Part telah dihapus
untuk keperluan penerbitan!🙏‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
Erza kini menginjakkan kaki di kafe. Ia melihat ada arahan untuk dorong pada tulisan yang tertancap di pintu kaca tersebut. Ia pun mendorongnya. Menampilkan semua pengunjung Kafe Fourlanes. Pria itu menatap sekeliling kafe terlebih dahulu, sebelum duduk untuk memesan menu.
Sungguh menarik dekorasi kafe ini. Erza saja sampai terkesima. Menu di sini juga lumayan lengkap. Mulai dari makanan pembuka, utama, hingga penutup. Jangan lupa minumannya. Baru kali ini, Erza menemukan kafe spek internasional ini.
“Permisi, Mas. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan yang menghampiri Erza.
“Hmm ... menu yang paling favorit di sini apa, ya, Mbak? Saya mau pesan itu.” Tadinya, Erza ingin memesan kuah soto. Namun, niat itu ia urungkan karena banyak menu baru yang belum pernah dicicipi lidahnya.
Wanita dengan balutan pakaian khas pelayan kafe itu menyodorkan menu ke Erza. “Menu favorit kita di sini chocolate ice, Mas.”
Erza mengangguk paham. “Kalo makanannya?” Erza bertanya lagi.
Dua orang gadis masuk detik itu, menghiraukan dua manusia yang sedang berbincang terkait menu. Kedua gadis itu adalah Brie dan Mai. Mereka masuk secara tiba-tiba. Melihat ada pelayan, langsung saja Brie menghampirinya, sementara Mai langsung mencari tempat duduk karena disuruh oleh Brie.
“Mbak, saya pesan spageti dua, minumnya cappuccino dua, plus air mineral satu,” celetuk Brie dengan satu napas. Tanpa menghiraukan pelanggan di sampingnya. Erza pun beralih menatap sinis Brie. Seketika pelayan pun kebingungan. Hendak mencatat pesanan Erza atau pesanan Brie.
“Maaf, Mbak. Tunggu sebentar dulu, ya. Saya mau melayani pesanan Mas-nya dulu. Mbak-nya silakan duduk di kursi,” ujar pelayan itu dengan nada lembut seraya mengarahkan tangan kanannya ke arah kursi dan tangan kirinya memegang menu.
Brie mengangguk dengan muka malas dan beralih membalas tatapan Erza.
”Astagfirullah, zina mata!” Brie teriak histeris sampai seluruh pelanggan kepo dan tercengang. Sebagian dari mereka fokus menyantap makanan dan berbincang dengan orang spesial.
Mai yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya itu pun turut malu. Ia beranjak dari tempat duduknya. Bergegas menghampiri Brie. Sontak, Erza pun terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Brie.“Astagfirullah.” Pria itu kembali menundukkan pandangannya, sedangkan gadis itu meredam malu karena menjadi tontonan orang banyak. Ia menutup separuh mukanya menggunakan tangan.
“Maaf.”
Ia berlari ke arah kursi. “Ya Allah, malu banget,” desis gadis itu tepat di kuping sang sahabat. Mai terkekeh menatap keadaan Brie sekarang. Pasti sekarang sedang meredam malu. Brie memang suka keceplosan anaknya.
“Astagfirullah,” lirih gadis itu. Ia pun beralih menatap sang sahabat yang tengah duduk di kursi sebelahnya. Mai sedari tadi tertawa gemas melihat tingkah laku Brie.
“Mai, tadi kamu bilang mau bicara sesuatu? Nah, sesuatunya apa?” Gadis itu bertanya untuk mengalihkan topik yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveless, Siapa Takut? [TERBIT]
Humor‼️Dilarang Keras Plagiat. Yang Plagiat Hidupnya Tidak Berkah‼️ Berawal dari Brie, seorang gadis yang baru saja lulus SMA yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. la mencoba mendaftar pada universitas negeri menggunakan...