10 - Kabar Buruk

1 0 0
                                    

Aisha duduk di bangku besi rumah sakit, dengan tatapan kosong. Sedangkan Rara mengusap air matanya yang hendak jatuh.

"Ai, Ita kuat kan? Ita bakal sadar kan?" Rara terus bertanya pada Aisha.

Aisha melihat gadis itu menangis tanpa henti, meskipun Rara suka usil tapi percayalah dialah yang paling cengeng.

"Ra, percaya sama gue, Ita baik-baik aja." Aisha menggenggam tangan Rara menguatkan gadis itu meskipun dirinya juga rapuh saat ini.

Rara berhamburan memeluk Aisha dan tangisnya bertambah pecah.

Aisha mengusap punggung dan rambut Rara dengan lembut, memberikan kekuatan pada temannya. Kemudian melerai pelukan beralih menangkup wajah Rara yang bulat itu dengan kedua tangannya, dia menghapus air mata gadis itu.

"Its okay, percaya sama gue." ucap Aisha, tangis Rara berhenti lalu dia mengusap air matanya sendiri.

Yasha hanya termenung melihat kedua gadis yang saling menguatkan satu sama lain, bahkan dia merasa iri.

Yasha tidak memiliki teman dekat kecuali Aisha, banyak yang mengajaknya bergaul tapi dia selalu menghindari mereka, bagi Yasha hal itu tidak terlalu penting dalam hidupnya.

Yasha pernah memiliki teman laki-laki tapi ternyata temannya itu hanya memanfaatkan kepintarannya untuk bahan contekan, dari hal itu dia sudah tidak berminat untuk berteman dengan siapapun.

*****

Disisi lain Amel dan ketiga temannya merenung, mereka tampak frustasi.

"Ini semua gara-gara lo Na!" tuduh Helen menyudutkan Leona.

"Kenapa lo nyalahin gue?" Leona tidak terima dirinya di salahkan.

"Lo yang nyetir mobil, dan lo yang harus bertanggung jawab! gue gak mau ya kalau sampai ketangkap polisi!" ucap Helen.

"Iya lo yang harus tanggung jawab Na!" Amel ikut menyudutkan Leona.

"Kenapa kalian semua nyalahin gue sih? lo tau di posisi gue? kalian yang usilin gue pake kecoa tadi dan gue kehilangan fokus nyetir! kalau aja kalian gak bercanda, semua ini gak akan terjadi! stop nyudutin gue seolah-olah gue paling bersalah." bentak Leona.

"Stop!" teriak Yuka, cewek tomboi itu melerai perdebatan teman-temannya yang saling menyalahkan.

"Kita semua salah! gak ada yang perlu di debatin!" ucap Yuka.

"Apa lo bilang? kita? gak gue gak salah!" ucap Amel membatah Yuka merasa dirinya benar.

"Ilangin otak childish lo Mel, kalau lo masih mau punya temen." Yuka menatap mata Amel tajam.

Amel hanya membuang wajahnya sinis.

"Jangan mau di mengerti doang Mel, gue juga punya hati, ada batasnya gue capek karena ke egoisan lo." ucap Leona.

"Cukup Leona!" tegas Yuka, "Jangan memperkeruh keadaan, cukup diam seolah gak terjadi apa-apa." timpalnya.

"Gue gak bisa, gimana kalau cewek itu mati! terus orang tuanya ngusut kasus ini? Gue gak mau di penjara." saut Helen.

"Gue tau orang tua Ita mereka gak pernah peduli sama anaknya, dan gue tau rahasia besar cewek itu! Gua jamin tuh cewek pasti bungkam meskipun dia udah tau kita pelakunya. So kita aman ... jangan pernah ada yang bahas tentang ini lagi."

"Darimana lo tau?" tanya Amel pada Yuka.

"Karena dulu Ita temen deket gue, tapi ...." Yuka menjeda ucapannya.

Teman-temannya menganga lebar tidak percaya karena pernyataan Yuka yang pernah berteman dengan Ita.

"Tapi?" Amel memicingkan matanya menatap Yuka.

YASHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang