagi, Zello sangat suka menyiksa Floryn setiap saat. "Nggak, Bunda. Kami disini nikmatin banget liburannya, maaf jadi nggak ada kabar dan bikin Bunda khawatir. Bunda sehat?"

"Sehat, cantik. Kamu gimana disana?"

"Happy, Bunda. Kami sehat semua, kok. Bunda udah kangen, ya?" gurau Floryn.

"Banget, apalagi sama anak tantrum Bunda. Kalau nggak ada dia, rumah berasa sepi banget. Othello juga nggak ada teman berantem, Ayahnya juga nanyain terus."

Floryn tertawa mendengarnya.

"Oh ya, Ryn, sampaikan ini ke Zello. Pesan dari Ayah harus segera dia buka dan balas, Ayah menunggu katanya."

Senyum Floryn sedikit mengendur. "Nanti Floryn sampaikan ke Zello, Bunda."

"Ayahnya keras kepala banget, Ryn. Suami Bunda itu kayaknya akan tetap seret Zello ke perusahaan sebentar lagi. Kamu dukung Zello terus ya, Ryn? Temani dia, kalau ada kamu dia pasti nggak akan terlalu stres sama beban kerjanya nanti."

Perlahan mimpi Zello menjadi musisi hanya akan tetap menjadi mimpi, tak bisa diraih. Floryn menatap sendu pada Zello yang masih berbaring dalam pelukannya, tak merasa terusik dengan percakapan Floryn dan Bunda Beryl ditelepon.

"Pasti, Bunda. Floryn sama Zello terus, kok."

"Makasih, sayang. Kalian sehat terus disana, maaf Bunda jadi ganggu gini. Bunda tutup teleponnya, ya. Cepat pulang anak-anakku, Bunda kangen berat."

Floryn tersenyum tipis. "Nggak sama sekali ganggu. Oke, see you, Bunda."

Begitu panggilan itu terputus, pandangan Floryn menerawang jauh. Perasaan sedih menderanya. Bukan maksud Floryn ingin menentang keinginan Ayah Alkana, tetapi membayangkan wajah kecewa Zello suatu hari karena tak bisa lagi bermain musik, sungguh menyayat hatinya.

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang