Leon terbangun dari tidurnya dan menyadari Nessa sudah kembali, tetapi tidak ada diruang UGD. Leon memutuskan untuk mencari Nessa ke lantai bawah. Leon melewati Mushola dan melihat Nessa yang sedang berdoa. Terlihat Nessa berdoa dengan sangat khusyuk.
“kamu cantik banget ya Ness. Sayang kita gak sama,” ucap Leon.Leon menunggu Nessa selesai shalat.
“Eh? Deon, kamu dari kapan disini?” tanya Nessa.
“Barusan, ayo balek,” ajak Leon. Sambil berjalan menuju UGD mereka bercerita tentang masa lalu.
“Haha, dulu kamu itu keras kepala banget deh,” ucap Nessa. “Iya, tapi kalau demi kamu bakal berubah,” balas Leon.
“Haha, aku senang bisa kenal sama kamu. Oh iya, gimana kabar kembaran mu? Masalah kalian udah selesai?” tanya Nessa pada Leon. Leon jadi terpaku dan tak mengerti dengan ucapan Nessa, karena selama ini Leon dan Deon tak memiliki masalah apapun.
“Eh maaf kalo nyinggung perasaan kamu, aku gak maksud,” ucap Nessa. Karena Leon tak ingin membuat Nessa curiga jadi
Leon hanya mengangguk dan mengalihkan topik.
“Aku jadi keingat waktu pertama kali kita ketemu, romantis ya. Kamu masih ingat?” tanya Leon.
“Haha iya, lebih ke heroik sih. Kamu rela dipukulin sama mereka demi ngelindungin aku,” ucap Nessa.“Hah?” Leon jadi heran, karena yang diceritakan Deon kepadanya berbeda dengan versi Nessa. Deon bilang bahwa ia memberikan bunga dari kertas untuk membuat Nessa senang. “Aku pernah ngasih kamu bunga dari kertas kan?” tanya Leon. “Bunga kertas? Haha, gak pernah. Kamu itu sukanya ngasih barang-barang aneh, kaya batu bentuk love atau gak gelang dari klip. Itu batunya masih aku simpen loh,” ucap Nessa. Leon merasa bahwa semua yang diceritakan Deon sangat berbeda dengan yang sebenarnya.
“Ouh, gimana kalo nanti aku beliin bunga buat kamu?, Bunga mawar biru kesukaanmu?” tanya Leon.
“Deon, aku benci mawar. Terutama mawar biru, kan udah aku bilang bunga itu yang sering di kasih mendiang abangku dulu. Kamu lupa?, Gapapa,” ucap Nessa. Nessa jadi merasa curiga dengan Leon.“Eh, maaf ya Ness. Nanti aku beliin apa aja yang kamu suka deh,”balas Leon. Padahal Deon bilang Nessa paling suka mawar biru.
Situasi menjadi canggung, Nessa jadi teringat kematian Erlan. Saking sukanya Erlan dengan mawar biru, disaat ia mau menyatakan perasaan kepada Reana, Erlan membawa mawar biru. Namun bunga yang indah itu malah jadi berlumuran darah Erlan dan Reana.
Tak terasa mereka sudah sampai didepan UGD. Saat mereka berdua masuk ayah dan bunda Nessa sudah ditutupi kain putih. “Ayah bunda?!, kenapa dok??”, tanya Nessa dengan panik. “Infus kedua pasien ini telah dicabut dan sepertinya mereka berdua telah dicekik oleh seseorang. Saat ini kami sedang mengecek CCTV,” ucap dokter. Nessa langsung membuka kain itu dan melihat bekas cekikan dileher bundanya.
“Bunda!” Nessa menangis di samping jenazah bundanya itu. Leon terkejut dan berusaha menenangkan Nessa. “gawat dok, semua CCTV dilantai dua mati,” ucap satpam.
“Loh, kenapa tidak ada pemberitahuan dari penjaga?” tanya dokter.
“Maaf Dok, tapi penjaga CCTV ditemukan tewas tergantung diruang CCTV,” Ucap satpam.“Sabar ya Ness, kamu yang tabah. Ini udah takdir,” ucap Leon. Tiba-tiba saja Nessa berhenti menangis. Nessa langsung menarik kerah baju Leon,
“Kamu! Kamu yang terakhir keluar dari sini. Kamu apain mereka hah?” lagi-lagi tatapan dan hawa Nessa berubah total.
“Bukan! Bukan aku Ness,” semua orang di dalam UGD langsung melihat kearah Leon. Nessa langsung tak sadarkan diri.
“Dok, tolong Dok. Jangan sampai dia kenapa-napa, atau aku tebas kepala mu,” ucap Leon dengan tatapan tajam.
“Tangkap dia!” ucap dokter dengan panik. Para satpam langsung menarik Leon ke luar UGD.“Uhh” Nessa tersadar dari pingsannya dan menyadari tak ada Leon lagi di sana.
“Dek, gimana rasanya badanmu?” tanya dokter.
“Gapapa Dok, dimana temen saya yang tadi?” tanya Nessa.
“Dia udah diamankan, untung aja tadi kamu bilang. Dia mungkin lagi di introgasi,” Nessa jadi terkejut dan bertanya kenapa.“Loh bukannya tadi kamu yang bilang kalo dia yang terakhir keluar dari sini, dia itu juga psikopat,” ucap dokter.
“Saya gak penah bilang kaya gitu dok!” bantah Nessa. Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari luar UGD.
“Merunduk! Saya telfon polisi dulu,” tiba-tiba saja dokter itu tertembak didadanya. Nessa merasa sangat syok melihat dokter itu berlumuran darah di depan mata Nessa.
“Ahkk!” Nessa langsung berteriak sejadi-jadinya.Ternyata yang menembak dokter itu adalah Leon. Tanpa basa-basi, Leon langsung mengendong Nessa dengan brutal.
“Ahk! Deon turunin aku!, Kamu jahat!, Kamu udah ngebunuh dokter itu, bantu dia Deon!” ucap Nessa sambil memberontak. “Terus apa bedanya sama kamu?, Stop manggil aku dengan nama itu! Dia udah mati, dan kamu cuma punya aku,” ucap Leon.“Apa?, Kamu siapa?, Lepasin aku!”. Nessa mencoba memberontak, tetapi Leon tak bisa dikalahkan. Diluar rumah sakit para polisi sudah mengepung Leon, tetapi Leon langsung menembak para polisi itu. Disaat ada tembakan yang mengarah pada Nessa, Leon langsung memeluk Nessa dan menjaganya. Peluru Leon sudah habis dan Nessa merasa sangat pusing
mendengar suara tembakan tanpa henti. Tanpa pikir panjang Leon langsung berlari dan memukul polisi yang mengganggu jalannya.
Leon membawa Nessa kerumah Leon. Sesampainya disana Leon langsung membaringkan Nessa di kasurnya. Leon pergi kedapur dan menyiapkan makanan untuk Nessa.
“Uhk, ini dimana?” Nessa melihat disekeliling dan melihat foto dirinya bersama Deon. Dan kamar itu dipenuhi dengan bunga mawar biru.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Reality
FantasyNessa Agatha merupakan putri dari keluarga ternama, yaitu keluarga Agatha. Namun karena suatu alasan, ia dititipkan ke pamannya bersama kakaknya yaitu Eesha Khaira. Dan siapa sangka, karena permasalahan ekonomi, Nessa tega membantu penjahat yang ing...