Langit malam terlihat lebih gelap kala itu saat tak ada penerangan dari bintang maupun bulan seperti hari hari sebelumnya. Hujan memang terus melanda Jakarta sejak petang, ditambah petir yang terus terdengar mengisi kehampaan malam.
Shani masih berada disitu. Duduk diam di ruangannya menatap kosong layar laptop yang sudah menemaninya hampir seharian ini.
Bermaksud menyibukkan diri ceritanya saat Ia tak memiliki jadwal individu, gadis cantik dengan lesung pipi itu memilih menghabiskan waktu di kantor bersama staff lain. Setidaknya itu bisa mengobati kesepiannya saat tunangannya sedang tak ada disisinya.
Menghela kecil dirinya saat layar laptop ikutan menjadi gelap saat berada dalam mode sleep nya. Seakan enggan gadis itu untuk pulang apalagi beranjak sejenak dari posisi duduk membosankan itu, Ia malah memilih memutar kursinya. Mata berbalut kacamata itu kini lekat menatap ke arah luar jendela yang sengaja gordennya tak di turunkan olehnya.
Kilatan tak tentu dari langit menjadi pemandangannya saat ini. Tak cantik, tapi itu berhasil membuat Ia kembali termenung lagi, seperti tersihir oleh flash dari atas sana.
Hingga akhirnya tatapan kosong itu buyar saat deringan ponsel terdengar begitu besar dalam ruang sepi itu.
Senyum terpasang kala mendengar deringan spesial itu. Tak ada jeda yang diberikan. Karena nyatanya, panggilan itu diangkat tanpa pertimbangan.
"Halo, ci?" suara Gracia terdengar disebrang sana. Menyapa lebih dulu saat panggilannya di angkat. Suara yang sangat ingin didengar oleh Shani sejak tadi.
"Sayang~" dan tentu saja Shani balas sapaan itu dengan semangat.
"Kamu dimana, ci? Masih dikantor ya?" pertanyaan berlanjut diberikan.
"Kamu kapan balik?" alih alih menjawab itu, Shani memilih melempar pertanyaan juga.
"Um.. Aku udah di apart"
"Loh? Kenapa nggak bilang?" keterkejutan membuat gadis Indira itu bangun dari duduknya. Bahkan dengan cepat membereskan barang barang pribadinya dan merapikan meja."Katanya kamu mau nginep sama mama papa kamu dulu habis dijemput di airport tadi" cepat langkah itu keluar dari ruangan.
Meski saat ini Ia tengah dilanda kebingungan karena bukan seperti ini rencana di awal. Gracia nya memang sudah kembali setelah menyelesaikan jadwalnya di Jogja dari siang tadi. Diberitahukan lebih lanjut jika gadis Harlan itu dijemput adiknya karena akan menghabiskan waktu sehari bersama keluarga nya. Oleh karena itu, gadis ayu berdarah Jawa-Tionghoa itu memilih menyibukkan diri di kantor seharian penuh.
"Um.. Nggak jadi. Lagipula cici bisa tidur tanpa aku lagi, hm? Kemarin aja, siapa coba yang tantrum?" percaya diri Gracia mengucapkan. Lagipula, siapa yang bisa menyalahkan?
Dia yang digoda disebrang telephone saja memilih diam. Tak bisa menyangkali karena itu kenyataannya.
"Aku pulang sekarang"
"Haha Iya iya. Aku tungguin. Hati hati ya nyetirnya. Hujannya masih deras"
"Iya sayang. Selalu"
"Good. Sampai ketemu disini. I love you"
"Love you more"
Percakapan itu berakhir dengan Shani yang berlari tergesa menerobos hujan menuju ke arah mobilnya. Basah baju yang dikenakan. Berharap saja, Gracia tak memarahinya karena ceroboh seperti ini.
Tapi sudahlah. Urusan itu nanti saja. Shani masih punya misi berkendara dengan hati hati menuju tempat tinggal. Tunangan manisnya yang seenaknya meninggalkan dirinya kemarin sudah kembali. Shani rindu dan ingin segera memeluk.