“King belum memerlukannya.”
“Dia juga harus memberi cucu.” Red bersikeras.
Membenarkan, Jemima tersenyum dengan anggukkan. Rautnya serius. “Memang. Tapi harus lewat jalur pernikahan. Ibu tidak suka kalau kau dan kakakmu menyebar benih seenaknya di luar sana.”
Bukan rahasia lagi kalau Jemima berada dalam tatanan kehidupan yang lurus, mulus ibarat jalan tol. Bersitegang dengan Logan yang terkenal kejam pun tidak masalah jika sudah berurusan dengan prinsipnya.
Jemima sudah mengalah dengan mendiamkan Logan yang mengambil alih dunia ‘normal’ kedua putranya, memberi ruang lain dengan segala ilmu berbeda yang berujung pada mengikuti jejak si mantan suami.
Yang tidak bisa diatur kemudian oleh Logan adalah masa depan penerus—anak-anak dari kedua putra mereka. Artinya, cucu-cucu Jemima dan Logan tidak boleh mengikuti jejak King dan Red, tanpa terkecuali. Jemima berat hati bila para cucu akhirnya nanti menjadi ‘penjahat’ yang masa depannya justru hancur di tangan mereka. Harus ada perubahan.
“Percuma saja Ibu menunggu. King tidak akan mau menikah.” Red menyimpan botol ramuan Jemima ke dalam saku mantel. Nanti disimpan di kotak obat sampai kadaluarsa.
“Ibu juga sepemikiran denganmu tentang King yang tidak akan mau menikah. Tapi sepertinya harapanku mulai tumbuh lagi, karena kakakmu memberitahu kalau ada seseorang yang disukainya.”
Dia menyukai adik iparnya, Bu. “Seseorang yang disukai belum tentu dinikahi.”
Tepat sekali! Diajak berkencan sampai menjalani sebuah hubungan sekian lama saja, belum tentu berakhir dengan pernikahan. Apalagi cuma sekadar suka.
Jemima memukul main-main pundak Red, bahkan sampai mencubit perut. “Langkah awal tentu dengan perasaan suka. Perlahan menjadi cinta, timbul rasa ingin memiliki. Selama aku masih hidup, akan kutunggu kalian menikah, lalu memberikanku cucu.”
Kalau mau jujur, baru beberapa hari menjalani kehidupan pernikahan, rasanya terlalu mengikat. Red tidak suka, namun berusaha menekan rasa bencinya dengan mencoba memahami perasaan kedua orang tuanya, terutama ibunya.
***
Bangun-bangun, rupanya sudah pagi. Semalam, tanpa menunggu Red pulang dari rumah ibunya, Mina tidur duluan.
Begitu mata terbuka pagi harinya, yang pertama terlihat adalah wajah tampan suaminya.
Red tidur menghadap ke arah Mina. Memperlihatkan wajah lelapnya yang tetap saja kejam, walau tidak lebih menyeramkan dari parasnya King.
Mereka tidak mirip. Red mengambil sedikit wajah nyonya Jemima, sementara King nyaris seluruh wajah tuan Logan.
Ketukan samar terdengar. Berulang sampai tiga kali, barulah Mina yakin suaranya berasal dari pintu depan.
Tanpa perlu berhati-hati, Mina melompat turun dari ranjang. Tidak sedikit pun merasa cemas Red akan terbangun karena ulahnya.
Pintu sudah dibuka, namun tidak ada siapa pun, kecuali kantong plastik sampah berwarna hitam berukuran besar tergeletak di teras.
Urung menyentuh, Mina mundur selangkah. Merasa curiga, berpikir yang tidak-tidak, tapi tentu saja dihantui oleh rasa penasaran.
Melakukan pemeriksaan terlebih dulu. Mina ke sana kemari di halaman luas rumah Red untuk menemukan sesuatu yang mencurigakan atau apa saja yang mana tahu ada kaitannya dengan kedatangan si ‘sampah’ besar.
Tidak ada.
Mina dibuat kesal sendiri. Rasa penasaran memang menjengkelkan.
Berlutut di depan bungkusan, Mina melepas ikatannya dengan gerakan cepat. Membuka sama cepatnya dan ....
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐌𝐢𝐧𝐞
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐰𝐚𝐬, 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐀𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢. 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤, 𝐮𝐜𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧.❞