21. ☆

621 102 47
                                    

"Weekend nanti aku mau ke rumah Mama, kamu mau ikut?"

Pertanyaan itu cukup mengejutkan Jihoon di pagi ini. Mereka masih sarapan berdua di meja makan dan jujur saja sebenarnya Jihoon tidak ingin lagi ke sana dan berakhir harus bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Hm, kalau weekend ini aku ada kerja kelompok...," jawabnya dengan suara lirih.

"Kalau kamu mau ikut, kita bisa pergi minggu depannya lagi atau kapan waktu kamu gak sibuk kuliah."

"Mas perginya berapa lama? Nginep gak?"

"Kalau gak ikut, mungkin aku cuman bakal nginep satu malam, kalau kamu ikut ya terserah kamu mau nginep berapa hari tapi ya mungkin paling gak nginep dua hari."

Jihoon jadi berpikir panjang. Walaupun ia tidak begitu ingin menemui ibunya tapi ia juga tidak mau ditinggal Junkyu walaupun hanya semalam seperti yang Junkyu katakan. Akhirnya ia mengangguk juga. "Iya deh aku ikut, tapi gak bisa minggu ini."

"Iya, bilang aja kapan kamu bisa. Kuliahmu mulai sibuk ya."

Jihoon mengangguk lagi. "Emangnya Mas bisa kapan aja? Kok sekarang aku jarang sih liat Mas kerja kayak dulu, kayak paling sekarang tuh Mas kerja cuman sekali seminggu, emangnya bosnya Mas gak marah?"

Junkyu sempat terdiam sejenak mendengar pertanyaan itu, lalu terkekeh kecil mengetahui Jihoon yang masih saja belum tahu bahwa Junkyu lah bos yang mengatur dan memegang tanggung jawab atas seluruh perusahaannya. Ia sendiri juga tidak pernah memberitahu Jihoon mengenai pekerjaannya karena ia pikir Jihoon akan tahu sendiri nantinya, tapi teryata kepolosan istrinya itu masih bertahan sampai sekarang.

Mendengar tawa Junkyu itu Jihoon justru merengut bingung, pikirnya apa yang salah dari pertanyaannya tadi. Padahal ia sedang serius karena ia mulai khawatir jika Junkyu terus jarang bekerja begini nantinya Junkyu akan dipecat dan Junkyu tidak akan punya uang lagi untuk membayar kuliah Jihoon.

"Aku nanya serius loh Mas, nanti kalau Mas dipecat gimana?" Jihoon berucap dengan kesal karena ditertawakan.

Junkyu menggeleng. "Hahaha, enggak, gak akan dipecat kok, gak usah khawatir."

Tapi Jihoon masih merengut menahan kesal. "Apa sih, Mas ngetawain aku terus," ucapnya dengan bibir makin maju. Nasi di hadapannya tak lagi dinikmati dan hanya diacak-acak dengan sebal.

Junkyu menyangga dagu dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya kemudian mengusak rambut Jihoon yang sudah rapi siap berangkat kuliah. Jihoon melotot, kemudian langsung menepis tangan Junkyu dan kembali rapikan poninya yang dibuat berantakan oleh Junkyu.

"Kamu juga kenapa ngambek terus, dari kemarin gak selesai-selesai," ucap Junkyu dengan santai, seolah tak sadar bahwa seluruh rasa kesal Jihoon itu tentunya disebabkan oleh Junkyu sendiri.

"Ya Mas yang kenapa dari kemarin ngeselin terus, sekarang berantakin rambutku, semalem nyubit hidung sama pipiku sampe merah semua. Udahlah aku mau berangkat ke kampus aja." Jihoon membanting sendoknya ke atas meja lalu beranjak pergi dengan kaki dihentak menuju pintu depan untuk memakai sepatu.

Sementara Junkyu justru diam saja sambil masih sedikit tertawa melihat seluruh luapan kekesalan Jihoon. Ia kemudian bangkit membersihkan meja makan. Sama sekali tak pedulikan Jihoon di depan sana yang sekarang kembali menatapnya dengan nyalang setelah selesai memakai sepatunya.

"Ayo dong, Mas mau anterin aku apa enggak! Nanti kalau telat gak dibolehin masuk kelas loh!" Jihoon bersedakep dada menatap tajam Junkyu yang justru hanya tersenyum lebar menatapnya.

"Loh, aku kira kamu lagi marah sama aku?"

"Emang! Tapi emangnya Mas gak mau nganterin aku kuliah?" Tanyanya lagi dengan nada kesal tanpa meninggikan suara sambil berkacak pinggang.

Little Star [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang