SEMBILAN BELAS

1.5K 35 0
                                    

Happy reading 💖

Jangan lupa dukung author dengan vote dan bantu follow akun author ya sayy, biar aku rajin double up 😎😇🙏

Jangan lupa dukung author dengan vote dan bantu follow akun author ya sayy, biar aku rajin double up 😎😇🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                         🐻‍❄️🐻‍❄️🐻‍❄️

Theia baru sampai di kosnya pukul 7 malam. Alaistair tampaknya sengaja mengulur waktu bersama Theia dengan mengajaknya pergi makan ke cafe salah seorang temannya.

Theia berjalan menuju kasurnya dan berbaring disana. Theia muak dengan segala perilaku Alaistair yang semena mena pada dirinya.

Ia dianggapnya seolah sebuah boneka tanpa raga yang dapat dimainkannya kapan saja dan akan dibuangnya suatu saat nanti. Theia yakin itu.

Tanpa sadar, matanya mulai meneteskan sebulir kristal bening. Yang tadinya hanya mengeluarkan isakan, kini berubah menjadi sebuah raungan.

Ia melampiaskan semua emosinya terhadap Alaistair dengan cara menangis, karena ia tahu tidak akan bisa melawan segala perilaku buruk Alaistair terhadap dirinya.

Setelah puas menangis, perlahan matanya meredup, hingga menutup sempurna, membawanya ke alam bawah sadar.

___

Senin. Hari yang paling Theia benci.

Sekarang hari senin. Gadis itu tengah merapikan penampilan dan seragamnya didepan cermin.

Setelah dirasa cukup, theia segera mengambil tas nya yang tergeletak disampingnya lalu bergegas keluar dari kos dan menguncinya.

Baru saja sampai didepan gerbang kos, sudah terdapat Alaistair dan teman temannya yang menunggu diatas motornya masing masing.

Theia langsung mematung menatap pemandangan pagi ini. Semua teman-teman Alaistair menatapnya dengan tatapan yang menyeramkan.

"Naik, bego! Bukan lu liatin doang."
Sabar Theia, jangan harapkan ada secuil kesabaran pun ada didalam diri Alaistair.

Theia yang penurut pun langsung berlari ke arah Alaistair dan menaiki motornya.

"Pegangan."

"G-gak usah kak."

Alaistair yang geram pun sengaja mengas motornya mendadak. Theia yang tidak siap dengan tindakannya segera mendekap Alaistair.

"Lama lo, dasar double bego, tinggal nurut apa susah nya sih?" Alaistair menatap menatap Theia lewat kaca spionnya. Tampak gadis tersebut yang sedang menunduk ketakutan.

"Jangan kasar sama dia, Al. Dia perempuan." Matthew menasehati Alaistair. Sedari tadi ia menatap interaksi keduanya dari belakang, perilaku Alaistair terhadap Theia sangat jauh dari kata lembut.

Alaistair menoleh kebelakang menatap wajah Matthew sekilas.

"Know your place, Matt. gue rasa peringatan waktu itu udah cukup buat lo.

Setelah itu, Alaistair segera menancapkan gas motornya dan memimpin barisan geng ALLISTER.

Matthew menatap punggung keduanya yang menjauh dengan tangan yang terkepal erat. Sial. Hatinya terasa nyeri saat melihat Theia diperlakukan dengan kasar.

Ia memilih untuk berbelok arah menuju jalan yang berbeda yang ditempu oleh geng Allister

Ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya.

___

"Anjing! Kak Alaistair boncengin kak Theia kesekolah."

"Ga nyangka gue. Polos-polos begitu mukanya ternyata punya bibit pelakor."

"Gue gak salah lihat, kan?"

"Gila, nantangin kak Sheila dia."

Sayup sayup bisikan bisikan dari para siswa yang membicarakannya terdengar begitu jelas bagi Theia. Keringat dingin bercucuran di seluruh dahi dan telapak tangannya.

Sedangkan Alaistair tampak santai dan memarkirkan motornya seolah tidak terjadi apa apa.

"Turun, udah sampai."

"Iya kak, makasi tumpangannya." Dengan segera Theia turun dari motor Alaistair dan berlari menjauh dari parkiran untuk menghindari cemooan dari orang orang.

Ia berlari dikoridor tanpa melihat sekitar dan sesekali menubruk bahu orang lain. Theia benar benar tertekan dengan setiap umpatan dari orang disekitarnya.

Sesampainya di kelas, semua orang menatapnya dengan berbagai jenis tatapan. Ada yang menatapnya sinis, ada juga yang menatapnya dengan tatapan penasaran dan penuh tanya.

Theia memilih menunduk dan duduk di kursi paling belakang. Ele tidak hadir hari ini. Ia baru mendapatkan kabar bahwa Ele kecelakaan dan sedang dirawat dirumah sakit.

Setelah pulang sekolah, ia akan pergi menjenguk Ele dirumah sakit.

____

Kringgg

Bel berbunyi menandakan istirahat telah tiba. Theia yang tidak membawa bekal hari ini pun terpaksa pergi menuju kantin untuk membeli makanan.

Sesampainya dikantin, matanya langsung menangkap Sheila dan Alaistair yang tengah bermesraan di meja kantin.

Sebisa mungkin Theia menghiraukan objek yang sedari tadi mencuri pandangannya. Ia memilih untuk berjalan menuju stand mie ayam dan memesan beberapa macam menu yang tersedia.

Theia pun memilih untuk makan di pojok kantin. Tidak lama, tampak Sheila yang berjalan menuju mejanya dengan wajah yang merah.

"Shit."

Theia seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya dapat memasrakan dirinya.

Sheila segera menggebrak meja Theia lalu mengambil mie ayam yang berada diatas mejanya dan menuangkannya ke seluruh bajunya.

Tubuhnya merasakan sensasi terbakar akibat panasnya kuah mie ayam. Ia menggigit bibirnya kuat untuk menahan isakan yang siap meluncur kapan saja.

"Pelakor sialan. Lo itu ga selevel sama gue. Jangan harap lo bisa ngambil Alaistair dari gue!"

Kantin yang tadinya ricuh kini terasa mencekam dan begitu senyap.

Matthew memperhatikan itu semua dengan pandangan yang tidak dapat di artikan. Perlahan, ia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja Theia.

 Perlahan, ia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja Theia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang