Prolog

117K 4.6K 136
                                    

Byur...

Rhea mengerjab saat merasakan wajahnya basah seperti habis disiram. Gadis itu segera membuka mata dengan nafas terengah.

"Ngapain lo di ruang kesehatan? Nggak inget gue nyuruh lo apa tadi?"

Rhea menoleh ke samping. Kening gadis itu mengernyit heran saat mendapati seorang pria berwajah dingin berdiri di sampingnya.

Tubuhnya tinggi dengan kacamata yang memberi sedikit kesan lembut di wajahnya. Berbanding terbalik dengan ekspresi dingin juga tatapan tajam.

Sekali lagi Rhea mengernyit.

Tunggu... Siapa pria ini? Rhea tidak mengenalnya.

"Gue nggak nyuruh lo bengong bego." Suara itu kembali terdengar dibarengi dengan lemparan cup es teh yang sepertinya digunakan tadi untuk menyiram Rhea.

"Biasa aja dong. Kok sewot sih." Rhea berdecak. Dia tidak suka dengan sikap pria itu.

Menolehkan kepala menatap sekitar, kening Rhea semakin mengerut saat ia tidak merasa mengenali tempat ini.

"Ini dimana?" Tanyanya seraya kembali menatap pria yang sejak tadi hanya diam.

Uh, padahal pria itu tampan tapi kenapa sejak tadi terus menatapnya dengan tajam seolah Rhea ini musuhnya.

"Nggak usah pura-pura tolol. Gue nggak minat ladenin drama lo."

"Dih, kalo nggak mau jawab nggak usah ngegas." Di ujung kalimatnya Rhea memberi sedikit delikan sinis.

Gadis itu segera bergerak untuk turun dari ranjang. Sepertinya ini UKS, karena sejak tadi Rhea mencium bau obat yang lumayan kuat disini. Juga beberapa ranjang lain.

Namun, baru saja turun dan melangkahkan kakinya untuk pergi tangan Rhea sudah lebih dulu di tahan dan tanpa di duga langsung di banting kembali ke atas tempat tidur.

Rhea meringis kesakitan. Dia ingin marah tapi pria yang baru saja membantingnya itu sudah lebih dulu mencengkram kedua pipinya hingga wajah mereka berdekatan.

"Jangan ngerepotin, Rhea!"

Rhea tidak menjawab. Dia tidak terbiasa diperlakukan kasar seperti ini.

"Jangan banyak tingkah. Inget kalo hidup lo ada ditangan gue." Pria itu menghempaskan kasar wajah Rhea membuat wajah gadis itu membentur kasur cukup keras.

Membenarkan kacamata yang di pakainya. Pria yang tidak Rhea tahu namanya itu kembali bicara. Kali ini terdengar lebih dingin dengan nada penuh perintah.

"Daffian sama Kirana lagi di taman. Samperin mereka." Titah pria itu sebelum dia meninggalkan Rhea sendiri. Tak lupa pria itu juga membanting pintu UKS cukup keras. Beruntung tidak ada siapapun di sini.

Atau memang karena tidak ada siapapun yang melihat makanya pria itu bersikap kasar pada Rhea?

"Sagatra..." Gumam Rhea lirih dibarengi remasan di rambut saat merasakan nyeri yang tiba-tiba menghantam kepalanya.

***

Baiklah, aku kembalikan Sagatra versi kalian

Semuanya bakalan sama, cuma dari part 14 ke bawah aku benerin

Jangan ngamuk dan jangan kecewa man teman

RHEALLA : Antagonis's fianceeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang