TIGA BELAS

2.8K 75 4
                                    

Hai readers...

Sekedar info, aku baru aja buat cerita baru berjudul SENORITA. Ceritanya juga gak kalah menarik dari cerita ALAISTAIR ini. Jika tertarik, kalian bisa kunjungi ceritaku di profil yaa!

Sedikit sipnosis dari cerita SENORITA bakal aku kasih lihat. 👇

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading!

                               ●
                               ●
                               ●

                               ●                               ●                               ●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theia sangat kelelahan, ia baru saja selesai menata kostan barunya. Masih ada satu koper lagi yang harus ia bereskan.

Namun karena sedang dalam mode mager, berakhirlah ia dengan camilan disebelahnya sembari menonton film dari handphonenya.

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, namun ia masih belum beranjak dari tempatnya sejak dua jam lalu.

Ctasss..

Listrik dikamarnya tiba tiba mati. Theia yang tengah dilanda kebingungan pun melihat sekitar. 'Ada pemadaman listrik ya? Tapi kenapa ga diinfoin?' Batinnya.

Sekelebat bayangan melewati dirinya. Bayangan itu persis dengan orang yang melecehkannya waktu itu.

Theia yang panik pun langsung berlari ke arah pintu, berusaha membuka pintunya yang terkunci. Kunci yang ia tancapkan di depan pintu sudah hilang entah kemana.

"Finding this, honey?" Tanya seorang lelaki yang tepat berada dibelakangnya, sembari memainkan kunci ditangannya.

Tubuh Theia langsung merosot kebawah. Ia ketakutan, tangannya bergetar hebat. "L-lo siapa? K-kenapa lo gangguin hidup gue terus?" Theia berkata dengan sesegukan, traumanya dengan lelaki itu belum sembuh.

Lelaki itu langsung merogoh sakunya, mengambil pemantik dan mengarahkan ke wajahnya. Ia menyalahkan benda tersebut.

Benda itu menghasilkan api sekaligus cahaya, sehingga Theia dapat melihat jelas wajah orang yang selama ini menerornya.

Dia Alaistair. Theia berteriak histeris, menggedor pintu kostan, berharap ada seseorang yang akan membantunya.

Alaistair langsung membekap mulut gadis itu, dan menarik tubuh Theia ke kasur tanpa perasaan.

"mphhh!" Theia memberontak, memukul dada bidang lelaki tersebut.

"Lo udah mulai jadi gadis pembangkang sekarang. Lo kira lo bisa kabur dari gue hm? Gue bahkan tahu setiap inci pergerakan lo. Gue berkuasa atas lo, Theia!" Alaistair mengelus rambut Theia lembut, yang lama lama berubah menjadi jambakan.

"Lo udah gila kak! Lo ngeperlakuin gue seakan gue boneka tanpa perasaan! Kakak harusnya sadar, kakak udah punya kak Sheila yang harus dijaga perasaannya." Theia menatap Alaistair getir, sembari memegangi rambutnya yang terasa akan tercopot dari kulit kepalanya.

Alaistair menggeram marah, menyentak kepala Theia kencang hingga membentur dinding. Ia segera mendekati Theia dan menghimpitnya.

"Tapi gue juga mau bahagia sama pilihan gue, bukan pilihan orang tua gue." Tatapan Alaistair terlihat begitu terluka, bercampur dengan emosi.

Ia menelisik setiap inci wajah Theia, ia tidak pernah bosan memandangi wajah rupawannya.

"Gue bukan orang yang bisa ngebahagiain lo, kak. Lo itu cuma obsesi sesaat sama gue! Kakak itu udah cinta sama kak Sheila." Theia berusaha menyadarkan Alaistair dengan menggoyangkan kedua bahu lelaki itu.

Plakkk

Alaistair memukul pipi gadisnya. Ia tak terima dengan semua perkataan yang dilontarkan olehnya. Dengan segera ia mengeluarkan pisau kecil yang dibawanya.

"Lo mau tahu kan, segila apa gue saat terobsesi dengan seseorang."

Ia segera menyingkap kaus yang dipakai oleh Theia. Theia berteriak histeris, ia berusaha menahan tangan itu, namun ia kalah kuat. Lelaki itu kembali membekap mulutnya dan mulai memainkan pisau itu di perut rata Theia.

Theia mulai kehilangan kesadarannya. Theia merasa begitu perih diperutnya, ia juga kehabisan pasokan oksigen akibat dibekap oleh lelaki itu.

Hal yang ia terakhir kali lihat adalah Alaistair yang sedang tertawa dan menatapnya lekat dengan pisau yang penuh dengan darah ditangannya.

Alaistair pun menghiraukan Theia yang sudah tidak sadarkan diri, ia mengukir tulisan 'MINE' di perut Theia. Irisan tersebut tidak begitu dalam, namun membuat Theia kehilangan banyak darah.

Netra Alaistair begitu gelap. Ia begitu gila dan tidak terkendali jika menyangkut dengan Theia.

"Cantik. Lo tambah cantik dengan ukiran yang gue buat sayang." Alaistair mengelus pelan wajah Theia yang sedang terpejam damai.

Bagi Alaistair, hal paling beruntung dalam hidupnya adalah dipertemukan dengan malaikatnya, Theia.

Bagi Alaistair, hal paling beruntung dalam hidupnya adalah dipertemukan dengan malaikatnya, Theia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang