Enam

461 39 3
                                    

"Museum?" Shinichi melihat sekitar, tidak ada yang aneh. Semua berjalan sama seperti biasa- pengunjung yang datang melihat dan bercengkrama lalu bertanya pada petugas mengenai sejarah salah satu barang bersejarah yang tidak memiliki informasi lengkap.

"Bagus bukan?" Kaito menulis sebagian penjelasan yang ada pada lembaran kecil samping ruangan kaca besar yang menyimpan barang bersejarah, "tidak banyak yang tau jelas tentang bom yang memakan banyak korban jiwa,"

Shinichi mengangguk, itu pengetahuan umum, "ini bukan sepertimu,"

Kaito melirik kearah Shinichi yang tidak cukup tertarik pada kasus kali ini, "apa? biasanya saat kau melihat kasus serupa, akan bersemangat dan langsung menggebu-gebu ingin menyelesaikannya,"

Kaito terkekeh pelan, "ayo jujur saja! apa jalan denganku bisa membuatmu gugup?-" Kaito menghela napas saat mendapatkan lirikan maut dari manik biru yang sewarna dengan miliknya, "ayolah, kapan lagi kita jalan-jalan berdua, sejak dulukan kita tidak bisa kencan dengan tenang karna kasusmu selalu jadi orang ketiga dalam hubungan kita,"

Shinichi tidak membalas, kalimat Kaito sepenuhnya benar. Meski ia sudah berusaha menghindari tempat-tempat yang sering kali menjadi kasus, Shinichi masih terjebak pada kasus di tempat yang berbeda.

"Otakku juga butuh untuk berkerja," Shinichi membalas asal, ia berpikir jika dirinya sendiri merasa tidak keberatan saat menyelesaikan kasus. Dari yang sederhana sampai yang tersulit, semua menyenangkan saat ia berhasil menebaknya dengan benar.

"Otak juga butuh istirahat," Kaito membalas, maniknya melirik kearah Shinichi yang sudah memandang kesal, "jadi ada apa kau mengikutiku sampai seperti ini? aku tidak akan percaya jika kau memang benar-benar hanya ingin jalan-jalan berdua denganku,"

"Katanya kencan," pandangan Shinichi terfokuskan pada salah satu seragam yang terlihat lebih bagus dari seragam tentara Jepang lainnya, "aku hanya ingin menuruti apa yang biasa kau ceritakan,"

"Jadi benar? Ini benar kencan! Kau tidak boleh menarik ucapanmu lagi ya!"

Shinichi tidak mendengarkan, pandangannya sendiri terfokuskan pada seragam yang berbeda. Mengingat bom yang meledak cukup menimbulkan dampak yang besar, terlebih asap yang bisa menembus baju dan membuat kulit terbakar hingga terkelupas-

Minimal, seragam-seragam itu, akan menyisakan lubang karna ledakan yang tidak bisa dihindarkan.

"Kalau begitu ayo!"

Shinichi tersadar saat Kaito sudah ada di hadapannya dengan mensejajarkan tinggi badan, "....ya?" Shinichi membatin, ia sama sekali tidak medengar apa yang sejak tadi Kaito katakan padanya.

"Ayo kita pergi sekarang!"

"Kemana? Bukannya tadi katanya melihat museum?" Shinichi melangkah mundur tanpa sadar, kedua manik biru milik Kaito, selalu berhasil membuatnya tertelan hidup-hidup, "kitakan belum lama disini..... kan?" tanpa asalan khusus, Shinichi merinding dan ingin melarikan diri.

"Kalau kencan museum bukan tempat yang cocok, akukan mau menghabiskan waktu lebih banyak denganmu!"

Shinichi tertegun, Kaito memang selalu memiliki senyuman menawan yang memikat hati. Tapi jika mengingat tingkah Kaito yang selama ini selalu menjahilinya selalu berhasil membuat Shinichi merinding dan melangkah menjauh, mencari jarak aman.

"Bagaimana dengan Jii-san?" Shinichi mengalihkan pembicaraan, tiba-tiba saja ia teringat dengan salah satu pria tua yang selalu bersama dengan Kaito, saat ia berkunjung ke rumah Kaito semasa SMAnya dulu.

"Jii-san sedang mengurus masalah lain," Kaito membalas cepat, tangannya yang bebas sudah meraih tangan Shinichi, "katanya ada taman bermain di dekat sini,"

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang