Delapan

407 39 4
                                    

Kisah cinta antara putri dari kekaisaran Jepang dengan salah satu tentara pemerintahan Jepang yang menjabat sebagai komandan kala itu cukup terkenal dan di kenang banyak orang, berkisah pada seorang putri yang melarikan diri dari acara perjodohan yang sudah ditetapkan. Lalu bertemu dengan seorang tentara pemerintahan Jepang yang sedang bertugas menjaga keamanan karna serangan sekutu.

Seakan pertemuan mereka sebuah takdir, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan diam-diam dan berpisah saat pasukan sekutu melempar bom di dua ibu kota Jepang. Perpisahan, dengan permata undermoon yang menjadi saksi bisu sebagai simbol pertemuan terakhir mereka di bawah rembulan purnama.

Bahkan cerita itu sudah dibuat dalam novel dengan tambahan bumbu agar menambahkan kesan romantis dan adanya adegan tragis hingga membuat siapa saja yang membacanya terharu dan meneteskan air mata.

"Menggelikan," gumam Kaito dengan kedua tangan yang sibuk membuka kaca tebal yang menyimpan benda bersejarah bekas perang seperti seragam dan pedang di dalamnya, "kalau memang mereka secinta itukan bisa saling jujur ke keluarga mereka masing-masing!"

Keamanan sudah dimatikan sebelumnya, berkat penyamarannya yang sempurna. Tidak ada yang menyadari dirinya yang menggunakan seragam kebersihan, sekalipun polisi yang bertugas menjaga ketat. Kaito bisa melewati mereka tanpa kesulitan.

Meletakkan potongan kaca itu pelan-pelan di sisi kanan, Kaito memasuki tempat penyimpan dan mengambil pedang yang tersimpan di sebelah kanan seragam sang komandan- tokoh utama pria dalam kisah cinta tragis- yang sudah rusak dan terdapat jejak noda darah yang sudah menghitam.

"Kejarlah cintamu pria tua! Jika memang kau mencintainya seharusnya kau tidak meninggalkannya sendirian begitu saja!" Kaito mulai menceramahi dengan kata-kata yang menurutnya bijak- Kaito kini merasa dirinya begitu hebat.

Kedua tangannya dengan lihai, mengambil permata yang tersimpan di dalam pedang dengan memutar pegangan pedang setelah mencarinya dan memperhatikan cukup lama, lalu meletakkan kembali pedang itu ke sisi kanan seragam. Sebelum akhirnya ia meninggalkan tempat penyimpanan dan kembali keluar dengan menutup kaca.

"Menghadapi dunia yang kejam seorang diri, terlebih saat itu sedang perang dunia. Jika bukan dirimu siapa lagi yang bisa menjadi sandarannya?" Kaito menatap hasil kerjanya yang sempurna,

Meski Kaito sendiri sempat heran, suasana sekitar cukup sepi. Tidak mungkin, para polisi yang bertugas tidak mengetahui dimana tempat permata asli itu berada-

Suara sirine dengan banyaknya tanda merah menyala di seluruh ruangan membentuk banyak garis memenuhi seisi ruangan besar museum, suara langkah kaki polisi yang datang bersamaan untuk mengepung tempat terdengar dari berbagai arah.

-Kaito terkekeh pelan, ia masuk ke dalam jebakan para polisi yang sudah menunggu aksinya.

"Peringatan!!! Kau sudah dikepung KID!!! Serahkan dirimu sekarang! Juga permata yang kau curi!"

Kaito tertawa, kedua kakinya melompat keatas patung yang menjadi simbol musem tepat di tengah loby masuk.

Inspektur Nakamori memekik tertahan, wajahnya sendiri sudah memerah, geram dengan sikap dan tingkah KID yang hanya terlihat main-main padanya.

"KAU TIDAK AKAN BISA KABUR KALI INI KID! AKU PASTI AKAN MENANGKAPMU!!!"

KID kian tertawa keras saat mendengarnya, pasalnya. Itu adalah kalimat yang selama ini ia dengar setiap kali bertemu dengan Inspektur Nakamori, meski pada akhirnya KID selalu menjadi pemenang dengan berhasil lolos melarikan diri.

"Kalau begitu-.. " KID menyeringai tipis, sebelum tangannya mengarah keatas dan menembakkan tali ke langit-langit museum untuk melarikan diri, "coba saja tangkap aku~" teriaknya dengan tubuh yang terangkat dan mulai menaiki keatas.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang