25. A Hug

240 37 15
                                    

Haloooo, Maruk yang cantik jelita nan tak sombong kembali ꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡

Ayo pencet bintang yang ada di pojok bawaaaaah, yang siders nanti palanya Maruk pukul pake panci gosong ─⁠=⁠≡⁠Σ⁠(⁠╯⁠°⁠□⁠°⁠)⁠╯⁠︵⁠┻⁠┻

Enjoy, and happy reading 🕊️






















"Iya, iya! Gue nggak akan ngelak lagi."—Karin.
























•••••

Karin kini mulai menyadari satu hal, bahwa dirinya perlahan telah jatuh hati pada Jenandra. Setelah merenung semalaman, Karin menyadari hal itu. Dirinya perlahan memang telah jatuh hati pada Jenandra, walau mungkin hanya sekitar lima persen.

Gadis kelahiran April itu baru saja turun dari mobil sang ayah, "Papa langsung ke kantor ya sayang, kamu hati-hati ya." Karin mengangguk, lalu menutup pintu mobil sang ayah.

Menghela napas kecil lalu melangkahkan kakinya masuk, tangannya menjinjing satu buah paper bag berisi sebuah makanan kesukaan Jenandra.

Namun kali ini, gadis itu agak murung. Terbukti dari gadis itu tak menyapa ramah pada para perawat yang bertugas pagi ini, gadis itu agaknya merindukan kehadiran Jenandra di hidupnya.

Karin lebih suka ketika dirinya dibuat emosi oleh Jenandra, dibanding dibuat menangis oleh Jenandra. Telapak tangan kanannya meraih tuas pintu ruang rawat Jenandra dengan pelan.

Ah, pasti Marka yang kini menjaga Jenandra. Terbukti dari suara tawa menggelegar milik Marka yang terdengar dari dalam lift.

Ceklek!

Pintu ruangan itu terbuka, bola mata Karin seketika berkabut ketika mendapati Jenandra yang tengah menatap kakaknya yang tengah tertawa itu. "Jenandra?"

Marka dan Jenandra sontak menoleh bersamaan, paper bag yang gadis itu pegang jatuh begitu saja. Mulutnya ia tutupi menggunakan telapak tangannya, bibirnya bergetar pelan ketika menyaksikan mata yang tertutup selama puluhan hari itu kini menatapnya.

Dengan sebuah senyum manis yang selama ini Karin rindukan. Marka beranjak dari kursinya, pemuda sembilan belas tahun itu memilih untuk duduk di sofa yang berada tak jauh di sana.

Karin melangkah gontai ke arah ranjang yang Jenandra tempati, air mata mulai berdesakan di pelupuk matanya, bersiap untuk terjun bebas satu per satu.

Ke empat bola mata itu bertemu, "Jen?" Air mata gadis itu pecah ketika yang dipanggil menunjukkan senyum khasnya, dengan mata yang ikut tersenyum.

Dengan ragu, gadis itu memeluk raga ringkih yang hampir membuatnya gila belakangan ini. Marka tersenyum dari posisinya, menatap pemandangan itu dengan beberapa butir air asin yang ikut berjatuhan.

"Lo jahat banget udah buat gue nangis tau ga!" Si gadis akhirnya semakin menangis di pelukan Jenandra, sedangkan si pemuda hanya membalas pelukan itu.

Hatinya menghangat, apakah ini pertanda jika Karin mulai memiliki perasaan untuknya? Gadis itu khawatir padanya bukan? Ah, Jenandra senang sekali rasanya dikhawatirkan oleh Karin.

HEY, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang