51

12.6K 1.2K 267
                                    

Nggak usah minta aneh aneh,
aku masih marah sama kalian ( ͡° ʖ̯ ͡°)
.

Sang mentari terlihat menyapa hari baru. Tak ada langit yang bersedih, nyatanya langit indah terbentang di luar sana. Suara burung-burung pun terdengar samar di pendengaran. Sungguh hal yang jarang terdengar mengingat tempat tinggal yang berada jauh dari permukaan.

Masih memejam, gadis bermarga Harlan itu tersenyum mengingat hari telah berganti dengan keadaan yang seharusnya, bangun dengan dia berada disisinya; dengan gadisnya yang tengah mendekap erat tubuhnya dari belakang.

Meskipun bayaran semua itu harus pasrah menerima tanda mata yang berada di sekujur leher. Gracia bisa apa selain menerima? Kegilaan gadisnya bernama Shani itu
benar sulit dihentikan. Bersyukur saja dia tak sampai gelap mata hingga menelanjangi dirinya.

Membuka mata terpejam bermaksud meninggalkan kenyamanan, hari baru berganti berarti pekerjaan baru menanti. Kedua bola mata terlihat kabur untuk sesaat. Mencoba sebisa mungkin terbiasa dengan sekitar dalam hitungan detik.

Ingin segera bergerak, tapi naas ada hal yang membuat dirinya harus diam dalam posisi. Menatap ke arah bawah, Gracia gadis manis itu menggeleng kecil kala menyadarinya. Tangan Shani masih begitu nyaman berada dalam bajunya; begitu nyaman memarkirkan pada mainannya. Bukan hal baru, nyatanya Gracia sudah terbiasa dengan kebiasaan gadis sempurna itu kala tidur.

Perlahan, dia membuat gerakan lebih besar. Tak lupa tangan nakal yang berada di dalam baju ikut dia keluarkan juga.

"Ngh? Sayang?" serak suara Shani terdengar. Gadis itu terganggu karena posisi nyamannya harus berubah. 

"Shhh..." reflek Gracia pun menepuk nepuk bahunya untuk menenangkan. Tak apa gadis itu melanjutkan tidur. Toh dia tak punya jadwal apa apa hari ini. Bermalas - malasan pun tak masalah. Beda dengannya yang harus bangun untuk melanjutkan tugas.

"Kamu mau kemana?" tak berhasil dia buat Shani kembali memejam. Nyatanya gadis itu terbangun dan mengeluarkan pertanyaan.

"Ke dapur, ci. Buatin kita sarapan" Gracia jawab seadanya.

"Nggak usah. Sini aja. Aku masih pengen tidur sambil di kelonin kamu" berlakon lah dia bak anak kecil lagi.

"Duh. Cici bukan bayi lagi yaa.. Jangan manja"

"Gege, pleaseee~" merajuk wanita dewasa itu di tengah kesadaran yang masih setengah. "Kalau mau makan nanti di pesen aja. Kamu juga jadwalnya agak siang kan. Jadi sini.."masih memaksa gadis Indira itu.

Menimang kecil keinginan. Mau menolak, tapi ada hal besar yang harus dia bayarkan jika memilih itu. Rengekan tak henti Shani jawabannya. Benar benar pusing seorang Gracia jika Shani sudah dalam mode ini.

Alhasil, kembali dia merebah disebelahnya. Menarik Shani masuk dalam dekapan. Dan lihat bagaimana manja dan posesifnya gadis Indira itu saat merengkuh dia balik.

Hah~ tak apalah mengikuti keinginan nya saat ini.
.

Semakin tinggi matahari diluar sana. Gerakan kecil terjadi di atas ranjang saat gadis yang memilih melanjutkan tidurnya tadi akhirnya membuka mata tanpa drama.

Meregangkan otot saat dia bangun terduduk, mengusap kecil matanya saat dia membiasakan pandangan. Tak ada yang berubah, ini masih kamarnya dan Gracia.

"Sayang?" reflek memanggilnya karena tak melihat sosok itu disebelahnya. Turun perlahan untuk membuat langkah, Shani mencari keluar kamar.

Kesunyian menyambut dirinya. Tak ada Gracia gadisnya yang biasa sibuk di dapur saat dia membuka mata.

Lurus melangkah untuk sekedar meneguk air dan membiarkan nyawa terkumpul 100%. Matanya sedikit menyipit kala melihat sebuah Note yang tertempel di kulkas

After Graduation ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang