42

16.3K 1.1K 208
                                    

Mana senyumnya?

∘₊✧──────✧₊∘

Bising alarm pagi itu. Berbunyi keras mengisi kesunyian kamar yang masih berbalut kegelapan. Mengerang dirinya saat matanya harus dipaksa membuka, melunturkan mimpi manis yang semua menguasai pikiran.

Meraih benda pintar yang masih bergetar hebat dengan suara yang nyaring memekakan telinga itu. Mematikannya cepat membuat suasana kembali tenang.

Bangun terduduk dia mencoba mengumpulkan nyawa yang masih melayang. Berat matanya tapi harus dipaksa menerima pemandangan di hari baru.

Jam 4 waktu saat ini. Waktu yang terbilang terlalu muda baginya untuk membuka mata di hari libur. Seharusnya dia masih tertidur lelap mengingat aktivitas di luar rumah baru akan dia lakukan sore nanti. Tapi untuk kali ini, dia tak bisa sesantai itu lagi mengingat tanggungjawab barunya setelah menjadi tunangan seseorang.

Menunduk dirinya setelah melirik tipis ke samping kanannya. Dia tahan berat tubuhnya dengan sebelah tangan saat dia memposisikan diri setengah berbaring. Reflek jemarinya di tangan yang satu bermain di wajah; mengelus pipinya lalu sedikit menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangan.

"Ngh..Sayang?" serak suara si gadis terdengar. Dengan masih memejam posisi telentang tadi berubah menyamping memeluk si pengganggu disebelahnya.

"Bangun yuk.." tak menepis posisi yang di pilih. Elusan dipunggung diberikan secara berirama. Terkekeh kecil merasakan tak ada penghalang di punggung. Semalam dia membuat gadisnya ini tidur tanpa mengenakan branya. "Nanti cici telat kalau nggak bangun sekarang"

"Udah jam berapa?"

"Jam 4, ci"

"Pagi banget.."

"Loh.. Kan semalam cici yang minta dibangunin jam segitu. Jadi ayo bangun" bergerak gadis manis itu melepas dekapan. Terkekeh kemudian kala melihat poutan kekesalan gadis cantiknya itu.

Chu~
Mencium bibir nya cepat. Hal yang selalu di lakukan untuk menghindari ketantruman gadis bermarga Natio itu.

Bergerak menjauh kala melihat senyum tipis yang kini teraplikasikan pada si gadis. Kaki jenjang berbalut celana pendek itu kini menyapa dinginnya lantai. Tak lupa dia mengikat rambutnya yang mulai memanjang.

"Kenapa liatin aku kayak gitu?" bingung dirinya kala tatapan Shani, gadis berdimple dalam itu terus mengarah padanya.

"Nggak apa apa. Suka aja lihat kamu. Tunangan aku cantik banget"

Gracia gadis manis itu menggeleng. Kini sudah cukup terbiasa mendengar gombalan maut darinya. Segera dia memilih meninggalkan; lebih dulu ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menuntaskan hal lainnya.

"Kok belum bangun ci?" Gracia tegur gadis itu lagi saat dia keluar dari kamar mandi. Bagaimana tidak? Gadis Indira itu malah terlihat memejam kembali dengan selimut yang sudah di tarik menutupi tubuh hingga leher.

"Iya. Ini udah bangun, sayang"

"Bangun kok masih baring kayak gitu?" menghela dirinya saat mendudukan diri kembali disebelahnya. Dia tarik perlahan selimut Shani. Hal itu membuat gadis yang ditegur pun segera ikut dalam posisi duduk.

Dirinya menguap. Merenggangkan sedikit otot nya sebelum mendekati Gracia dan memeluk tubuh hangat dan kecil itu.

Penuh kesabaran Gracia pagi ini. Shani memang kadang kadang suka berdrama jika bangun pagi. Jarang. Tapi selalu membuat pusing.

"Jam berapa?"

"Kamu udah nanya 2x. Ini udah jam 4 lewat. Udah mau setengah 5 malahan" jawab Gracia membiarkan posisi mereka. Bahkan saat lehernya terasa basah karena Shani mulai bergerak tak beraturan disitu. "Airnya sedikit dingin. Kamu mau mandi air hangat aja?" tawarnya kemudian.

After Graduation ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang