CHAPTER 16

133 22 107
                                    




***

Tidak pernah terpikir oleh pemuda manis yang sedaritadi menggenggam erat telapak tangan soulmatenya, mengenai ruang laboratorium kasar juga rahasia akan berada di bagian dasar dari danau silver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak pernah terpikir oleh pemuda manis yang sedaritadi menggenggam erat telapak tangan soulmatenya, mengenai ruang laboratorium kasar juga rahasia akan berada di bagian dasar dari danau silver. Langkah membawa Jaemin dan Jeno untuk menelusuri lorong panjang semakin dalam, namun kini keduanya tidak perlu begitu terpaku pada lentera yang dibawa oleh pemuda tampan dengan rambut silver tersebut, karena setiap satu meter dari dinding tembok lorong ditempeli oleh lentera dengan api abadi berwarna biru. Sebuah api sihir yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Beberapa dinding dari tembok lorong yang dilewati terlihat begitu mengkilap akibat beku karena udara dingin di Agne yang tidak pernah hilang. Bahkan, Jaemin merasa ia harus melangkah dengan sangat hati-hati karena takut terjatuh dan menginjak gumpalan air yang sudah membeku.

Oleh karena itu, jangan heran jika pemuda manis tersebut semakin menempelkan tubuhnya pada Jeno walau keduanya berjalan bersampingan. Udara terlalu dingin dan entah mengapa tubuh soulmatenya itu terasa begitu hangat. Jeno bahkan sudah melepaskan jubah yang menjadi bagian dari seragam Ksatria Raptor itu dan memberikannya pada Jaemin, membuat si cantik memakai dua jubah ditubuhnya. Sementara Jeno hanya memakai seragam Ksatria Raptor tanpa luaran hangat. Tapi, tidak sedikitpun pemuda tampan itu menggigil karena kedinginan. Jeno terlihat sangat biasa dengan situasi sekarang, padahal jelas-jelas udara di lorong ini lebih dingin daripada di sel penjaranya.

"Jeno," Jaemin menarik-narik seragam Ksatria Raptor yang dipakai oleh soulmate tampannya itu, "Kau tidak merasa dingin?"

Dengan cepat Jeno menggelengkan kepalanya lalu bertanya. "Aku sudah terbiasa dengan ini. Kau kedinginan?" Namun, bukan Jeiden Noémi namanya jika hanya berhenti sampai disana, ia menggunakan kesempatan ini untuk menggoda soulmate cantiknya itu. Menarik pinggang Jaemin sehingga kedua tubuhnya kembali menempel, "Mau ku cium?"

"Menjauh dariku!" walau dua kata tersebut keluar dari mulut manis Jaemin, pemuda manis itu tidak bisa menyembunyikan rona kemerahan pada kedua pipinya. "Kita tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan itu!"

Suka atau tidak, Jeno segera melepaskan satu lengannya yang melingkar diantara pinggang ramping tersebut. Berlagak seolah dirinya menyerah dengan tawaran yang diberikan pada Jaemin, walau pada akhirnya pemuda tampan itu mencuri kembali satu kecupan singkat pada pipi milik soulmate manisnya, membuat Jaemin hanya menatap pada soulmate tampannya dengan pandangan wajah datar. Menimbulkan senyuman kecil dari sosok tampan yang memilih untuk kembali berjalan mendahului Jaemin, tidak lupa dengan wajah berseri membuat sosok tampan itu sepertinya lupa betapa licinnya jalan dari lorong yang dilewati, hingga Jaemin harus menahan tawanya saat Jeno beberapa kali hampir terpeleset.

Sejauh keduanya berjalan menelurusi lorong, benar-benar tidak ada jalan lain selain jalan yang membentang lurus. Jadi, keduanya tidak perlu repot-repot membuang waktu dengan memilih jalan yang tepat. Hanya saja, Jaemin merasa semua terasa begitu aneh. Jika ruangan ini memanglah ruangan rahasia, bukankah seharusnya ruangan ini memiliki beberapa jebakan. Bahkan jalan masuk menuju lorong ini saja tidak terasa begitu aman di mata pemuda manis ini. Jujur saja, Jaemin bukanlah tipe orang yang akan berpikir positif setiap saat, ia akan memikirkan cerita terburuk yang kemungkinan akan tejadi. Dan diantara semua kemungkinan terburuk yang terjadi, sepertinya semua kemungkinan terburuk tersebut hanya milik Jeno.

WILDFLEURS SOUL • NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang