DUA PULUH

325 23 3
                                    

Happy reading 🦋.

                        ✨️✨️✨️

"Udah selesai?" Matthew bertanya kepada Sheila dengan nada yang tidak bersahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah selesai?" Matthew bertanya kepada Sheila dengan nada yang tidak bersahabat.

"Maksud lo?" Sheila menatap Matthew dengan alis terangkat sebelah.

"Oh, jangan-jangan, cewe ini udah ngehasut lo juga ya?" Sheila menatap Theia dan Matthew bergantian. Ia terkekeh sarkas, masih tidak dapat mempercayai semua ini.

"Kalau udah selesai ngelampiasin emosi lo ke orang yang gak bersalah, biar gue bawa dia pergi." Matthew segera menarik tangan Theia dan membawanya keluar dari kantin.

Alaistair memperhatikan semua kejadian itu sambil menyeringai.

"Sial, berani juga dia main main sama gue." Setelah itu, ia segera bergegas keluar kantin dengan langkah cepat.

😶‍🌫️😶‍🌫️😶‍🌫️

Theia kelimpungan dengan situasi yang sekarang ia alami. Siapa lelaki ini? Mengapa ia mau menolongnya? Lalu ia juga belum sempat menjelaskan kronologi sebenarnya kepada Sheila.

Gadis itu hanya diam dan mengikuti langkah lelaki itu tanpa memberontak. Lelaki itu kelihatannya baik. Ia telah menolongnya dari amukan Sheila.

"Lepas. Gue gabakal kabur." Matthew yang baru sadar akan hal itupun melepaskan genggaman tangannya.

Lelaki itu membawanya ke tempat perlengkapan sekolah. Ia mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dan membeli sepasang seragam dan menyerahkannya kepada Theia.

"Pergi ganti baju lo ditoilet. nanti lo kedinginan."

"Makasi ya kak udah mau bantuin gue, nanti gue ganti uangnya." Theia tersenyum hangat.

"Gak usah, habis ganti baju balik lagi kesini. Gue tunggu."

Theia segera bergegas pergi ke toilet dan mengganti bajunya, setelah selesai memakainya, ia segera kembali ke tempat dimana lelaki itu berada.

Theia berdehem sejenak menghilangkan kecanggungan diantara keduanya. Lelaki itu hanya diam sambil menatapnya lamat.

"Apa gue kenal lo kak? Kenapa lo nolongin gue?" Matthew menatap Theia sendu. Apakah gadis itu benar-benar melupakannya?

"Gue.. Matthew, gue tetangga sekaligus teman lama lo. Lo pindah dan menghilang tanpa kabar. Hampir setiap hari gue memikirkan lo. Apa yang lagi lo lakuin sekarang, apa lo baik baik aja, dimana lo 10 tahun terakhir ini? Itu pertanyaan yang selalu ada didalam benak gue, Ale."

"Lo Ale, kan? Gue masih ingat jelas nama panggilan yang gue buat untuk lo."

"Lo Ale, kan?! Bilang iya, Theia!" Matthew menggoyangkan bahu Theia tanpa perasaan. Ia seakan menuntut penjelasan yang sama sekali tidak diingatnya.

Seketika Theia merasa pusing. Sekelebat memori seakan menghantam kepalanya.

"G-gue gak inget apa apa. Apa maksud lo? Gue gak kenal lo." Kepalanya berdenyut nyeri seiring ia kehilangan keseimbangannya.

"Gue yakin lo inget gue, Theia. Jangan pura-pura lupa. Gamungkin lo ngelupain gue semudah itu."

Theia hanya terdiam, suara lelaki itu tidak lagi terdengar jelas di pendengarannya. Kepala terasa begitu berat.

Perlahan, semua penglihatannya menjadi gelap gulita.

___

Saat Theia membuka matanya, hal yang pertama ia tangkap adalah Alaistair disampingnya. Bau obat obatan menusuk indra penciumannya. Ia sedang terbaring di brankar uks.

"Udah bangun, sayang?" Alaistair mengelus rambut Theia perlahan sembari tersenyum manis.

Theia yang dielus merasa merinding seketika. Ia merasa ada hal janggal didalam diri Alaistair.

"Gimana, enak selingkuhnya, hm?" Dengan segera, Alaistair menjambak rambut Theia dan membenturkannya ke dipan brankarnya dengan keras.

"Aghh! Sakit." Theia meringis sembari memegangi rambutnya.

"Such an naughty girl. Naughty girl have to be punished." Secepat kilat Alaistair mencium bibir Theia dengan kasar dan menggigit bibirnya hingga mengeluarkan darah.

Tangannya pun tidak tinggal diam, ia segera merogoh kancing seragam Theia dan melepaskannya secara paksa satu persatu.

Theia berusaha melawan namun pergerakannya langsung dikunci oleh Alaistair. Alaistair jauh lebih kuat dari dirinya.

Kini hingga tersisa bra dan rok yang dipakai oleh Theia. Ia meremas buah dada Theia yang terbalut oleh bra tanpa perasaan.

"Shhh, kak. Sakit." Theia menggeliat kesakitan menerima semua perilaku Alaistair.

"Makanya, jangan nakal bitch." Alaistair segera melepas rok dan dalaman yang Theia pakai lalu membuangnya sembarang.

Ia memainkan inti Theia dan sesekali memukulnya. Theia tampak begitu kesakitan dan berusaha menahan segala desahan yang hendak keluar dari mulutnya.

Namun, itulah yang Alaistair inginkan. Ia ingin memberi pelajaran berharga kepada Theia untuk tidak berbuat macam macam dibelakangnya.

"Desah, sayang." Alaistair segera menurunkan resleting dan dalamannya. Alaistair menghentakan miliknya secara kasar kedalam milik Theia.

Lama kelamaan, Theia mulai merasa mati rasa. Matanya sudah terlalu lelah untuk menangis lagi.

Hari itu, merupakan hari kehancurannya. Ia yang sudah cukup hancur dan retak, kembali dihancurkan hingga berkeping keping dan tak tersisa apapun lagi.

 Ia yang sudah cukup hancur dan retak, kembali dihancurkan hingga berkeping keping dan tak tersisa apapun lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang