Pagi hari, matahari sudah memancarkan sinarnya kembali, namun hari ini cuaca sangat dingin.
Aisha bersiap untuk kembali bersekolah, dia mengikat rambutnya dengan gaya ekor kuda. Gadis itu memang jarang menggerai rambutnya, padahal rambutnya terbilang bagus dan sehat. Tapi dia lebih memilih mengikat, menurut Aisha agar dia lebih nyaman saat belajar.
Dia mengambil tas kesayangannya berwarna biru langit, tas pemberian Yasha hadiah ulang tahunnya tahun lalu.
Dia keluar dari kamar, lalu menuju kamar Yasha yang berada tepat di sebelah kamarnya. Pintu kamar Yasha tidak pernah terkunci jadi dia bebas masuk kapan pun. Dia melihat cowok itu masih terlentang bebas tertidur pulas.
Aisha mengecek kening Yasha untuk memeriksa suhunya. Karena semalam cowok itu sempat demam.
"Udah dingin," gumam Aisha.
Yasha yang terusik dia langsung terbangun dari tidurnya, melihat Aisha sudah ada di hadapannya.
"Ai, lo kenapa gak bangunin gue dari tadi sih?" Yasha langsung bangkit dari kasur.
"Eh lo mau kemana?" Aisha menahan lengan Yasha yang hendak berdiri.
"Mandi lah."
"Gak lo masih sakit, luka lo masih basah, semalam demam juga, lo istirahat yang cukup, gue nanti yang ngurus surat sakit lo."
"Gue gak bisa biarin lo berangkat sendiri."
"Gue aman Yasha."
"Gimana kalau merek-"
"Gak akan! Pegang omongan gue, pulang sekolah gue udah di rumah ini, gue janji!" sela Aisha lalu menjulurkan jari kelingkingnya untuk berjanji dan tersenyum meyakinkan.
Yasha menghela nafas sejenak, sebenarnya dia masih tidak bisa membiarkan gadis itu sekolah sendirian, tapi benar kata Aisha dirinya belum sembuh total. Yasha menyambut tautan kelingking mungil gadis itu.
"Nah gitu dong, dadah gue berangkat dulu ya." ucap Aisha.
"Hati-hati Ai, itu motor berat." Yasha mengingatkan Aisha karena motornya cukup besar.
"Pasti, bye."
Cup
Yasha sontak terkejut karena Aisha mencium pipinya, dia masih membeku mematung karena perlakuan gadis itu secara spontan.
"Kelarin bengong lu sampe gue pulang, hahaha." Aisha keluar dari kamar Yasha dengan tertawa terbahak.
Tidak biasanya Aisha mencium Yasha, mungkin bisa di bilang terkahir kali ketika mereka masih berusia sepuluh tahun, dan sekarang setelah delapan tahun kemudian Yasha mendapat kecupan singkat itu lagi.
Yasha masih memegang pipinya, ini seperti mimpi, "Gue kenapa sih? baper? gak mungkin lah, Aisha udah gue anggap adek gue sendiri!!" ucap Yasha meyakinkan hatinya yang berdebar kencang.
*****
Aisha kini sudah sampai sekolah nya, dia memarkirkan motor sport milik Yasha itu, lalu bergegas memasuki gedung WHS, kali ini dia hanya sendiri karena biasanya dia selalu bersama Yasha.
Tapi tampaknya sekolah hari ini tampak sepi, "Tumben biasanya jam segini rame, ada yang kurang tapi apa?" gumam Aisha.
Dari kejauhan Rara dan Ita mendekat ke arah Aisha berdiri.
"Aisha." panggil Ita membuat langkah Aisha terhenti.
"Ai lo tumben gak bareng Yasha?" tanya Ita.
"Yasha sakit Ta."
KAMU SEDANG MEMBACA
YASHA [ON GOING]
Teen FictionYasha Juwan, berambisi untuk melindungi adik angkatnya. Bagi Yasha tujuan hidup yang sesungguhnya adalah menjaga dan melindungi gadis pemilik sorot mata teduh itu, dia adalah Aisha Deralia. Awal hidup mereka penuh ketentraman dan kedamaian. Namun, k...