ENAM BELAS

2.8K 86 16
                                    

Happy reading!

                          _______

Ele menginjakan kakinya setelah sekian lama kedalam sebuah mansion megah dengan accent French

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ele menginjakan kakinya setelah sekian lama kedalam sebuah mansion megah dengan accent French.

Ele benci tempat ini, mansion mewah yang diidamkan semua orang, terasa begitu hampa baginya. Tidak ada sambutan hangat dari ayahnya yang selalu Ele harapkan sejak ia kecil.

Saat menatap sekelilingnya, semua sudah terasa sangat berbeda saat terakhir kali ia meninggalkan mansion.

Tatapannya jatuh pada foto pigura besar di dinding yang menunjukan 2 gadis kecil dan 1 lelaki tengah saling merangkul sembari tersenyum ceria.

Ia kembali merasa dejavu. 2 gadis kecil tersebut adalah dirinya dan Theia. Sedangkan lelaki itu? Entahlah. Ia tidak ingat apapun tentangnya. Setiap kali ia menatap foto itu, ia selalu merasa kepalanya berdenyut nyeri.

Para maid pun berdatangan dan menyambutnya dengan menunduk hormat. Ele hanya membalas para maid dengan senyuman singkat.

"Non Ele, akhirnya pulang juga. Bibi sudah menunggu non lama. Rumah terasa sepi sekali, tuan juga sekarang jarang berada dirumah." Bi Yumi segera mengambil alih tas dan jaket Ele. Ia adalah juru masak sekaligus pengasuh Ele sejak ia masih kecil.

Ele tidak mempunyai ibu. Ibunya meninggal saat ia berumur 5 tahun karena kanker jantung. Sejak saat itu, ayahnya sering kali membawa wanita yang tidak dikenalnya dengan pakaian minim menuju ruang kerja.

"Maaf ya bi, Ele sibuk jaga kafe sekarang, tapi pasti aku usahain kalau ada waktu untuk jenguk bibi. Oh ya, apa ayah ada dirumah?"

"Iya non, gak papa. Kebetulan tuan ada dirumah, dia ada diruang kerja sekarang."

"Yasudah bi, aku mau temui ayah dulu." Ele memeluk bi Yumi sebentar, lalu berlalu pergi.

Ele membuka pintu ruang kerja ayahnya dengan kencang.
Tampak sesosok pria yang sudah cukup berumur tengah mengecek berkas. Umur pun tidak dapat membuat wibawa dan ketampanan lelaki didepannya pudar.

Ia adalah Bagaskara bijoux houtman.

Ele segera mendudukan bokongnya di kursi yang terdapat didepan meja kerja ayahnya. Ayahnya tidak sekalipun meliriknya, ia sibuk berkutat pada berkas ditangannya.

"Masih inget punya rumah kamu?"
Suara berat nan dingin tersebut memecahkan keheningan ruangan.

"Rumah? Sejak kapan aku punya rumah? Tempat ini lebih cocok disebut neraka." Ele tertawa sarkas.

"Jaga tutur kata kamu Ele, saya masih orang tua kamu."

"Ya, terserah. Aku datang kesini juga terpaksa. Aku mau minta ayah memutus kerja sama dengan orang tua Alaistair."

"Apa kamu bilang? Mereka yang membantu ayah mendapat semua ini. Harta, tahta, kehormatan yang kamu nikmati sekarang semua adalah dari mereka! Ayah gak bisa setuju sama permintaan mu."

"Ayah harusnya malu menjilat sama perusahaan mereka, bahkan anaknya sendiri merendahkan aku, dia mau masukin aku kerumah bordil, pa!"

Sebenarnya Ele belum pergi saat Alaistair tengah mengancam Theia. Ia masih berada di depan pintu kostan Theia, menguping secara diam diam. Ia sudah tahu segala rencana bejad yang akan Alaistair lakukan.

"Selagi kamu tahu tempat dan tidak mencari masalah, hal ini gak bakal terjadi, Eleanor. Ingat batasanmu, tidak mungkin ia berbuat seperti ini jika kamu sudah mengusiknya. Ayah tetap tidak akan memutus kerja sama ini, mereka itu gila. Lebih baik kamu gak bertingkah supaya nyawa ayah aman."

Ele menatap tajam ayahnya. Ayahnya tampak tidak peduli dengan dirinya. Ia egois, bahkan tega mengorbankannya demi kekuasaan dan harta.

Ia memilih pergi keluar dari ruangan tersebut dengan dada yang bergemuruh. Ia segera mengambil tas dan jaketnya yang tergeletak di sofa ruang tamu.

Ele berjalan menuju garasi. Ia segera menyalakan mobilnya dan pergi dari pekarangan mansion tersebut.

Ele membelah jalanan dengan kecepatan penuh. Tujuannya sekarang adalah menuju apartemen Alaistair. Jika ayahnya tidak dapat membantunya, maka ia sendiri yang akan menyelamatkan Theia dari lelaki gila itu.
______

Theia menatap gedung mewah yang menjulang tinggi dihadapannya.

Apartemen Alaistair.

Theia melangkah masuk kedalam gedung tersebut dengan ragu. Ia memasuki lift tersebut dan menekan nomor lantai yang ia tuju. Alaistair sudah mengirimkan lantai dan password apartemennya.

Saat berada didepan pintu apartemennya, Theia menetralisir jantungnya yang berdegup tak karuan.

Theia sudah berjanji kepada dirinya tidak akan melakukan hal seperti ini sebelum ia menikah. Namun, maafkan dirinya Tuhan. Ia terpaksa mengingkarinya kali ini.

Theia memasukan pin dan membuka pintu secara perlahan.

Satu hal yang ia tangkap saat pintu itu terbuka adalah, gelap gulita. Theia tidak dapat melihat apapun didepannya.

Theia memasuki apartemen tersebut dengan perasaan ragu. Ia dibuat kebingungan oleh Alaistair.

"Alaistair?"

"Yes, baby. Im here." Sekelebat bayangan melewati dirinya. Ia dapat merasakan sebuah tangan besar melingkar posesif memeluk pinggangnya.

 Ia dapat merasakan sebuah tangan besar melingkar posesif memeluk pinggangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang