CHAPTER 18

169 22 31
                                    






***

Satu kamar, tentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu kamar, tentu. Bagaimana mungkin pemuda tampan itu menginginkan kamar terpisah dengan soulmatenya. Sedangkan sosok yang menawarkan hanya menganggukkan kepala paham, lalu berjalan kearah meja lain yang menjadi tempat untuk melakukan registrasi berhadapan langsung dengan pintu masuk. Jaemin dan Jeno mengikuti pemudi tersebut, namun sesuatu terasa sedikit mengganjal bagi Jaemin karena sedaritadi soulmatenya terlihat begitu gugup. Menyadari jika Jaemin memperhatikannya, Jeno segera mengusap pelan helaian rambut yang sudah tidak tertutup dengan penutup kepala dari jubah. Mendekatkan sedikit tubuhnya pada soulmate cantiknya untuk membisikkan sesuatu.

"Kurasa ia tidak mengingatku." bisiknya pelan pada telinga Jaemin.

Saat Jeno berkata mereka akan pergi ke utara. Pemuda manis itu tidak tahu pasti siapa yang akan ditemui. Bahkan hingga keduanya berdiri di dalam sebuah penginapan bernama sunny side ini Jaemin hanya berpikir Jeno hendak menyewa kamar karena mereka membutuhkan istirahat. Mendengar bisikan yang diberikan oleh soulmate tampannya itu kini Jaemin mengerti jika sosok yang berada di meja registrasi berbahan kayu itu sudah pasti salah satu orang yang dikenali oleh Jeno. Namun sosok manis itu sepertinya tidak begitu ingat padanya, atau mungkin karena pemuda tampan itu masih belum melepas penutup kepala jubah yang masih menutup sebagian besar dari rambut dan wajah bagian atasnya.

Jaemin terkekeh kecil, lalu pemuda manis itu membuka penutup kepala yang menutupi hapir bagian atas hingga hidung dari soulmate tampannya itu, "Sepertinya ia tidak bisa melihatmu dengan jelas Jeno."

Kedua pipi Jeno merona, warna yang sangat kontras dengan kulitnya yang sangat putih. Dalam diam menggigit bibirnya untuk menahan rasa malu. Sementara Jaemin mulai mengeluarkan tawa kecil sambil sedikit menarik jubah Jeno, membuat tubuh jangkung itu menjadi lebih dekat dengan dirinya. Keduanya terlarut dalam tawa untuk beberapa detik sebelum Jeno tersadar dan menarik soulmate manisnya agar berdiri di depan meja registrasi. Karena Jeno sudah membuka penutup kepala, Jaemin berharap pemudi berambut cokelat sedikit kemerahan itu menyadari keberadaan Jeno. Jika tidak, Jaemin rasa keduanya akan merasa malu karena berharap lebih.

"Berapa mal—" kalimat itu tidak bisa selesai saat pemudi tersebut menatap kearah Jeno, wajahnya jelas terlihat terkejut, "Jeiden!"

Menunjukkan senyuman jenakanya, Jeno segera menyapa sosok yang tampaknya memang ia kenali, "Sunny nuna, selamat pagi."

Sosok pemudi bernama Sunny itu masih menatap tak percaya pada Jeno. Setelah itu melirik kearah Jaemin yang hanya bisa tersenyum sebagai respon. Arah pandangan kembali pada Jeno, namun sedikit menajam. Lalu setelahnya sebuah senyuman melebar dari bibir tersebut, "Ah! Sudah kuduga mereka pasti salah menangkap orang! Buktinya kau sudah bebas sekarang!"

WILDFLEURS SOUL • NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang