14. ☆

640 102 68
                                    

Hampir seminggu mertua dan orang tuanya tinggal di rumahnya, Jihoon sudah tak tahan lagi. Ia ingin pergi sekolah, ia ingin kembali pada kesehariannya yang menyenangkan walau itu-itu saja tapi ia tak perlu dapat begitu banyak tekanan dari kanan dan kirinya. Syukurnya, hari ini kedua orang tuanya akan berangkat kembali ke kampung bersama mertuanya.

Tapi sekarang ia harus menghadapi masalah baru.

"Mana uangnya?" ibu Jihoon berbisik pelan, dengan was-was memastikan Irene atau Junkyu tidak sedang memperhatikannya.

Ditanyai dan terus didesak oleh ibunya, Jihoon hanya bisa diam merenung ketakutan. "Mah..., Jihoon gak berani minta ke Mas Junkyu, tapi, ini uang yang Jihoon simpan selama ini, buat Mama sama Papa," dengan gemetar penuh ragu tangannya ulurkan sebuah amplop putih berisi uang hasil tabungan dari sisa uang jajannya setiap hari.

"Heh, lama!" ibunya merebut dengan kasar, senyumnya terukir puas melihat tebalnya amplop yang kini dipengngnya. Ia lalu membuka amplop tersebut untuk memastikan Jihoon tidak sedang membodohinya, tapi kemudian ekspresi wajahnya berubah geram memerah.

"Apaan ini! Kamu kasih Mama uang receh?!" bentaknya dengan suara berbisik dan tangannya yang langsung memukulkan amplop uang itu pada kepala Jihoon.

"Aw..., tapi itu udah semua uang Jihoon Mah, Jihoon udah gak punya simpanan lagi."

"Halah, alasan terus, emangnya Junkyu kasih kamu uang receh begini setiap hari?! Enggak kan, kalo ngasih orang tua itu yang sopan, jangan pake uang receh, kayak uang hasil ngamen aja."

Seluruh omelan itu hanya dibalas Jihoon dengan kesunyian karena ia tahu tak akan ada gunanya menjawabi seluruh keluhan ibunya.

"Mah."

Panggilan itu datang dari belakang, buat Jihoon otomatis menoleh ke belakang dan seketika buat ibunya mengubah sikap dan sembunyikan uang pemberian Jihoon tadi.

"Kalian masih di sini, udah ditungguin Mama di depan, mobilnya udah siap tinggal berangkat," ucap Junkyu jelaskan tujuannya datang mencari ibu mertuanya.

"Oh ya, oke, Mama cuman mau ngucapin perpisahan lagi buat anak kesayangan Mama ini, Mama pasti bakal kangen banget," ujarnya dengan suara lembut sambil merangkul Jihoon dan mengusap rambutnya dengan sayang.

Jihoon hanya terkekeh canggung sambil berjengit, merasa tak nyaman dengan afeksi manis yang didapatnya tiba-tiba dari ibunya. Sekarang seluruh sikap baik orang tuanya terhadapnya terjelaskan sudah.

Junkyu mengangguk melihat interaksi baik yang diperlihatkan ibu mertuanya. "Oh iya, kemarin kayaknya Papa juga sempet bilang kalau kalian mau coba mulai usaha, ini ada sedikit uang buat Mama sama Papa," Junkyu mengeluarkan seamplop besar uang yang seketika itu juga buat kedua mata mertuanya melebar penuh binar.

"Oh astaga, Nak, harusnya gak usah repot-repot," tutur ibu Jihoon basa-basi dengan nada suara yang jelas terdengar antusias saat menerima pemberian Junkyu. "Astaga, makasih banyak, kamu udah banyak ngebantu kami, makasih juga udah jagain Jihoon, Jihoon ini anak kami satu-satunya jadi kami sayang banget sama Jihoon, rasanya sedih kalau mikir sekarang harus selalu jauh dari Jihoon."

Jihoon belas menatap ibunya dengan pandangan sendu. Hati kecilnya tersentuh begitu mudah dengan seluruh ungkapan rasa sayang tersebut yang sebelumnya belum pernah didengarnya. Bola matanya berbinar, apalagi saat kemudian ibunya mencium dan memeluknya, lara di hatinya yang membendung selama beberapa hari belakangan seolah hilang begitu saja.

"Hm, anak sayangnya Mama, jaga kesehatan ya, dijaga makan sama aktivitasnya, hati-hati, cepet punya anak ya."

Kalimat terakhir itu buat Jihoon melotot terkejut sekaligus bingung. Untuk mencari jawaban ia menoleh pada Junkyu, tapi Junkyu justru memalingkan wajah, lantas berbalik meninggalkannya; berpura-pura tidak mendengar.

Little Star [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang