59

8.9K 983 466
                                    

Pukul 2 pagi kala itu. Gracia terbangun dari baringan nyamannya dalam pelukan Shani. Hening mencekam sekitarnya, tak ada suara yang terdengar diwaktu itu. Hujan pun sudah tak terdengar lagi bunyinya.

Gelap sekitarnya saat tak ada lampu yang dinyalakan saat mata itu membuka lebar. Meski seperti itu, sinar bulan yang sudah keluar dari sangkarnya sedikit membantu dirinya memperhatikan sekitar yang terkena imbas sinarnya saat gorden kamar mereka tak tertutup sempurna.

Bergerak dirinya melepas diri dari belenggu hangat itu. Shani mengerang kecil tapi tak membuka mata saat Gracia bergerak turun dari ranjang menjauhinya.

Pelan kakinya menapaki lantai. Kerongkongan nya sejak tadi menginginkan belaian air.

Glupp glupp glupp
Suara air yang jatuh membasahi sekat kering di kerongkongan menjadi backsound dirinya di dapur remang ini.

Melangkah menjauhi saat tujuan awal tersudahi. Mengingat ponsel berada di sofa, Gracia mengganti halauan langkahnya. Benda pintar itu harus berada dalam jangkauan. Takut ada informasi penting yang terlewat.

Meraih si benda pintar yang berada di sofa tempat mereka duduk tadi, banyak notifikasi terlihat berjejer memenuhi layar. Sebagai seorang kapten, ponsel seorang Gracia tak akan pernah hening.

Menghabiskan waktu membaca satu persatu pesan masuk yang berkaitan dengan pekerjaan, membalas jika itu di perlukan. Hingga satu pesan benar mengambil atensinya. Tak pernah dia mendapati pesan sebanyak ini dalam satu waktu dari gadis pirang salah satu sahabatnya di JKT48 itu. Ada apa gerangan?

Larut dirinya dalam aktivitas membaca semua pesan pesan itu. Pesan pesan yang berisi makian dan terkesan ditunjukkan untuk Shani. Bingung di awal, tapi berakhir terkejut saat mendapati asal mula hal ini terjadi.

"Sayang~" sungguh kebetulan yang menarik. Gadis yang bersangkutan kini hadir dalam suasana ini. Serak suaranya terdengar jelas dari belakang. "Kenapa bangun?" ditambah pelukan manjanya dan kecupan halus di pundak. "Kamu ngapain disini, hm?"

"Ci?" menekan perasaan marah. Gracia berbalik ke belakang. Menatap Shani yang nampak masih setengah tidur; mengucek mata dengan tangan kiri.

Wajah polos dengan perangai lembut. Si bidadari yang mendapat banyak cinta dari penggemarnya. Tapi apa mereka tau sifat Shani yang lainnya? Sifat yang bahkan tak akan pernah terbesit oleh mereka. M.E.S.U.M. Sifat yang membuat Gracia harus meningkatkan kesabaran.

Lihat gadis Natio itu sekarang. Apa kelakuannya tadi tak mempengaruhinya? Gracia bahkan tak habis pikir gadisnya ini bisa melakukan kejahilan seperti itu. Memameri sesuatu yang tak seharusnya.

"Sayang, kamu kenapa, hm? Ini bahkan belum waktunya untuk bangun. Jadi ayo bobo lag- ARGGGHHHH!" Teriakan mengudara saat itu juga. Nyawa yang tadinya belum terkumpul 100% kini kembali dengan aman ke raga sempurna itu. "S-Sayang? ARGHH.. S-Sakit" semakin mengerang kesakitan gadis cantik itu. Kenapa ini begitu tiba tiba?

Perih yang Ia rasakan saat kulit pinggangnya yang yang tak tertutup kain itu menjadi tempat Gracia memberikan cubitan tanpa ampun. Tak ada rasa kasihan yang diberikan.

"Rekam suara desahan aku. Pinter ya kamu, Ci" oh. Sepertinya Shani tau kenapa dia menerima hal ini.

"S-Sayang, aku..aku cuma bercan- AWWW...AGHH. S-Sayang ini beneran sakit. Sumpahh"

"Kamu bilang bercanda? Itu privasi kita SHANI INDIRA NATIO. Tapi kamu dengan seenaknya nyebar kayak gitu. Kamu nggak tau malu apa?" Gracia dan kemarahannya menyatu dengan baik.

"Tapi sayang, kan..kan cuma sama Mpen jug- AWWWW... SAYANG AMPUN.. A-AKU MINTA MAAF. MAAF. AKU MINTA MAAF"

Helaan nafas berat Gracia berhembus kemudian setelahnya. Dia pun melepaskan cubitannya meninggalkan jejak merah yang sangat kontras dengan kulit putih tunangannya itu. Mungkin besok akan membiru atau berubah menjadi ungu. Merasa kasihan tapi Shani pantas mendapatkan itu.

After Graduation ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang