Setelah satu minggu penuh Kaito selalu datang, entah untuk menjahili atau sekedar menyapanya. kini, Kaito sama sekali tidak terlihat. sekalipun Shinichi membuka jendela kamarnya di siang hari atau sengaja tidak mengunci jendela kamar saat malam hari.
Ketika hari damai tiba tidak ada gangguan yang membuatnya terus berteriak memanggil, Shinichi justru merasa asing dan berharap bisa memanggil nama Kaito atau sekedar melihatnya secara tidak sengaja.
"Dia pasti ada di kantor agensinya yang lama,"
Shinichi menghela napas pelan, "mustahil, dia berhasil mendapatkan nama panggungnya lagi saat di Paris. jadi tidak mungkin dia meninggalkan kontrak dan membuat kontrak baru dengan-" Shinichi menghentikan kalimatnya, setelah berhasil mengambil kesadaran penuh.
Haibara sendiri tersenyum geli, sedangkan Shinichi memandangnya jengah, "tidak ada hubungannya dengan orang itu," kata Shinichi memutuskan, ia kembali bersandar pada sofa dan menatap karya baru professor.
Memperhatikan bagaimana mesin yang terbntuk dari bahan daur ulang itu kini, tengah memanggan sebuah roti, lalu berjalan pelan dan berhenti saat alat lain mengolesnya dengan selai, lalu berjalan kembali dengan roti yang menutup.
menu sarapan singkat, roti lapis. kini sudah tersedia di meja ujung mesin dengan lampu indikator yang sudah mati.
Shinichi menatap kearah Professor dengan pandangan lurus,
"Hora! jangan menatapku begitu! tidak semua orang sempat untuk membuat sarapan! terlebih roti lapis panggang!"
Shinichi enggan berkomentar, sejak tinggal dengan professor Agassa. Shinichi semakin terbiasa melihat berbagai macam penemuan dari bahan daur ulang yang di rakit kembali.
Ponsel miliknya bergetar, shinichi mengambil cepat dan membacanya. meski satu menit setelahnya, ia hanya menghela napas dan kembali mematikan layar ponselnya. senggan menanggapi,
"tumben,"shinichi melirik Haibara yang memandang heran dengan mengangkat salah satu alisnya,
"Dari Heiji," balas Shinichi malas,
"Kenapa? kau kan paling senang kalau dikabari ada kasus,"
shinichi memutar kedua bola matanya kesal, sebelum akhirnya memandang jengah dan menghela napas kesal. "dia cuman pamer, kasusnya udah selesai. lagian dia kenapa sih?! ga ada kerjaan?!"
Haibara tertawa, "kamukan juga ga ada kerjaan,"
Shinichi tidak mengelak, sejak tubuhnya menyusut menjadi anak-anak. ruang lingkupnya semakin sempit, bahkan hanya untuk memberitahukan kebenaran dari kasus saja, para orang dewasa tidak mempercayainya dan dia dilarang mendekat dengan TKP.
Berbeda dengan dirinya dalam tubuh normal, dimana inspektur bahkan menghubunginya untuk melesaikan kasus sulit. saat ini Shinichi hanya bisa mengikuti detektif Mouri untuk satu kasus.
"Sumimasen,"
Suara Ran berhasil menarik perhatian setiap orang yang ada di dalam, bahkan ketiga detektif cilik yang sedang memperhatikan penemuan professor yang lain ikut memandang penampilan Ran yang kali ini lebih rapih dari biasanya.
"Ran nee-san!" Ayumi memanggil, "cantiknya~ apa hari ini hari penting?"
"Hari penting?"
"Ah! kencan?!"
Shinichi ikut memandang kearah Ran penasaran, selama dalam hidupnya. Ran selalu bermain dengannya, meski Ran menakutkan. tapi Shinichi berjanji akan menjaga Ran sebagai sahabatnya.
"Bukan," Ran tertawa kecil menanggapi setiap pertanyaan ketiganya, "tou-san mendapatkan tiket opera di Tokyo dari kenalannya, jadi aku ingin-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionAfter Story The Magician Love Kaito berterimakasih, kalimat Chikage berhasil membuatnya kembali menginjakkan dirinya di negara Jepang. 3 tahun berniat melupakan, menyibukkan diri dalam dunia Entertainment. tapi takdir senang bercanda dengannya.