"Namaku Jihoon, salam kenal."
Pertama kalinya memperkenalkan diri sebagai seorang siswa pindahan, Jihoon memandang seluruh teman sekelasnya yang cenderung tidak terlalu peduli pada kehadirannya. Ia dipersilahkan duduk, dan satu-satunya bangku yang kosong adalah bangku di belakang, sebangku dengan seorang anak laki-laki yang sejak awal kedatangannya tadi sudah terlihat antusias; juga jadi satu-satunya yang menanti-nanti kedatangan Jihoon.
"Hai, namaku Yoshi, salam kenal ya," adalah yang anak itu ucapkan pertama kali setelah Jihoon meletakkan tasnya, sebelum Jihoon sempat letakkan bokongnya di kursi.
Tapi Jihoon menyambutnya dengan baik. Dengan senyum cerah yang kembali ia patri dengan manisnya. "Salam kenal juga, aku Jihoon," balasnya memperkenalkan diri ulang.
"Seneng deh akhirnya ada yang masuk sini lagi, jadi aku ada temennya, gak duduk sendirian lagi," ucapnya lagi, menjawab mengapa ia jadi yang paling antusias atas kedatangan Jihoon.
"Iya ya, untung saja, aku kira aku bakal duduk sendirian di pojokan terus gak punya teman."
Untuk sementara obrolan dihentikan, mereka lalu fokus pada pembelajaran pagi itu. Sampai ketika bel istirahat berbunyi, Yoshi mengajak Jihoon ke kantin untuk membeli makan.
"Kamu tinggal di mana?" pertanyaan itu diajukan setelah mereka mendapatkan santapan dan duduk berdua di salah satu meja di kantin.
"Di itu, perumahan yang di jalan pahlawan."
"Eh? Waw, orang tuamu pasti orang kaya ya, orang-orang bilang yang tinggal di perumahan itu orang kaya semua."
Mendengar ucapan teman barunya itu membuat Jihoon sedikit terkejut, tapi ia lalu menggeleng. "Bukan orang tuaku, mereka ada di kampung, suamiku yang tinggal di sana," ujarnya.
"Hah?! Suami? Kamu punya suami?" Yoshi bertanya ulang, berusaha pastikan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Jihoon.
Jihoon justru mengangguk dengan santainya. "Iya, suamiku. Aku pindah ke sana, ikut dia, soalnya dia tinggal di sana kan."
"Jadi kamu udah nikah?!" Yoshi kembali ajukan tanya, kali ini dengan suara berbisik dan tubuh sedikit mencondong ke arah Jihoon yang duduk di depannya.
Melirik sekitar, merasa aneh dengan sikap Yoshi yang tiba-tiba, Jihoon lantas turut mencondongkan tubuh dan berucap, "Iya, aku udah nikah," dengan berbisik pula.
"Kok bisa? Bukannya kalau udah nikah gak bisa sekolah lagi ya? Kakak sepupuku yang udah menikah juga udah gak sekolah lagi, padahal dia tadinya masih SMA."
Jihoon mengerjap, merasa bahwa Yoshi memang benar dengan argumen tersebut, tapi kenyataan di hidupnya sedang berkata lain. Suaminya membuat semua ini mungkin untuk terjadi.
"Aku kira juga gitu, tapi buktinya aku bisa sekolah lagi?" Jihoon mengendikkan bahu.
"Ohhh, apa mungkin karena Kakak sepupuku waktu itu juga lagi hamil ya, makanya dia gak bisa lanjut sekolah?"
"Bisa jadi itu!"
Yoshi mengangguk, merasa bahwa perkiraan mereka ada benarnya juga. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.
"Ayo tukaran nomor, nanti sekalian aku kasih tahu ketua kelas buat masukin nomormu ke grup chat kelas," ujarnya kemudian seraya ulurkan ponselnya pada Jihoon.
Tapi Jihoon justru hanya menatap ponsel Yoshi dengan pandangan bingung, lalu menggeleng. "Aku gak punya HP, dulu aku pakai punya Mamaku, sekarang aku gak punya lagi."
Yoshi turut menatap Jihoon dengan bingung. Dalam benaknya ia berpikir; Jihoon punya suami orang kaya dan tinggal di perumahan elite tapi kenapa masih tidak memiliki handphone? Tapi ia tidak menyuarakan pertanyaan tersebut. Yoshi hanya mengangguk dan menyimpan kembali ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Star [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E Tentang Junkyu, juga Jihoon yang temukan cinta terindah dalam hidupnya, tapi juga harus dipaksa rasakan luka yang larakan seluruh jiwa dan matikan raganya. _______________________________________ Warning ‼️ Cerita ini mengandung uns...