Barang Yang Terjual

12 4 0
                                    

"Servino, ih bangun!"

Servino yang sedang asyik mengarungi lautan mimpi sontak terperanjat dan terbangun dari aksi terlelapnya di taman kediaman Amanda sewaktu gadis itu memercikan air. Bukan berencana mengusir kendati cuaca malam ini berubah hujan rintik dari sore mendung. Amanda juga tidak tega apabila Servino masih berkeliaran di luar. Oleh sebab itu, tindakan memercikan air terpaksa Amanda lakukan agar Servino tidak kehujanan.

Servino lantas diseret masuk seperti anak kucing yang menggemaskan. Dia hanya patuh dengan helaan napas panjang seolah dia pikir Amanda hendak mengusirnya bagaikan anak jalanan yang belum memiliki tempat tinggal atas nama hak milik, ternyata Amanda hanya ingin Servino pindah lokasi tertidurnya, terkecuali taman masih menjadi lokasi strategis untuk Servino bersemayam di sana seperti induk ayam yang sedang mengerami telur demi telur. Amanda terbahak, ada saja tingkah laku lucu Servino selama kekasih prianya itu berada di sini.

Amanda kemudian membuka saklar pantry yang berjarak sekitar delapan senti. Amanda sengaja membiarkan Servino terduduk di atas kursi mini bar sembari menguap akibat dibangunkan secara tiba-tiba sampai tidak berselamg lama, rintik hujan yang semula kecil pun akhirnya berangsur lebat, sedangkan Amanda hanya ingin Servino tenang selama bulan memasuki musim hujan. Amanda meletakkan gelas plastik putih nan transparan, menawarkan cairan mana yang menjadi kesukaan Servino, sebelum pria itu memutuskan dan Amanda langsung menyajikannya dihadapan Servino yang sedang mengamati proses pembuatan.

"Tumben lo gak nanya soal milih mie ayam atau mie koclok?"

Servino yang hendak memainkan ponsel menggunakan jemarinya lantas terhenti sejenak akibat pertanyaan Amanda yang familiar. Apakah waktunya tepat merasa dejavu seolah Gavin sedang mengatakannya ke Servino barusan?

"Ser.." panggil Amanda lembut.

Servino melamun. Amanda tahu itu. Jemari Amanda masih sibuk menghias minuman mereka dan wara-wiri membuka-tutup kulkas sembari menunggu tanggapan Servink yang belum usai juga melamun durjanya.

"Eh iya.. apa?" Servino sedikit menyentak. Nasib baik Amanda kebal dan bukan lagi tipikal wanita yang mudah untuk tersinggung selain daripada merenung apabila Servino sudah meninggikan suara sebanyak satu oktaf di hadapannya selama mereka sedang berada di ruangan yang sama.

"Tumben lo gak nanya soal milih mie ayam atau mie koclok?" Ulang Amanda, berharap Servino tidak kembali mensangkutpautkan ini kepada Gavin. Lagipula menurut opini Amanda sendiri, dia benar-benar tidak mengenal Gavin selain teman-temannya yang berharap Amanda kenal. Entah apa alasan terselubung dibalik itu, Amanda justru semakin terheran-heran dengan nama Gavin. Siapakah Si Empu Nama?

Amanda kan, hanya iseng bertanya karena berpikir apabila pertanyaan ini tercetus kepadanya, maka Servino akan langsung merespon, begitu menurut teman Amanda kemarin yang ketahuan meledeknya secara terang-terangan. Malangnya, respon Servino ternyata berbanding terbalik sehingga Amanda khawatir jika dialog mereka ini berangsur memburuk sebelum ponsel Amanda yang berada di atas meja ruang tamu berdering, seseorang dari belahan dunia lain tampak menghubungi kilat. Amanda bergegas lari kecil dan meminta Servino menyantap terlebih dahulu daripada menunggu Amanda menyelesaikan panggilan telepon.

Amanda mengambil jarak, meminta waktu kosong dan menjauh dari peradaban Servino. Kali ini dia ingin mengangkat panggilan dan berbicara tanpa diganggu, sebab agaknya Amanda mulai menjadi jarang sejak dis resmi berkencan dengan anggota vokalis sekaligus gitaris The Dragon Fire. Oleh sebab itu, kesempatan emas ini Amanda tidak ingin sia-siakan begitu saja sebelum Amanda terlalu banyak menerima buah pikir dari mana-mana.

Servino melirik ke belakang, dimana Amanda tampak baru saja berbelok ke arah kamar mendiang Ayahnya. Sejujurnya Servino penasaran namun dia tahu batasan daripada Amanda mengamuk karena waktunya dicuri. Setidaknya dengan menyajikan minuman ini, Servino merasa sudah lebih dari cukup untuk Amanda mengayomi dirinya, mereka kerap berperilaku selayaknya pasangan sungguhan dan Servino paham Amanda masih dalam tahap belajar, beradaptasi untuk kelangsungan bahtera rumah tangga mereka berdua agar hubungan yang sudah terajut sedari lima tahun silam tidak berakhir talak atau gugat.

Sayang apabila mereka terus membuang-buang waktu dan berurusan dengan hukum. Servino hanya ingin waktu tenang bersama kekasihnya sebelum dia kembali ke rumah da  berhadapan dengan Sang Ayah, Agra, yang tahu sendiri bagaimana kegigihan Ayahnya dalam persoalan gitar Servino yang ingin Ayahnya tersebut jual maupun buang secara paksa, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Servino setelahnya. Ayah Agra memang tidak piawai perihal emosional, Servink benci tapi dia tetap Ayahnya. Lain hal mungkin jika tahu karakter Arkan William. Si Penggila satu itu luar biasa berdedikasinya untuk memicu siteru dengan Ayahnya, pernah sekali dua kali pria itu menginap di kamar Servino, sebab Ayahnya mengusir, mendepak usai Arkan William ditampar telak dibagian pipi sebelah kanan.

Servino tentu kenal siapa Arkan William. Penggila sekaligus bermasalah, pendidikannya tidak jelas, sebab pria itu selalu saja menerima semacam drop out, panggilan ruang konseling dan Servino tidak habis pikir ada model pria sejenis Arkan William. Setahu Vino, Arkan merupakan saudara kandung Gavin Nichols. Nama mereka berbeda sebab orang tua mereka pisah hidup. Sudah pisah ranjang sekarang juga pisah rumah. Hak asuh kabarnya jatuh ke tangan masing-masing dari mereka sehingga Polisi pantas mencurigai Servino kala itu karena dianggap menyimpan banyak informasi tertutup mengenai Gavin yang berubah apatis.

Gavin jadi tidak suka bersosialisasi dan hal ini sangat amat bertak belakang dengan kehidupan sebelum diterjang badai dalam akur romansa yang dia putuskan sendiri bersama kekasih gelap. Iya gelap, sebab wanitanya merupakan biarawati. Dan beban bertambah seiring dengan depresi Gavin yang mungkin saja pikir Servino gara-gara itu, Gavin kecelakaan, tidak fokus sehingga Tuhan lebih mencintainya daripada manusia munafik di dunia ini. Saling mengandalkan tapi Tuhan lebih mengetahui mana yang terbaik bagi seluruh hamba dan semesta-Nya. Bukankah benar begitu realita hukum alam selain hukum dunia berupa kurungan, penjara, maupun denda?

Servino berdebat sembari jemarinya sengaja diketuk di atas meja dengan pikiran berkelana terhadap objek Arkan dan Gavin. Sejauh itu juga tidak ada siteru antara mereka selain pertanyaan yang sempat Amanda usungkan menit lalu mengenai mie koclok atau mie ayam. Mereka berdua kadang masih suka Servino amati berdebat mengenai mie yang menjadi kesukaan mereka. Arkan tidak begitu terbuka dan dekat sekali dengan Servino terkecuali jika pria itu diusir telak oleh Ayahnya yang kata Aurel, adik kandung Servino, galak. Aurel yang kala itu sedang berkelompok dengan Arkan, mengerjakan tugas bersama teman-teman lain saja sampai bergidik ngeri apabila suara lantang terdengar sepanjang mereka menyelesaikan karya.

Servino menekan kepalanya yang pening. Belum usai dia keluar dari penjara dan berpikir kehidupannya membaik, justru Servino lebih senang berada di penjara tanpa mengalami beban mental lebih banyak, sebab terus bersinggungan dengan pihak masih hidup. Servino hanya rindu bermain billiard dan latihan band bersama Gavin sebelum Servino curiga bahwa masalah Gavin tidak sesederhana itu sampai mengakibatkan kawan terbaiknya tewas di lokasi kejadian yang berjarak tidak jauh dari penglihatan Servino sebagai tersangka alih-alih dia dianggap saksi.

Servino mematikan layar ponsel. Tidak berkenan membalas pesan apapun termasuk kemarahan Ibunya yang terus bertanya kapan Servino pulang. Servino pikir kemarahan Ibunya dipicu karena siteru sengit yang nyaris membuat Ayah Agra menyatakan talak di depan muka. Servino menghembuskan napas gusar, di sini jauh lebih baik sebelum Amanda menggigit jari takut bercampur cemas, sebab Amanda memiliki pilihan lain selain pria seperti Servino dan mereka memang sudah berkontak panjang.

Apakah Amanda bisa terus bersama Servino sedangkan mereka sendiri selalu berusaha memanipulasi keadaan hubungan mereka agar tampak baik-baik saja seperti yang kini terjadi kepada nasib romantis Gavin dan Nafasya? Amanda kenal Cynthia tapi tidak untuk karakter Nafasya sebelum Ibu anak satu yang tengah mengandung itu bertekad menjadi biarawati seutuhnya, mengabdikan diri di Gereja bagaikan masuk ke dalam sekte yang tentunya hubungan silaturahmi Amanda terputus karena perbedaan pemahaman ideologi serta iman.

"Amanda, kamu bisa berangkat ke Belanda, bertemu dengan Ibuku." ujar pria di seberang pulau sana menggunakan bahasa bangsa penjajah, Netherlands. []

To Be Continued.

VRIJE STIJL [Semi-Baku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang