CHAPTER 02

443 70 54
                                    


***


Konsep mengenai belahan jiwa adalah suatu hal yang terdengar begitu romantis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Konsep mengenai belahan jiwa adalah suatu hal yang terdengar begitu romantis. Bahkan hanya dengan mendengar kata soulmate, banyak orang akan membayangkan sebuah hubungan romantis dengan benang merah yang saling menghubungankan takdir untuk seumur hidup. Berbeda dengan kebanyakan pasangan, mereka yang memiliki tanda soulmat cenderung akan lebih harmonis dalam hubungan romantis yang terjalin. Orang-orang dengan pikiran seperti itu biasanya melupakan fakta jika terdapat beberapa pasang soulmate yang bahkan kesulitan menemukan belahan jiwa mereka.

Seorang pemuda berambut silver dengan mata biru gelap selalu yakin ia akan bertemu dengan belahan jiwanya. Jadi saat beberapa teman atau seniornya tak berhenti menggodanya, pemuda tampan itu hanya mendelik malas sambil memakan tanghulu dengan buah stroberi di tangannya, "Berhentilah! Aku yakin soulmateku ada disini!"

"Kau mengatakan hal yang sama saat berjaga di istana." seorang pemudi dengan rambut panjang cokelat terlihat menyahuti, lalu menatap kearah sosok yang lebih muda darinya, "Jeno, kau yakin akan bertemu dengan soulmatemu di negeri ini?"

Mata indah sebiru lautan dalam itu menatap kearah seniornya lalu tersenyum dengan lebar, "Koeun nuna! Kau harus mempercayai instingku."

Koeun hanya tersenyum menanggapi kalimat panjang itu. Masalahnya, ini bukan pertama kalinya sosok lebih muda tersebut mengatakan hal yang sama. Dulu, saat mereka bertugas di negeri bernama Woods, Jeno mengatakan hal yang sama persisi dengan kalimat yang baru didengarkan oleh Koeun. Membuat pemudi dengan rambut cokelat panjang terikat itu hanya akan merespon dengan senyuman maklum sambil berusaha untuk tidak menunjukkan wajah kasihan miliknya.

Berbeda dengan sosok yang disebut Koeun. Ada satu orang yang mengeluarkan tawa nyaring, membuat rombongan berisikan lima Ksatria Raptor ini menjadi perhatian beberapa orang yang berjalan di jalan utama untuk Festival Bumi besok. Mendengar tawa nyaring itu, Jeno segera mengangkat satu tangannya lalu memberikan pukulan kecil agar pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya diam. Jeno berani melakukan itu karena pemuda yang ia pukul lebih muda dan merupakan Ksatria Raptor yang masih dalam pelatihan. Sosok yang mendapatkan pukulan itu hanya mendesis kecil sambil mengusap bagian belakang kepalanya.

"Jisung," Jeno ikut mengusap bagian belakang kepala adik tingkatnya itu, "Masih mau kupukul?"

Pemuda berambut pirang yang lebih muda dari Jeno segera menggelengkan kepalanya cepat lalu berlari menyusul Koeun dan beberapa Ksatria Raptor lain yang berjalan sudah sedikit lebih jauh dari keduanya. Sedangkan Jeno hanya mengembuskan napasnya berat sambil sedikit mengeluarkan sebuah umpatan, tahu jika pemuda bernama Jira Sungy tersebut akan mengadu pada Koeun yang bukan hanya seorang senior, namun juga wakil pemimpin dari divisi satu berisikan banyak dari Ksatria Raptor. Dan Jeno nantinya harus mendengarkan seala celotehan dari seniornya.

Pemuda tampan itu memakan tanghulu stroberi terakhir dari tusukannya, lalu membuang kayu tusukan itu pada tempat sampah didekatnya sebelum berniat untuk pergi kearah lain, arah yang berbeda dari semua Ksatria Raptor. Tidak ada salahnya berpisah sebentar dari teman-teman dan seniornya untuk menikmati malam sebelum festival, atau lebih tepatnya malam sebelum ia bertugas seharian penuh besok. Walaupun festival berlangsung besok, Jeno tentu tidak akan bisa menikmatinya karena harus menjadi pengawal 24 jam penuh untuk Raja Sena dan Pangeran Pertama dari negeri Agne. Oleh karena itu, Jeno berniat menikmati makamnya dengan sungguh-sungguh.

WILDFLEURS SOUL • NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang