Lima

496 48 6
                                    

"Kaa-san! kejam sekali, kenapa juga tidak menyuruh seseorang untuk membersihkan rumah kita? kalau begini aku kan ga perlu buru-buru pulang ke Jepang!" Kaito meringis saat melihat tebalnya debu yang menumpul di meja.

"Alasan! aku tau kaa-san masih sering berhubungan dengan client di Jepang, kenapa juga mempermasalahkan biaya telpon sambungan ke Jepang yang mahal?" langkah Kaito kini memilih mundur, saat melihat sederet semut yang sedang berjalan melintang panjang.

"Kantor? Kaa-san, aku bahkan belum memperbarui kontrakku dengan agensi yang lama. lagian  kontrakku dengan agensi di Paris sebelumnya baru berakhir Januari nanti," Kaito menghela napas pelan, berdebat dengan ibunya memang tidak pernah bisa ia menangkan.

ibunya selalu memiliki segudang alasan untuk menutupi kesalahan- taukan sekarang kenapa Shinichi mengatakan Kaito yang selalu sibuk mencari segudang alasan untuk menghindar? ya, ibu dan anak tidak ada bedanya.

"Pokoknya aku-!!!!" Kaito memekik tertahan, wajahnya yang kesal berubah menjadi pucat hanya dalam hitungan detik dengan satu kaki yang terangkat dan kedua manik birunya yang melotot terbuka lebar.

lintasan panjang jalan semut yang sejak tadi menjadi perhatiannya kini terputus, karna ada tikus yang tiba-tiba lewat dan merusak jalannya semut.

"Tidak berperasaan-" 

Kaito menutup matanya kini saat mendengar suara teriakan ibunya dari sambungan telpon yang masih menyala, sesekali akan terdengar suara omelan dengan bahasa Perancis dan Jepang yang saling bergantian.

"Kaa-san aku bukan mengataimu, aku masih anak baik yang tau aturan dan menurut. buktinya aku pulang," Kaito mencoba membela diri, memberi alasan dengan cepat adalah pilihan terbaik, sebelum ibunya mengamuk lebih lanjut dan langsung terbang ke Jepang untuk memukul belakang kepalanya.

beruntung ini kisah dengan latar belakang negara Jepang, jika berada di negara asal, mungkin Kaito sudah dikutuk jadi batu karna dicap durhaka setelah mengatai ibunda tersayang.

"Aku masih membahas soal rumah kita yang bahkan tidak layak digunakan oleh hikikomori, ini lebih tepat disebut rumah miliknya hewan," Kaito bergegas keluar dari rumah, tidak tahan dan tidak ingin juga menebak ada hewan apa lagi di dalam sana.

"Iya, iya, aku akan menghubungi seseorang untuk membersihkan rumah sebelum menempatinya lagi," salah satu alis Kaito kini terangkat, "huh? Jii-san? aku tidak menyangka jika Kaa-san akan setega itu menyuruh pria tua untuk bersih-bersih rumah seorang diri," Kaito meringis membayangkan.

Kaito ingin membalas, bagaimanapun Kaito sudah tau jika Jii-san sudah sibuk mengurus dan menyiapkan segala kebutuhannya dalam melakukan syuting iklan sampai bermain film. Kaito mempercayakan segala kebutuhannya pada Jii-san, belum lagi mencari informasi mengenai permata pandora yang masih belum bisa ia temukan sampai sekarang.

"Aku akan menghubungi orang lain saja nanti, aku tutup dulu telponnya," Kaito mematikan layar ponsel miliknya setelah memutuskan sambungan telpon setelah mendengar balasan ibunya yang tidak terima karna diputus sambungan sepihak.

kedua manik yang sebelumnya terlihat kesal dan tertekan itu, berubah menjadi cerah dan berbinar dalam waktu singkat.

"Shinichi! aku tau jika kau akan datang berkunjung, aku juga merindukan-" kalimat Kaito terpotong, pria itu dengan cepat mengangkat salah satu kakinya yang nyeri karna Shinichi menendang kakinya kuat.

"Aku juga merindukanmu.." Kaito berucap pelan lalu meringis kembali,

"Aku sudah mengatakan semalam padamukan?" 

Kaito memandangnya kini, "pengakuanmu yang memiliki peerasaan sama denganku-" kaito menghentikan kalimatnya, "maaf .. aku tidak bisa menghentikan rasa sifat jahilku padamu. ekpsresimu sangat menggemaskan untuk aku lewatkan,"

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang