Chapter 8 : Cibiran

37 33 7
                                    

Part telah dihapus
untuk keperluan penerbitan!🙏

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Liza mengangkat ayam yang ia masak tadi. Menaruhnya ke piring lonjong persis berbentuk daun. Warnanya juga hijau. “Brie, panggil Zaylon, gih.”
Brie mendongak, mengangguk pelan. Gadis itu berjalan meninggalkan kemoceng dan pot bunga mawar palsu itu.

“Nak, sekalian panggil Mbah juga.”
Terdengar suara di telinganya. “Iya, Bun,” sahut Brie tanpa menengok ke arah belakang.

Brie berjalan menuju kamar Zaylon, lalu mengetuk pintunya. Pintu itu terbuka dan menampilkan wajah Zaylon dengan rambut basahnya. “Ih, tumben mandi pagi?” celetuk gadis berkaus pink itu. Ia terkekeh. Namun, wajah Zaylon masih saja merah padam. Sepertinya masih tersulut api.

“Tuh, dipanggil Bunda buat makan,” ujar Brie.

“Hmm  ....”

Brie pun meninggalkan pria itu tanpa mengeluarkan suara. Ia bergegas menuju kamar si Mbah. Memanggil Beliau untuk sarapan pagi bersama.
Brie mengetuk pelan pintu kamar mbahnya.

“Mbah Kakung?”

Namun, tak kunjung mendapat jawaban juga. “Mbah?” panggilnya lagi.

Gadis itu mencoba membuka pintu. Ternyata pintunya tidak dikunci. Brie menatap sekeliling. Netranya pun tertuju ke Mbah Kakung yang memeluk erat sebuah album foto. Ia menghampiri Mbah Kakung. “Mbah? Tadi dipanggil Bunda buat makan.”

Mbah Kakung masih setia memegang album foto itu. Acuh terhadap ucapan cucunya, memeluk album foto itu bak memeluk manusia.

“Mbah Uti,” lirih Brie.

***

Ayman dan Erza sedang diskusi terkait masalah yang dihadapi. Ayman berusaha mencari solusi untuk masalah ini, sementara Erza terdiam dan termenung. Sorot matanya seperti tatapan kosong. Nyaris kerasukan.

“Za? Jangan ngelamun,” celetuk Ayman dengan tangan yang memukul paha Erza.

“Eh, astagfirullah, sorry, Man.” Pria itu terkekeh dan refleks memukul pundak Erza.“Mikirin apa lo? Ayo ... ngaku.”

“Mikirin cewek,” jawab santai pria dengan balutan jaket hitam itu.

Ayman menggelengkan kepala. “Ya Allah. Kalo mau sukses, jangan mikirin cewek terus. Berjuang, dong, Za!”

Erza melongo, sejak kapan dirinya memikirkan perempuan? Untuk apa memikirkan perempuan yang bukan mahram? Seketika, beberapa pertanyaan pun muncul.

“Tadi, lo bilang mikirin cewek?”

Erza tertawa saat mengingat kembali perkataan asal yang ia lontarkan, lalu tak berselang lama, tawa Ayman ikut terdengar. Benar-benar konyol!

Loveless, Siapa Takut? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang