CHAPTER 03

389 72 29
                                    




***

Warning: mengandung konten semi-nsfw!

Tidak ada sedikitpun niatan menolak saat pemuda manis yang baru ditemui oleh Jeno mengajaknya untuk berkunjung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada sedikitpun niatan menolak saat pemuda manis yang baru ditemui oleh Jeno mengajaknya untuk berkunjung. Selama perjalanan menuju rumah Jaemin, suasana canggung memeluk keduanya. Suara langkah kaki terdengar sedikit lebih nyaring saat keduanya memasuki wilayah yang sedikit sepi. Mengantarkan arah pandangan mata Jeno yang sedaritadi berjalan di belakang Jaemin pada sebuah gerbang menuju rumah yang terlisah sudah sedikit usang karena kayu gerbang dipastikan sudah cukup berumur, dengan dua buah lentera pada bagian sisi kiri dan kanan tertempel pada tembok berbahan batu merah tersebut. Tinggi dari tembok barbahan batu merah itu tidak begitu tinggi, sedikit lebih rendah dari pintu masuk gerbang, oleh karena itu Jeno bisa melihat sedikit bagian halaman dan rumah Jaemin dari luar gerbang.

Jaemin membuka pintu gerbang dengan mendorongnya masuk. Menunjukkan visualisasi rumah milik pemuda manis yang terlihat begitu nyaman di mata Jeno. Saat gerbang dibuka, pemuda tampan itu menyadari jika Jaemin memiliki halaman depan yang sangat cantik. Memasuki wilayah rumah Jaemin, Jeno bisa melihat sisi kiri dan kanan bagian dalam gerbang dipenuhi dengan berbagai bunga liar penuh warna. Bukan hanya itu, saat matanya menatap ke arah rumah bertingkat tanpa balkon milik soulmatenya itu, Jeno bisa melihat bunga lavender berjajar di depan rumah atau mungkin deretan bunga lavender itu memang mengelilingi rumah Jaemin, ditanam dekat dengan tembok. Selain itu, bunga wisteria tumbuh tak kalah cantik memeluk tembok rumah Jaemin hingga tembok lantai dua, menampilkan warna yang sama seperti bunga lavender, ungu cerah.

Di halaman depan selain ditumbuhi oleh bunga liar, Jeno bisa melihat banyak tanaman herbal yang ditanam berjajar disisi kiri halaman, dengan 4 pohon dekat dengan tembok. Walau sedikit gelap karena malam tiba, Jeno bisa melihat jika 4 pohon tersebut sudah memilii buah. Pemuda tampan itu juga melihat satu pohon bunga poeny berwarna merah muda yang secara tidak sadar membuatnya tersenyum karena bunga poeny merupakan tanda soulmate milik keduanya. Pemuda tampan itu menyadari jika Jaemin memiliki kedai teh karena di sisi kanan, selain ditumbuhi bunga liar, pemuda tampan itu melihat terdapat 4 meja berbentuk lingkaran dengan masing-masing memiliki 2 kursi. Dan saat kembali melihat pada rumah milik Jaemin, terdapat sebuah papan bertuliskan Kedai Teh Dith's diatas pintu masuk.

"Apa rumahku terlihat aneh?" suara manis Jaemin melantun ditengah angin malam yang berhembus.

"Aku menyukainya!" Jeno tersadar dan menatap kearah pemuda manis yang tengah memperhatikannya, pemuda tampan itu menggelangkan kepalanya cepat. Pemuda tampan itu tidak berbohong. Ia sangat menyukai rumah Jaemin, bahkan pada malam haripun rumah milik pemuda manis itu terlihat nyaman. "Bunga tidak tumbuh di Agne, begitu juga pohon."

"Pohon itu, adalah pohon bunga magnolia! Bunganya sangat cantik." Jaemin menunjuk ke arah pohon cukup besar disisi kanan rumahnya, Pemuda manis itu menarik Jeno untuk berjalan sejajar dengannya lalu mulai berbicara mengenai tanaman di sekitar rumahnya dengan nada ceria, seolah senang karena seseorang mau mendengarkannya, "Aku menanam tanaman herbal, bunga liar juga bunga poeny di halaman depan, lalu sayuran dan beberapa buah beri di belakang rumah. Oh! Aku juga memiliki pohon mangga dibelakang."

WILDFLEURS SOUL • NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang