Awal pertemuannya dengan Kirana adalah saat usia Sagatra menginjak enam tahun. Saat itu Demeter mengajaknya untuk datang ke acara ulang tahun Kirana. Hari yang sama dimana perselingkuhan Demeter dan William terbongkar.
Pesta ulangtahun itu hancur dan digantikan dengan pertengkaran Demeter, William, dan Angelina. Pun, Sagatra yang tidak tahu apa-apa hanya bisa terdiam di pojokkan.
Kirana bahkan menangis. Entah karena pestanya hancur atau karena melihat ibunya yang menyedihkan dihadapan William dan Demeter.
Sejak hari itu, Demeter semakin menunjukkan siapa dirinya. Dia terang-terangan ikut dalam acara keluarga atau melibatkan diri dalam kegiatan apapun yang bisa membuat namanya semakin disorot.
Dan sejak hari itu juga, untuk pertama kalinya Sagatra melihat tatapan penuh kebencian dari seseorang. Kirana, gadis itu selalu terlihat membencinya. Fakta bahwa mereka satu ayah seolah menjadi momok menakutkan untuk Kirana hingga menyimpan banyak dendam untuk Sagatra dan Demeter.
Awalnya, Sagatra tidak pernah mempermasalahkan itu. Dia acuh, mencoba tidak perduli karena sejak awal pun dia tidak merasa jika ada seseorang yang berada di sisi nya. Sagatra sendiri sejak awal, maka dia juga tidak menaruh atensi lebih pada Kirana.
Tapi, setelah bertahun-tahun berlalu, perasaan acuh itu ternyata berubah menjadi keinginan untuk memiliki Kirana. Sagatra ingin gadis itu, kakak perempuan satu ayahnya.
Kirana selalu tersenyum untuk semua orang. Wajahnya selalu dibinari oleh kesenangan, rona merah yang kadang muncul di kedua pipi gadis itu setiap Kirana tertawa, Sagatra ingin semuanya.
"Kakak..." Gumaman lirih itu Sagatra ucapkan dengan sangat pelan seraya menatap Kirana yang tengah duduk di bangku taman bersama Daffian.
Gadis itu menangis di pelukan Daffian. Tersedu dengan wajah terbenam di dada Daffian seolah lupa jika lima belas menit lalu dia baru saja menelponnya untuk datang ke taman.
"Mamah masuk rumah sakit, Daf..." Samar, Sagatra mendengar suara tangis Kirana.
Jarak mereka cukup dekat sebenarnya sampai Sagatra bisa mendengar suara Daffian dan Kirana. Sayang, Kirana sepertinya terlalu sibuk dengan tangisnya hingga tidak menyadari kedatangan Sagatra.
Dalam pelukan itu, Daffian menunduk. Wajahnya masih datar namun tak urung tangannya mengusap punggung Kirana. Menenangkan gadis itu agar sedikit merasa lebih baik.
"Gue nggak bisa kalo nggak ada mamah. Gue nggak bisa." Lagi, Kirana menangis.
"Nyokap lo baik-baik aja. Nggak usah mikir yang enggak-enggak."
"Mamah udah terlalu banyak menderita. Gue nggak bisa ngeliat dia sakit kaya gini."
Daffian tidak berkomentar. Alih-alih itu, lelaki itu justru semakin menarik Kirana dalam pelukannya. Membawa tubuh lemahnya untuk semakin merapat. Hal yang justru membuat Sagatra tertawa sumbang untuk dirinya sendiri.
Sagatra menunduk. Menatap rumput taman cukup lama. Tangannya mengepal, erat guna melampiaskan amarah yang menumpuk dalam hatinya.
Selalu Daffian. Selalu lelaki itu yang menjadi tempat bagi Kirana menangis. Sejenak, Sagatra bahkan berpikir kapan dia akan bisa ada di posisi Daffian. Duduk bersama Kirana dan mendengarkan keluh kesahnya.
Bukan makian dan amarah yang biasa dia dapatkan dari Kirana atas kesalahan Demeter.
Enggan menanggapi lebih jauh, Sagatra memilih pergi. Meninggalkan kedua insan itu yang masih saling berpelukan. Lelaki itu melakukan motornya menuju rumah sakit tempat Angelina dirawat.
Dia tahu dimana tempatnya, karena hanya satu rumah sakit yang selama ini selalu Angelina datangi untuk memeriksakan keadaannya.
Sesampainya di sana, Sagatra langsung memasuki kamar rawat Angelina. Wanita itu masih terbaring. Menutup matanya dengan wajah pucat yang memprihatinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEALLA : Antagonis's fiancee
RandomDalam novel Devastating Love, Sagatra itu antagonis yang menyukai kakaknya sendiri, a.k.a pemeran utama wanita. Lelaki itu mengejar Kirana. Namun sayang semua itu sia-sia karena sekeras apapun dia mencoba, Kirana hanya akan bersatu dengan tokoh utam...