Hubungan Tanpa Restu

7 0 0
                                    

"Lo berdoa apa?" Tanya Randy memecah keheningan. Vino terlalu lama berdoa menurut Randy. Jadilah Randy merengut sembari menatap sinis Bapa Yesus yang sedang naik daun.

Vino melirik Randy usai mengatakan amin. Sontak bibir Randy juga mengatakan kalimat sepadan, meski sejujurnya Randy serta Vino saling tahu jika berharap pada yang ghaib dan Patung justru lebih menyakitkan daripada membuat paru-paru basah akibat rokok elektrik bernama Vape. Persetan. Mereka juga masih muda. Wajar jika masa muda yang dikaitkan oleh keagamaan justru berakhir aneh.

"Berdoa untuk Gavin serta keluarganya, terus berdoa supaya bokap gue bolehin gue ng-band lagi di area Luxious."

Randy tertawa terbahak-bahak. "Gaji Luxious kecil. Lo bego atau gimana?"

Vino mendelik. Melihat Randy bangkit dari duduk dan menyampirkan lengan secara sok berkuasa di atas bahu Vino. "Gue ga bego!' Elak Vino terus terang.

Randy sendiri tetap tertawa. "Amanda ga pernah lagi titip salam buat lo. Menurut lo.. dengan menjadi diri lo sendiri apa bisa mencukupi Amanda?" Sindir Randy. Jemarinya lantas bergerak ke arah pelipis. "Dia anak Menteri, bro!"

Kali ini Vino mengepalkan tangan diiringi raut murka. Namun kembali tertahan ketika Vino sadar dimana tungkai kakinya berpijak. Sangat tidak etis berkelahi di hadapan Tuhan Yesus yang sangat amat Vino hormati, yang seharusnya Randy hormati juga. Pengorbanannya membuat Vino kagum, sehingga Vino begitu mendamba karena pria seperti beliau adalah pria yang terlalu berani sekaligus ekstrem sebab melawan komplotan pengikut terdahulu yang tingkat imannya jauh lebih dulu daripada Tuhan Yesus demi menyelamatkan bahtera Nabi Isa A.s.

"Lo, gausah ikut campur." Tekan Vino berusaha menyudutkan posisi pongah Randy. Sayangnya Vino paham apabil Randy bukan lawan yang sepadan melalui sudut pandang sisi yang lain.

"Gue berhak!!" Sela Randy tegas. Kali ini tidak ada raut bercanda seperti biasa. Entah semenjak Gavin pergi atau semenjak Randy kehilangan Ibunya di usia ke lima puluh satu tahun. Dan Randy sangat muak lantaran mendiang Ibunya juga wanita yang religius akut, bertolak belakang dengan Ayahnya dan Randy yang pemabuk, pemain, namun tidak sampai ambang batas mengutang, kriminal, mencuri nan menjudi. Ibunya terlalu mudah dimanipulasi karena rentan menurut Randy, itu sebabnya Ibunya meninggal dengan cara yang menyedihkan seolah berjumpa dengan Tuhan merupakan cara ter-benar.

Menyedihkan bagi Randy tetap di mata Vino bukan menyedihkan yang sejujurnya. "Berhak atas dasar?" Tanya Vino serius. Netranya memicing tajam.

Randy bergeming. Sedetik kemudian dia menunjukkan tanda tato di bagian dada sebelah kiri dekat bahu kirinya yang sehat. Tak ayal kode tersebut kurang dapat dimengerti oleh Vino yang justru menganggap apabila maksud tato itu merupakan tato biasa karena Randy suka seni. Vino yang semula merasa percaya diri mendadak tidak terima sewaktu Randy menepuk puncak kepalanya dengan ekstrem. Sialan.

"Bego! Lo tanya sendiri deh sama Amanda. Amanda yang sama lo di Luxious itu sama enggak dengan Amanda ini, kekasih lo sekarang?"

Vino terdiam sejenak. Kurang ajar! Apakah firasatnya benar soal tipu muslihat Amanda, dimana meski bukan janda namun wanita seperti Amanda justru akan berakhir sangat berbahaya lebih daripada wanita seperti adiknya?

"Gak mungkin!" Sergah Vino, buru-buru keluar dari gereja, membiarkan Randy terbahak dengan pongah sembari melirik sinis patung Yesus yang tidak akan pernah menatap Randy balik.

"Lebih gak mungkin lagi soal Yesus, ya iyalah, dia cuma patung senyap." Ujar Randy sembari mengibaskan tangannya dan pergi dari sana menyusul Vino usai deruman mesin terdengar gagah.

"Servino, tungguin gue!" Teriak Randy menggelegar ketika pita suaranya tidak terdengar sama sekali oleh rungu Vino karena motor sportnya itu telah secara membabi buta membelah jalan raya yang tidak begitu padat.

---

Agra memijat pangkal hidungnya sekali lagi ketika berkas pengadilan datang tepat waktu, pada pukul dua belas setelah jam makan siang sesuai permintaan. Pengadilan mengurus banyak hal untuk Agra yang saat ini masih dikelumiti oleh amarah dan kesombongan. Istrinya tidak tahan sehingga talak dari Agra dia terima meski dia ingin menggugat terlebih dulu dengan dalih membantah sisi pongahnya. Agra sejujurnya pusing terhadap tekanan yang masuk dari sikap Aurel menit lalu.

Aurel datang dengan ekspresi tidak percaya, menganga, lalu keluar dengan membanting pintu, menyebabkan decit pintu terdengar parau seperti sesak menahan isak pilu, tangis. Agra ingin merengkuh gadis kecil manis di sana. Namun dia tidak bisa. Semua bisa dibicarakan, Ayah, begitu kata Aurel. Bicara, bicara, dan bicara. Membuat semua orang takut atas pernikahan yang sakral daripada melawan dan berani karena takdir Tuhan siapa tahu.

Agra sekali lagi menutup berkas di atas meja dengan satu hentakan kasar. Dia selama status pernikahan aktif dengan istrinya tidak pernah sama sekali melakukan kekerasan dalam rumah tangga menggunakan bentuk apapun bahkan sampai memiliki itikad kriminal. Ini karena Istrinya yang memulai tidak patuh seolah seluruh pengorbanan bersama mereka adalah kendali dan keputusan Istrinya. Istrinya seperti tengah sakit jiwa alih-alih biasanya dia diam karena yakin keputusan Agra selalu yang terbaik untuk keluarga mereka sebelum dan setelah Servino kerja di Luxious.

Istrinya juga banyak melakukan penalti. Agra hampir hapal ketika temannya menelepon dan mengecek Agra, sehari sebelum berkas perkata Pengadilan tiba. Agra sempat diberitahukan apabila Istrinya itu Red flag. Kata slang anak muda tentu Agra tidak selalu paham, sehingga berpuluh-puluh tahun selalu menjadi pernikahan berbasis status. Bagaimana Agra bisa waras dan sehat jika Istrinya terus berkelit dan membalikan fakta mengenai gonjang-ganjing bahtera rumah tangga mereka sebagai keluarga terhormat?

Apa yang bisa Agra sampaikan kepada mending Ibunya mengenai pembatalan dan keluhan beruntun. Agra sungguh berpikir Ibunya akan terus tidak tenang sehingga Agra menerima waktu satu jam untuk dirinya berdoa sesuai iman. Agra mendoakan mending Ibunya yang tegas dan tidak mudah rapuh. Ibunya meninggal bersama Ayahnya, mereka cinta sejati karena tidak pernah meninggalkan satu sama lain. Agra merasa dadanya seperti dihunus ratusan air keras meski Agra tidak berharap harapan ini bisa menjadi kenyataan di masa-masa tertentu.

Agra menoleh kepada figura keluarganya. Nama kepala keluarga tidak ada di ruang kerja Agra melainkan  nama jabatan Agra yang membuat Istrinya murka. Agra dulu selalu berhasil memadamkan amarah Istrinya namun Istrinya berubah total semenjak Servino dekat sekali dengan Gavin. Bocah ingusan itu lalu Amanda, selaku anak Menteri. Mereka berteman dibelakang Agra, sehingga Agra pusing karena dampaknya baru kejadian.

Agra lalu mencoba menghubungi Servino. Anak itu tidak boleh melangsungkan live streaming ketika notifikasi ponselnya menunjukkan bahwa Servino sebentar lagi akan melakukan acara live demi memungut uang lebih. Pajak motor sudah Agra bayar, bensin Istrinya penuhi, lantas apakah Servino seriusi ingin menggalang dana demi bersama Amanda? Tidak boleh bersama keturunan Menteri. Tidak boleh!

"Servino, ke kantor Ayah, sekarang!" []

To Be Continued.

VRIJE STIJL [Semi-Baku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang