14 - Mencoba Menerima

0 0 0
                                    

Sepulang sekolah mereka berniat menjenguk Ita, sesuai dengan rencana Aisha tadi.

Mereka mendekat kearah motornya yang terparkir, namun Rara gadis itu datang secara tiba-tiba mencegah Yasha dan Aisha.

"Tunggu!" Rara menarik lengan keduanya.

"Kenapa sih Ra?" Aisha terheran melihat gadis itu tergesa-gesa.

"Kalian naik mobil gue aja ya?" tawar Rara.

"Ai lo mau bareng Rara?" Yasha bertanya pada Aisha yang berada di sampingnya.

"Gak! lo juga harus bareng kita Sa." sahut Rara.

Yasha menaikan satu alisnya karena pertama kali gadis itu menawarkan tumpangan padanya. "Lo kenapa?"

"Plis kali ini aja, ayo cepet!" Rara terus menarik lengan keduanya dan melihat sekitar memastikan tidak ada yang mengintainya saat ini.

"Ra?" Aisha pun ikut terheran karena tingkah laku Rara yang berlebihan, dia memastikan jika temannya baik-baik saja.

"Motor gue?" tanya Yasha terhadap nasib motornya.

"Motor lo aman, gue telefon sopir gue buat bawa motor lo." jawab Rara.

"Kenapa lo tiba-tiba banget?" Yasha memicing matanya melihat wajah Rara.

"Gue jelasin di mobil, cepat masuk, Sa lo yang nyetir ya?" Rara memberi kunci mobilnya pada Yasha.

"Hmm."

Mereka memasuki mobil, Yasha yang mengemudi dan kedua wanita itu duduk di bangku penumpang.

"Gue berasa jadi sopir." ucap Yasha.

"Yaelah sekali doang kapan lagi lo nyupirin dua cewek cantik gini." Rara dengan tampang pedenya.

"Jadi lo sengaja ngajak gue buat jadi sopir?"

"Kaga njir, ini gawat Sa, tapi lo janji harus fokus nyetir! jadi lo cukup dengerin gue!" ucap Rara heboh.

"Iya." Yasha melajukan mobilnya.

Aisha sedari tadi hanya memperhatikan sikap Rara, "Kenapa Ra?" tanyanya.

"Jadi, ini." Rara menunjukkan sebuah room chat dengan nomor tidak di kenal.

"Siapa?" Aisha terdiam kaku tidak mengerti maksud dari gadis itu.

"Gue pun gak kenal sama nomor ini, tapi gue tau maksud dia baik buat nolong kalian, gue inget perkataan lo Ai. Kalian selalu di ganggu sama Geng itu kan? gue khawatir siapa tau ucapan orang asing ini benar?" Rara menjelaskan maksud pesan tersebut.

"Maksud lo Rovedouls?" Yasha masuk ke dalam topik pembicaraan.

"Iya Sa, jadi ada orang asing ini, ngirim pesan kalau Rovedouls udah bersiap-siap buat nyerang lo sama Aisha, ya ... jelas gue khawatir lah, gue gak mau temen gue kenapa-napa."

"Makasih Ra." Aisha tersenyum tulus ternyata Rara juga begitu peduli dengannya.

"Sebenarnya apa sih masalah kalian dengan mereka? Kenapa kalian gak pernah lapor polisi?"

"Percuma Ra mereka licik, bahkan lo tau pembunuhan orang tua gue dan Yasha? Itu ulah mereka, tapi mereka memanipulasi semuanya. Mereka penjahat yang sesungguhnya." jawab Aisha dengan tatapan kosong karena memorinya terlintas wajah Erlan, orang yang sangat dia benci.

"Apa kesalahan lo fatal sampai mereka melakukan demikian?"

"Fatal atau gak nya mereka emang hobi nyari keributan." saut Yasha.

"Erlan menginginkan Aisha dan gue gak pernah biarin itu terjadi." timpal Yasha lagi.

"Jadi mereka obses ke lo Ai? Ita pernah bilang ke gue mereka itu penjahat kelamin wanita." Rara menatap Aisha menggenggam telapak tangan gadis itu, dia khawatir jika temannya menjadi korban Geng tersebut.

YASHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang