55

13.6K 1.2K 279
                                    

Terima kasih untuk partisipasinya di Q & A kemarin🤍
.

Mengernyit keningnya saat kedua bola mata cokelat berbalut kacamata itu menatap lekat layar ponsel di tangan kanan.

Kopi panas yang dari tadi menemani semasa breakfast dia angguri sejenak. Menghela tipis dirinya saat ponsel itu diletakkan diatas meja bersanding dengan kopi yang hanya bisa dia dapatkan sesuai jadwal yang diberikan sang tunangan.

Mengedarkan pandangan dan terhenti pada punggung Gracia gadisnya yang kini tengah sibuk mencuci bekas piring mereka di wastafel. Nampak berkonsentrasi dalam kediaman.

"Sayang?" suara Shani terdengar memanggil.

"Hm?" Gumaman kecil pun menjawab akan itu tanpa menatap.

"Kamu.. Kenapa nggak pernah pakai pemberian aku?"

Kebingungan membawa pandangannya mengarah tepat pada gadisnya yang duduk anteng di kursi meja makan. Ekspresi penuh tanda tanya diberi.

"Pemberian kamu yang mana, sayang? Kan banyak" jawab Gracia melontarkan kebingungan tanpa praduga. Karena kalau di pikir dipikir, setelah memiliki hubungan dengan gadis Indira itu, hampir semua barang barangnya adalah pemberian dari Shani. Jadi dia bingung.

Shani memang sangat memanjakan dirinya. Mungkin bisa di bilang, Gracia bak seorang Princess di sebuah Kerajaan; yang penguasanya benar mengikuti segala keinginannya.

Dan percayalah, untuk mencuci piring ini saja, dia harus berselisih paham dulu dengan gadis Natio itu. Yang terus melarang Ia melakukan banyak hal yang bisa mencelakai.

Ayolah..
Ini cuma sekedar mencuci piring. Apalagi mengingat mereka berdua selalu makan di satu piring dengan Shani yang menyuapi nya. 1 piring, 1 gelas dan 1 sendok. Hanya itu yang perlu Ia cuci.

Bekas memasak?
Jangan tanyakan.
Itu sudah di ambil alih Shani sebelum mereka menyantap bersama.

Tak ada kalimat balasan membuat Gracia meninggalkan aktivitas singkatnya di wastafel. Segera membersihkan tangan dari air yang membasahi, lalu langkah itu membawa Ia mendekat pada gadisnya disana; yang nampak mempout kesal dengan pandangan yang dilempar ke arah lain.

Sekarang, apalagi salahnya?

"Ci? Aku buat salah ya?" Ia bertanya dengan posisi berjongkok di hadapan gadis terduduk itu. Kedua tangan mengelus lembut punggung tangan Shani yang Ia genggam.

Meski memang Shani tengah kesal, tak akan dia biarkan Gracia dalam posisi itu. Lekas Ia menarik gadisnya. Kini terduduk benar di pangkuannya dengan posisi berhadapan. Keduanya bertatapan dalam keheningan. Sebelum akhirnya Gracia menyudahi itu. Ia tangkup wajah cantik Shani dengan kedua tangan. Ibu jari terlihat lembut mengelus pipi. Kecupan mendarat di kening, ujung hidung lalu ke bibirnya.

"Aku minta maaf. Gege buat salah yaa sama cici?" lucu suaranya saat mempertanyakan. Meski ekspresinya nampak sedih saat ini.

Shani terlalu lemah jika berhadapan dengan ini. Alhasil dia menghela dan memeluk tubuh gadisnya itu. Menenggelamkan wajah di leher sekalian menghirup aroma alami gadisnya yang membuat candu.

"Kamu nggak buat salah. Aku cuma nggak suka kamu nggak pakai pemberian dari aku" ujar Shani dalam posisi nyamannya itu.

"Sayang, aku hargain setiap pemberian kamu. Hampir semua barang barang aku disini, kamu kan yang nyediain. Jadi jika salah satunya tidak aku gunakan, aku mungkin lup-"

"Kartu ATM dariku" Shani memotong cepat. "Kamu tidak pernah menggunakannya. Aku habis mengeceknya tadi"

Ah. Ternyata itu yang dimaksud oleh Shani gadis sempurnanya itu. Jujur, Gracia memang belum pernah menggunakan kartu itu. Mengingat dia sedang jarang berbelanja. Di tambah, dia masih memiliki kartu sendiri untuk menuntaskan dahaga keinginan mata sesaat nya. Juga, jika bersama Shani diluar, gadisnya itu lah yang selalu membayar. Gracia jadi tidak punya kesempatan menggunakan.

After Graduation ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang