57

13.1K 1.2K 320
                                    

Kalian mesum 🫵🏻
.

"Cici kenapa sih?" teguran itu mengudara sesaat mobil terparkir sempurna di lahan kosong tempat tujuan mereka.

Gracia. Gadis yang mengambil alih kemudi memilih menanyakan hal yang sama berulang kali pada si gadis cantik berbalut kacamata yang duduk diam merenggut disebelahnya.

Entah apa yang terjadi pada gadis sempurna nya ini semenjak bangun pagi tadi. Nampak tak fokus dan selalu kesal sendiri. Karena itu juga Gracia sampai mengambil alih kemudi karena takut mengalami hal buruk dijalan jika Shani lah yang menyetir.

Dan lihat gadisnya itu sekarang, bibir itu maju 5 cm dan sedari tadi bersedekap dada menyandarkan kepala di jendela sampingnya. Dari tadi dia tak mau menatap Gracia yang bertanya. Semakin heranlah gadis manis itu. Apa dia melakukan kesalahan sampai didiamkan begini?

"Cici?" Gracia memanggil lagi. Dan hal yang sama tetap Ia dapatkan. Hingga hela nafas berhembus dengan keras. Dia buka seatbeltnya dan mendekati gadis Indira itu. Dia tarik si gadis dan menangkup pipinya dengan kedua tangan. Memaksa wajah itu menghadap padanya; elusan kecil di pipi tak jauh dari aktivitas. "Cici kenapa, hm?"

"Kesel" Ada jeda sebelum jawaban itu keluar.

"Kenapa?"

"Nggak tau, Ge. Cuma kesel aja"

Kembali gadis Harlan itu menghela. Entah untuk keberapa kali hari ini karena sikap yang diberi Shani padanya. "Aku buat salah ya sama cici?" kesabarannya Ia tingkatkan.

Gelengan menjawab pertanyaan itu. Syukurlah... setidaknya Gracia lega dia tidak melakukan kesalahan.

"Trus kesel kenapa? Cici mau aku lakuin sesuatu biar keselnya mereda?" tawar Gracia. Dia pun bingung kalau tak mendapat jawaban jelas.

"Hah~ Aku udah nggak apa apa. Nggak usah" Shani menolak. Begitulah mulutnya berucap. Mau berbohong rupanya. Mungkin dia lupa jika tak bisa melakukan itu didepan si gadis Harlan.

"Ya udah. Tapi ekspresinya harus di ubah ya setelah keluar dari mobil" Gracia memberikan pesan kecil tanpa mengais persoalan ini berlanjut. Biarlah dulu, dia cuma khawatir semakin membuat mood Shani memburuk jika dipaksa. "Cici jangan pakai ekspresi kayak gini" Jemari itu terangkat mengelus alis Shani. Terasa sekali ketegangan di wajahnya. "Aku nggak suka sama ekspresi nya"

"Maaf"

"Iya. Nggak apa apa" Gracia tersenyum dan lekas memberikan kecupan di pipi milik Shani. "Yuk keluar"

"Ge" Shani menahan tangannya. Menghentikan Gracia yang akan membuka pintu mobil. Keheranan yang diberikan membuat Ia lekas beringsut memeluk Gracia erat.

"Maafin aku.. janji nggak bakal ngulang" menyadari kesalahan rupanya. Shani jujur tengah merutuki kebodohan yang dibuat pagi ini saat melihat ekspresi yang Gracia beri padanya. Karena mimpi sialan itu, dia membuat tunangan manisnya ini khawatir. "Aku udah nggak kesel kok. Kamu percaya kan?"

Terkekeh kecil gadis Harlan itu membalas dekapan. Kekhawatiran tertangkap basah berpelukan erat di dalam mobil bersama Shani tidak Ia pikirkan. Yang penting, gadisnya ini kembali seperti biasa.

"Iya. Aku percaya. Tapi janji hari ini harus fokus"

"Iya, sayang. Aku janji" angguk Shani patuh. Dia memang tak boleh mencampur urusan pribadi dan pekerjaan. urusan mimpi sialan itu, sudahlah. Anggap Ia tak pernah memimpikan. "Yuk keluar. Makan siang nanti, aku tunggu kamu di ruangan aku"

"Iya, ci"
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After Graduation ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang