DELAPAN BELAS

1.9K 68 17
                                    

HALOOO READERSS,

Apa kabar?? Maaf author baruu bisa up sekarangg..

Selama ini author hiatus untuk menamatkan ceritanya lebih dulu supaya bisa up babnya secara teraturr 🥰🥰.

And yeaa, Jangan lupa bantu dukung author dengan cara vote okeyyy..

Happy reading! 💖

                         ✨️✨️✨️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                         ✨️✨️✨️

"Pagi hari yang indah." Inilah pagi yang selalu diidamkan oleh Alaistair. Ia masih tidak mempercayai ini semua.

Apakah ini hanya mimpi?

Ia menatap Theia yang tengah tertidur lelap disampingnya dengan lamat. Alaistair mendekatkan tubuhnya dan mengelus pipi gadisnya perlahan. Pipi kanannya terlihat lebam.

Alaistair segera membuka laci nakas disampingnya dan mencari salep luka. Setelah menemukannya, ia segera membukanya dan mengoleskannya perlahan ke pipi Theia.

Tentu saja itu ulah Alaistair. Alaistair menamparnya semalam. Theia terus menangis dan hal itu membuat Alaistair muak.

Tidak lama, ponsel nya yang diletakan di nakas berdering.  Alaistair segera beranjak keluar kamar dan mengambil ponselnya.

"Halo Bos, wanita kemarin sudah saya bereskan. Sekarang dia berada di rumah sakit *****. Lukanya cukup parah, ia mengalami patah tulang di kaki-"

"Bagus, tapi gua ga peduli sama keadaan cewek itu. Uangnya udah gua transfer."

"B-baik bos."

Alaistair segera mematikan telepon itu secara sepihak. Ia segera berjalan menuju dapur dan membuka kulkas.

Masih terdapat beberapa bahan makanan tersisa. Ia memutuskan untuk membuat spaghetti carbonara untuk dirinya dan Theia.

                           _____

"Eunghh..." Theia mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Ia merenggangkan tubuhnya sejenak dan merenung.

Theia segera membelalakan matanya setelah sepenuhnya sadar. Ia segera turun dari kasur untuk mencari pakaiannya.

"Aghh..sakit." baru saja turun dari kasur, ia langsung terjatuh karena merasakan sakit yang teramat sangat di intinya.

"Alaistair sialan."

Ia berusaha untuk bangkit lagi dan berjalan perlahan untuk memungut bajunya yang berserakan di lantai.

Setelah selesai memakai bajunya, ia segera berjalan keluar dari kamarnya dan mencari Alaistair.

Bau masakan menusuk indra penciumannya. Ia berjalan menuju dapur dan menemukan Alaistair yang tengah memasak.

Ia berusaha menetralkan nafasnya. Hanya dengan melihat punggung lelaki itu dari belakang mampu membuatnya cukup gugup.

"K-kak Alaistair." Cicit Theia.

"Hmm? Udah bangun, sayang? Tunggu bentar lagi ya, makanannya hampir jadi." Alaistair menengok kebelakang dan menunjukan senyum manis.

Senyum itu tampak mengerikan di mata Theia.

"K-kak, aku mau pamit pulang. Masih ada banyak kerjaan yang aku harus urus di kos." Alibi Theia.

"Nanti." Alaistair membalas singkat.

"G-gabisa ditunda kak...aku harus pergi sekarang, aku juga udah nepatin janjiku ke kakak."

"Gua bilang nanti ya nanti!" Kini Alaistair membentaknya dan menghampirinya.

Theia yang takut pun mundur hingga menabrak dinding dibelakangnya. Alaistair segera mengukung tubuhnya dan berbisik ditelinganya.

"Jadi gadis gua yang manis dan penurut, dan gua gabakal nyakitin lo. It's easy for you, Theia."

Theia yang ketakutan pun hanya mengangguk dan meminta maaf berkali-kali. Ia takut Alaistair akan berbuat nekat pada dirinya, terlebih ia sedang berada di apartemen lelaki itu.

Alaistair pun berbalik dan mengambil dua piring yang berisikan dua porsi spagetti diatasnya di pantry. Ia segera duduk diatas mini bar dapurnya.

 Ia segera duduk diatas mini bar dapurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sini, makan dulu sayang." Alaistair menepuk kursi disebelahnya.

Theia yang ingin ini semua segera berakhir pun memilih untuk menuruti Alaistair. Ia memakan spagetti buatan lelaki itu dengan lahap, hingga tak sadar terdapat saus carbonara yang tertinggal di sudut bibirnya.

Alaistair yang sedari tadi menatap Theia dari samping menyadari itupun segera mengambil tisu dan mengelap mulut Theia dengan telaten.

Theia yang mendapat perlakuan seperti itu pun hanya mematung, berusaha mencerna semuanya.

"Digituan doang baper, cih." Diam-diam, Alaistair tersenyum melihat tingkah laku Theia yang menggemaskan baginya.

Theia yang tersadar pun kembali pada pendiriannya. "Kak aku udah nurutin semua keinginan kakak, sekarang aku udah boleh pulang, kan?"

"Gua anter." Final Alaistair. Alaistair segera beranjak untuk bersiap-siap.

Air muka Theia semakin tidak enak dipandang, niat hati untuk menjauhi Alaistair, malah ia yang mengantarnya pulang.

                       🦋🦋🦋

Setelah selesai bersiap, Alaistair segera berjalan keluar dari kamar mandi dan membawa kunci mobil yang tergeletak di meja.

"Ayo pergi." Theia hanya menggangguk.

Mereka berjalan beriringan keluar dari apartemen. Sesampainya di basement, Alaistair langsung berjalan lebih dulu ke mobilnya.

Sebelum Alaistair masuk ke mobilnya, ia menyempatkan dahulu untuk membukakan pintu mobil kepada Theia terlebih dahulu.

Entah kenapa, segala hal kecil yang Alaistair pedulikan terhadap dirinya mampu memberi ribuan kupu-kupu didalam perutnya.

Entah kenapa, segala hal kecil yang Alaistair pedulikan terhadap dirinya mampu memberi ribuan kupu-kupu didalam perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang