23. ☆

649 106 79
                                    

Siang itu Yoshi baru bisa datang ke rumah Jihoon untuk mengecek kondisi kawannya yang kemarin terpaksa harus ia tinggal pulang karen ia tidak bisa menginap di sana untuk menemani Jihoon tanpa seizin Jihoon sedangkan Jihoon hanya terus menangis sepanjang malam dan menolak merespon setiap pertanyaan dan tawaran Yoshi.

Yoshi mengetuk pintu, beberapa kali memanggil nama Jihoon dan tak dapatkan jawaban apapun. Setelah lima menit menunggu, Yoshi mencoba membuka pintunya dan ternyata tidak dikunci. Ia langsung masuk dengan panik sampai tak sempat melepas sepatunya lebih dulu.

Semalam ia pulang tanpa mengunci pintu karena ia tidak tahu dimana kuncinya dan menyuruh Jihoon untuk mengunci pintu. Melihat pintu yang tidak dikunci sampai siang begini, Yoshi jadi khawatir terjadi sesuatu pada kawannya tersebut.

"Jihoon!"

Pintu kamar Jihoon ia buka lebar-lebar dan selanjutnya justru kedua matanya yang ikut melebar saat melihat kondisi kamar Jihoon yang sangat berantakan seperti baru saja kemalingan, dan lebih buruk lagi Yoshi tidak melihat Jihoon di dalam kamar tersebut. Tetapi ia tetap masuk untuk mencari Jihoon di dalam sana.

"Jihoon? Ini kenapa berantakan semua begini—AW!"

Yoshi jatuh tersandung sesuatu. Saat ia menoleh, ia kembali dibuat terkejut ketika menemukan Jihoon yang berbaring di lantai berbungkus selimut dan seluruh isi lemarinya.

"Heh, Jihoon, kamu gak apa-apa!?"

Saat dihampiri, Jihoon sudah hampir tidak bisa membuka matanya. Yoshi langsung menelepon kakaknya lagi dan memintanya cepat datang untuk memeriksa keadaan Jihoon. Yoshi mengangkat Jihoon dan membaringkannya kembali ke atas ranjang, kemudian menyingkirkan seluruh kekacauan di sana agar ada sedikit ruang untuknya berjalan.

Di tengah seluruh kekacauan kamar Jihoon, di sana juga Yoshi menyadari sesuatu yang mungkin juga menjadi alasan kenapa Jihoon mengeluarkan seluruh isi lemarinya. Yaitu Junkyu, bukan hanya keberadaannya yang menghilang dan tinggalkan luka di hati Jihoon tetapi pria itu juga menghilangkan seluruh jejak keberadaannya di rumah itu. Seluruh pakaian, sepatu, benda yang sebelumnya adalah milik Junkyu sekarang tidak ditemukan lagi di rumah itu. Seolah Junkyu tidak pernah ada di sana.

Tak bisa Yoshi bayangkan bagaimana stressnya Jihoon semalam setelah ia pulang.

"Sepertinya dia masih baik-baik aja, demam dikit ditambah shock, selebihnya dia baik-baik aja."

Kakak Yoshi datang tidak lama setelahnya dan langsung memeriksa keadaan Jihoon sedangkan Jihoon tetap diam dengan mata terbuka dan pandangan kosong.

"Yang bener dong Kak! Ini Jihoon sampe begini loh, kasih obat apa kek!" Yoshi berujar kesal karena sejak semalam diagnosis dari kakaknya itu tidak berubah sedangkan keadaan Jihoon sendiri sudah terlihat begitu banyak berubah; Jihoon tampak semakin kacau.

Sakura, sang kakak, tidak terima dimarahi oleh adiknya yang tidak tahu apa-apa itu. Ia berdecak sambil berkacak pinggang. "Dia lagi patah hati, Yoshinori, kamu berharap aku kasih dia obat apa? Obat penenang?!"

"Ya itu, itu emangnya gak bisa? Biar Jihoon gak stress begini, dia ngelamun terus dari kemarin."

"Bodoh."

Sakura segera mengabaikan Yoshi dan mengemasi barang-barangnya. Ia sudah memberi Jihoon obat semalam dan ia tidak akan memberinya obat apapun lagi walau Yoshi memaksanya sambil bersujud sekalipun karena ia tahu obat tidak akan membantu keadaan Jihoon saat ini.

"Kak, terus ini gimana? Bantuin aku dong!"

"Ck, astaga..., siapa sih cowok yang buat temenmu ini sampai begini, siapa? Sebutin namanya, aku cari dia sekarang biar langsung kuseret dia ke sini buat sujud di kaki Jihoon! Siapa dia?"

Little Star [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang