TUJUH BELAS

3K 80 9
                                    

Haloo readerss, jangan lupa vote dan follow akun author supaya aku lebih sering upp 😗😗

And yeaa,

Happy reading! \(^-^)/

                        🦋🦋🦋

                        🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alaistair terlihat mabuk. Matanya menatap Theia secara sayu.

Theia dibuat merinding.

Alaistair sudah tidak waras. Pikirnya.

Alaistair yang sudah tidak tahan pun bergegas menggendong Theia ala bridal style yang membuat Theia terpekik. Ia membawa gadisnya menuju kamarnya.

"K-kak, kita mau kemana?"

"You'll see babe." Ujar Alaistair rendah sembari meraup rakus wangi vanilla yang menguar pada tubuh Theia.

Ia tergesa gesa membuka kenop pintu kamarnya dan membanting Theia dikasur king size nya. Ia membuka laci disebelah kasurnya dan mencari cari barang yang sudah disiapkan untuk Theia.

Ia berhasil menemukannya. Borgol. Ia segera menutup akses Theia untuk kabur dan mengambil kedua tangannya untuk diborgolnya.

"Kak! Kenapa aku mau diborgol? Ini gak ada diperjanjian kita!" Theia memberontak keras dan hal itu berhasil membangkitkan amarah Alaistair.

"Diam! Jangan gerak." Alaistair geram dan menjambak rambut gadis itu pelan.

"Gak! Kakak gila ya? Aku cuma setuju kita buat having sex secara normal aja! Kakak selalu ngeperlakuin aku layaknya hewan."
Mata Theia berkaca kaca, Alaistair selalu berhasil membuat Theia kehilangan harga dirinya.

"Bangsat! Gua gak peduli." Ia segera mengukung tubuh Theia dan memaksa tangan kanan gadis itu untuk diborgol, dan satu borgol lagi ia kaitkan kepada dipan kasur supaya Theia tidak kabur.

Theia menjerit dan segera dibekap Alaistair. Alaistair membuka atasannya dengan tergesa gesa dan menarik resletingnya turun.

Theia menangis melampiaskan perasaan yang campur aduk. Ia takut. Ia juga marah. Ia belum siap.

Setelah ini, hancurlah ia. Kehancurannya sudah dekat.

Alaistair segera merobek baju Theia. Ia menarik paksa celananya dan menatap lapar dirinya yang kini hanya mengenakan pakaian dalam.

"K-kak, aku mohon, aku belum siap."
Theia memelas.

"Lo yang pilih pilihan ini, Theia. Gua gapernah maksa lo. Lo yang milih buat selamatin sahabat lo, jadi ini konsekuensi lo sendiri."

Alaistair melepas paksa pakaian dalamnya dan mulai memainkan intinya. Theia berusaha menahan desahan yang ingin ia keluarkan sedari tadi.

"Desah sayang, gak usah ditahan. Lo bisa nolak gue, tapi tubuh lo berkata lain."

Theia menunduk menutupi mukanya yang bersemu.

Ia malu dan jijik pada tubuhnya sendiri.

Setelah dirasa Theia sudah basah, ia segera memasukan miliknya.

"Ahhh...Theia." Ia menghentakan miliknya kencang hingga membuat Theia meringis kesakitan.

"Lo jauh lebih enak dari bayangan gue. Gak ada yang bisa buat gue sepuas ini, sayang."

Alaistair kembali meracau. Menikmati segala perbuatan kejinya terhadap Theia.

______

"Anjing. Bangsat! Pakai tabrakan segala."

Sebuah mobil hitam mengebut dan dengan sengaja menyenggol mobilnya. Ele yang sedang mengebut pun tidak siap dan kehilangan kendali sehingga menabrak pembatas jalan.

Sekujur tubuhnya luka luka. Penglihatannya mulai kunang kunang, namun tampaknya masih mampu menyumpa serapahi.

Ia keluar dari mobilnya, namun ia terjatuh ke aspal karena kakinya yang patah. Beberapa orang segera menghampirinya dan menolongnya.

"Maafin gua Theia. Gua gagal. Maaf."
Orang orang yang menolongnya tampak kebingungan akan gumaman gadis itu. Apakah gadis itu gila?

Setelah mengatakan itu, ia jatuh pingsan.

Tidak lama, ambulan datang. Ele yang sudah tidak sadarkan diripun segera dipindahkan ke dalam mobil tersebut.

______

Brawijaya Hospital.

Seorang lelaki paruh baya tampak berlari dilorong rumah sakit setelah mendengar kabar anaknya yang kecelakaan. Raut khawatir jelas terpatri di wajah lelaki tersebut.

Setelah menemukan nomor kamar yang ia cari, ia memasuki kamar tersebut dan hal yang pertama ia lihat adalah anak gadis semata wayangnya yang tengah terpejam damai diatas brankar.

Ia berjalan mendekati brankar putrinya. Ia mengenggam tangan putrinya yang telah diperban dan mulai menangis di dalam diam.

Ia sangat menyayangi putrinya. Amat sangat. Namun hal itu tidak pernah diketahui siapapun.

"Nak, maafin papa. Papa gabisa jadi ayah yang baik untuk kamu." Bagaskara menatap sendu anaknya.
Ia tidak pernah merasa pantas untuk menjadi seorang ayah.

Ia gagal dalam merawat putrinya.

Ia ingin melindunginya, namun ia tak bisa mengontrol dirinya, emosinya selalu meledak ledak saat menatap wajah Ele. Wajah yang selalu mengingatkannya pada istrinya. Ia masih belum bisa menerima matinya sang istri.

Ia menatap wajah Ele, ia akan belajar untuk menerimanya semuanya.

Malam itu, ia memilih menemani anaknya. Ia meninggalkan seluruh pekerjaannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang