EMPAT BELAS

2.8K 79 2
                                    

Malam readers... tolong dibantu vote dan follow akun author terlebih dahulu yaa supaya author lebih sering double up.

Happy reading! ❤️
      
                          😶‍🌫️😶‍🌫️😶‍🌫️

Theia membuka matanya perlahan, menyeimbangkan cahaya yang masuk ke bola matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theia membuka matanya perlahan, menyeimbangkan cahaya yang masuk ke bola matanya.

Setelah sepenuhnya sadar, ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya dan langsung terjatuh akibat merasakan sakit teramat sangat di bagian perutnya.

Ia menyingkap kaus nya, dan menangkap perban yang melilit perutnya. Karena Theia terlalu banyak bergerak, lukanya yang belum kering kembali terbuka. Darah segar mulai merembes dan membasahi perbannya.

Theia langsung bergetar ketakutan. Ia baru teringat akan kejadian semalam, bagaimana Alaistair yang memperlakukannya seperti hewan, membuat Theia berakhir dengan banyak luka lebam ditubuhnya.

Theia menatap sekitar dengan kalut, takut jika Alaistair masih berada didalam kostannya. Namun ia langsung bernafas lega saat tidak menemukan objek yang dicarinya, Alaistair sudah pergi.

Theia pun segera mengambil ponselnya di sebelah kasurnya. Ia segera menelepon wali kelasnya dan meminta izin untuk meliburkan dirinya hari ini.

Kondisinya sangat tidak memungkinkan ia untuk masuk sekolah hari ini. Theia memilih untuk kembali membaringkan tubuhnya keatas kasur. Setidaknya biarlah Theia tenang sehari ini, sebelum bertemu lagi dengan iblis yang memporak poranda hidupnya.

Theia pun kembali memejamkan matanya, hingga alam bawah sadar menjemputnya.

_

Suara dering ponsel mengusik tidur Theia. Theia yang  merasa terganggu pun membuka matanya dan menatap jam dinding didepannya sekilas, sudah jam dua siang. Ia begitu kelelahan hingga tidur sampai siang.

Theia pun mengambil ponselnya dan membaca nama orang yang meneleponnya. Ele. Theia pun segera menjawab panggilan tersebut.

Suara melengking Ele langsung menyambut indra pendengaran Theia.

"Ale! Are you okay? Lo kok ga masuk hari ini?" Suara diseberang sana terdengar begitu khawatir dengan dirinya.

Theia terkekeh. "Im totally fine, El. Gue lagi sakit flu hari ini, sorry ya ga ngabarin lo."

"Sakit?! Kok ga ngasih tau gue sii? Sharelock kostan baru lo, gue otw jenguk lo sekarang."

"Lo gaperlu datang Ele, ini cuma flu biasa, besok juga sembuh." Theia langsung merasa tidak enak karena merepotkan Ele.

"Gimana kalau itu bukan flu biasa?! Gimana kalau ternyata itu flu berbahaya, terus lo–" Ele berkata dengan hiperbola dan langsung dipotong oleh Theia.

"Hus! Lo hobi banget ngedoain gue yang aneh aneh ya El?!"

"Okay, im sorry for that. Tapi lo harus sharelock ke gue sekarang! Gue harus tahu kondisi lo!" Ele tetap kekeuh pada pendiriannya.

Theia semakin takut jika Ele benar benar datang dan melihat bagaimana kacaunya dirinya.

"Jangan Ele. Gue gaenak udah ngerepotin lo, lo juga harus buka kafe hari ini."

"Lo seharusnya ga nganggep gue kaya orang asing. Gue bahkan lebih milih buat tutup kafe hari ini biar bisa ngejenguk lo."

"Okay fine Ele, gue matiin dulu ya teleponnya."

Theia luluh. Ia mensharelock lokasi kostan barunya kepada Ele. Meski sempat ragu. Bukan karena apa, tapi ia merasa hanyalah benalu bagi kehidupan Ele. Ele terlalu baik kepada dirinya, ia bahkan menganggap Theia sebagai saudara kandungnya.

Selang dua puluh menit, seseorang mengetuk pintu kostannya. Pasti itu Ele. Theia segera bangkit dan berjalan tergopoh gopoh sembari memegangi perutnya yang masih sakit.

Ia membuka pintu kostannya. Dan benar saja, Ele datang dengan membawa kantong berisi buah buahan ditangannya.

Ele langsung melotot lebar saat melihat kondisi Theia. Theia terlihat acak acakan, dengan lebam menghiasi pergelangan tangannya dan sudut bibirnya yang sobek.

"Lo habis dipukul siapa?! Kenapa sekujur tubuh lo luka luka?!" Ele yang shock langsung menjatuhkan barang bawaannya dan menghampiri Theia.

Theia terdiam. Ia tidak yakin bisa menyembunyikannya lebih lama lagi dari Ele.

Ia juga manusia, terlebih ia adalah perempuan yang membutuhkan seseorang sebagai sandarannya. Dan seseorang itu adalah Ele.

Theia langsung menangis, berlari mendekap Ele. Ele pun membalas dekapan itu tidak kalah erat dan mengelus punggung Theia yang bergetar.

"El, gue capek banget rasanya, d-dia neror gue, g-gue t-takut." Theia sesegukan.

Ele langsung membantu Theia berjalan kembali ke kasur. Lalu berjalan mengambil air di nakas dan memberikannya ke Theia.

"Siapa yang ngelakuin ini ke lo, Theia?" Ele menatap gadis itu serius.

"G-gue takut dia bakal nyelakain lo El, gue takut." Theia mengingat kembali ancaman Alaistair beberapa waktu lalu yang membuatnya ragu.

Tidak lama, pintu kembali terbuka menampakan Alaistair dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya. Alaistair hanya menatap keduanya datar sembari bersedekap dada.

Ele semakin dibuat kebingungan, ia menatap Theia dan Alaistair bergantian. "Ternyata, gue gatau apa apa tentang lo Theia." Ia tersenyum kecut.

Theia mematung ditempat. Ia bingung harus berbuat apa, Ia dihadapkan dengan situasi yang sangat sulit sekarang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang