Aruna tidak pernah menyangka bahwa hanya dengan hadir di pesta yang diadakan adik iparnya akan mengubah hidupnya hanya dalam satu malam.
Parahnya.. Ia juga harus terjebak bersama bajingan keras kepala bernama Agesta!
Aruna menguap bosan, tontonan di hadapannya mulai tidak menarik. Matanya melirik pada jam dinding, sudah pukul dua siang.
Kegiatannya sehari-hari tidak ada yang menarik. Aruna masih belum mengaktifkan ponsel asli miliknya, tetapi Agesta telah memberi satu unit ponsel baru untuk digunakan. Masalah lain adalah Aruna tidak begitu tertarik menggulir ponsel, terlebih karena di ponselnya Aruna tidak memiliki kontak lain selain Agesta dan Alvero.
Membosankan, bukan?
Agesta tidak bekerja keluar hari ini, pria itu mengambil tempat di sofa sebrang tempat tidur dan bekerja disana ditemani laptop serta beberapa lembar berkas yang tidak ia mengerti. Pula Aruna tidak berani mengganggu Agesta karena raut serius pria itu membuatnya segan.
Agesta memang tidak membatasi ruang geraknya, seperti yang pria itu katakan bahwa ia hanya akan membuat Aruna merasa aman. Agesta menepati ucapannya. Aruna bebas melakukan hal yang ia ingin lakukan selama itu tidak berbahaya.
Tetapi rasa-rasanya jika hanya berdua di kamar seperti ini diluar mereka tidur, Aruna tidak nyaman juga.
Ini lebih buruk dibanding tinggal dirumah pria itu. Hah, salahnya sendiri. Aruna menggerutu.
Duh, Aruna bisa mati bosan jika begini.
Aruna menggigit bibir bawahnya, ia ingin pergi keluar. Agesta juga sepertinya tidak akan keberatan memberi ijin, tapi masalahnya Aruna juga tidak tahu harus kemana..
Berjalan-jalan sendiri diluar Aruna tidak berani, Aruna masih takut jika ia tidak sengaja bertemu keluarga suaminya, oh Aruna belum siap untuk itu.
Jika boleh jujur, Aruna lebih merasa aman jika ada Agesta.. Hanya saja jika meminta langsung ditemani pada Agesta.. Gengsi tidak, sih?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terhitung sudah lima belas kali helaan napas jengah terdengar dari arah tempat tidur dimana Aruna berada. Agesta yang sedang berada di sofa ditemani kertas-kertas lama-kelamaan mulai terganggu.
Pasalnya Aruna tidak ragu-ragu menghela napas dengan keras mengganggu konsentrasinya yang sedang memeriksa laporan.
Agesta menutup laptop, menumpuk berkas dan menyimpannya di meja, kemudian bangkit menghampiri ibu hamil yang sedang menonton televisi itu.
"Kamu bosan?"
Aruna sekali lagi menghela napas keras dan memutar mata malas tanpa menoleh, "Apakah itu sesuatu yang masih harus dipertanyakan?"
Padahal diam-diam dalam hati Aruna tersenyum puas penuh kemenangan. Ah untung saja Agesta mengerti tanpa Aruna harus meminta langsung pada pria itu. Aruna masih bisa menyimpan gengsinya untuk lain kali.
Agesta mengusak rambut Aruna gemas yang membuat wanita hamil itu menoleh dan bibirnya maju cemberut. "Ih! Jangan diberantakin!" protesnya lucu.
"Nanti malam saya ajak kalian keluar." janji Agesta.