5. ☆

623 112 21
                                    

Jihoon selalu ingin memberikan yang terbaik dalam usahanya membuat Junkyu bangga padanya. Ya, Junkyu yang sekarang adalah suaminya, bukan lagi orang tuanya yang dulu membesarkannya. Setiap selesai ujian, hal pertama yang akan Jihoon lakukan adalah mencari Junkyu di rumah atau menghubunginya langsung jika Junkyu belum pulang untuk memberitahunya pasal nilainya yang memuaskan.

Seperti hari ini, setelah kertas ujian IPA-nya dibagikan, Jihoon langsung pulang mencari Junkyu; sekarang Junkyu tidak selalu menjemputnya karena Jihoon sudah tahu rute pulang menggunakan transportasi umum.

"Mas!"

Junkyu yang sedang duduk di ruang tengah itu menoleh, senyumnya terukir begitu melihat Jihoon yang pulang disertai wajah berseri. Ia sudah hapal, jika sudah begini Jihoon pasti akan pamerkan hasil ujiannya yang memuaskan.

"Tujuh puluh lima!"

Teriakannya melengking seraya tangannya ulurkan kertas ujiannya. Junkyu menerima kertas ujian tersebut dan Jihoon lantas duduk di sebelah Junkyu.

"Hm, sejauh ini hasil ujianmu  bagus semua. Benar kan, kalau kamu mau belajar pasti hasilnya akan bagus."

Jihoon menarik senyum semakin lebar, kepalanya mengangguk. "Mas, kalau udah lulus nanti aku lanjutin SMA juga gak?"

Pertanyaan itu buat Junkyu sejenak terdiam, lalu letakkan kertas ujian Jihoon ke atas meja. "Ya terserah kamu, emangnya kalau kamu gak lanjut SMA, kamu udah bisa jadi istri rumahan yang pinter?"

Sejenak Jihoon termangu, mengingat saat pertama kali ia pindah kemari dan dapat ceramah panjang dari Junkyu karena tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan benar. Lalu mengingat kembali kesibukannya selama ini yang hanya fokus belajar dan sama sekali tidak belajar untuk jadi istri rumahan yang benar.

"Belum...," jawabnya lirih, lemah, tak bertenaga, dan sedih. "Aku belum belajar masak lagi," tambahnya.

"Nah, ya sudah, berarti apa?"

"Berarti aku harus sekolah lagi?" Dan Junkyu mengangguk mendengar pertanyaan tersebut. "Terus, oh iya, emangnya di SMA nanti bakal diajarin ya gimana caranya jadi istri?"

"Enggak, kamu harus belajar sendiri kalau itu. Makanya, daripada kamu diem si rumah dan malah bikin kacau, mending kamu sekolah sambil di rumah belajar sedikit-sedikit soal gimana ngelakuin pekerjaan rumah."

Jihoon mengangguk. Kini mengerti bahwa ia masih butuh sekolah lagi.

"Jadi gimana, kamu mau makan apa malam ini?"

Dan inilah bagian yang paling Jihoon sukai dari setiap ia menunjukkan hasil ujiannya pada Junkyu, yaitu hadiah, bukan sesuatu yang spesial sebenarnya, Junkyu akan memasakkan makanan apa pun yang sedang ingin Jihoon coba karena sebelumnya Jihoon pernah berkata bahwa ia ingin mencoba banyak jenis makanan dan Junkyu lah yang berinisiatif berikan perjanjian.

"Tapi aku boleh bantuin gak? Aku mau ikut masak," pinta Jihoon disertai wajah melas memohon.

Junkyu mengangguk dengan ringannya. "Boleh, mau makan apa?"

"Makasih ya Mas. Eum, kalo Mas paling suka makanan apa?" Jihoon justru melempar balik pertanyaan Junkyu.

"Gak ada, aku gak punya satu yang jadi favorit," balasnya ringan.

"Ih kok gitu? Mas harus punya kesukaan dong, Mas biasanya kepengennya pengen makan apa? Pas lagi pengen-pengennya gitu."

Junkyu jadi memikirkannya. Selama ini ia memang tidak memiliki satu makanan spesifik yang akan dia sebut sebagai kesukaan. "Hm, gak ada, cuman lebih suka yang berkuah mungkin," jawabnya masih sedikit ragu.

Little Star [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang