29. Si Paling

45 4 3
                                    

Zara tidak ada di mana pun. Dua pelayan yang dipercaya pasti telah membawa Zara entah ke mana. Sama sekali tidak terlintas di benaknya kalau ternyata Zara juga diincar. King dan Mina cuma pengalihan. Menyita seluruh perhatian mereka semua. Membuatnya lengah.

Keturunan Blackwood! Itu yang mereka incar.

Red terpaksa akan memberitahu si ayah, karena cuma Logan yang bisa membantunya kalau sudah begini. King tidak bersedia. Itu pasti.

Red memulai panggilan. Tangannya sibuk menyalurkan kepanikan dengan menjambak-jambak rambut bagian depannya. Di seberang, Logan tidak kunjung menjawab.

Bunyi besi beradu dengan lantai, membuat Red tersentak. Langsung mematikan panggilan yang belum terjawab, segera berlari ke arah munculnya suara.

“Kau ....” Terpana Red bukan karena kagum, melainkan terkejut bukan main.

“Mereka ... mereka mencoba—”

Tidak selesai, Zara terkulai dan sempat ditangkap oleh Red. Tidak begitu tepat karena Red cuma menahan agar kepala si ibu pengganti tidak membentur lantai lebih dulu.

“Sialan,” umpatnya pelan. Butuh sepersekian detik meredakan amarahnya. Tindakan berikutnya pastilah memanggil petugas medis—dokter kandungan yang menangani Zara sejak awal.

Sambil menunggu si dokter tiba mungkin butuh waktu kira-kira enam belas menit, Red mondar-mandir di sisi ranjang Zara. Tidak berani menyentuh lebih jauh, tidak tahu harus berbuat apa. Panik!

Ditatapnya gaun tidur Zara. Di beberapa bagian terdapat bercak darah. Memang noda merah. Red tidak yakin itu berasal dari Zara. Terpantau, tidak ada luka yang terlihat.

Berniat pergi meninggalkan Zara untuk memastikan keadaan paviliun, wanita itu malah terjaga dan mengangkat lengan seolah ingin meraih lengan Red untuk mencegahnya pergi.

“Kenapa?” Pelan Red bertanya, menahan diri dan langkah. Menatap Zara yang terlihat masih ingin menggapainya. “Ada apa?”

Zara akhirnya punya kesempatan memegangi lengan Red, karena suaminya Mina itu lebih mendekatkan diri padanya. “A-aku ... aku takut.”

“Katakan padaku, apa yang terjadi?”

Butuh waktu bagi Zara. Meski cukup terbiasa dengan tindak kriminal, namun yang sampai dia harus membalas secara langsung sungguh mengguncang mental dan melelahkan fisiknya yang tengah hamil muda.

“Lawanku bukan satu, tapi dua.” Cengkeramannya di lengan Red makin menguat, pun bergetar.

“Dua pelayan itu?”

“Ya. Mereka bergantian menamparku.”

Red baru menyadari bahwa sudut bibir Zara terluka. “Apalagi yang sempat mereka lakukan?”

“A-aku ... aku tidak begitu ingat, tapi mereka ... mereka berniat membunuhku.” Tiba-tiba Zara dengan segenap rasa takut dan frustrasi serta kekacauannya, menarik kuat lengan Red sehingga pria itu agak terhuyung, tapi tidak terjatuh, cuma membungkuk.

Red menahan diri. Menekan tepian kasur. Tubuhnya yang membungkuk, tetap bertahan dalam posisi itu. “Di mana mereka?”

Bibir Zara yang kering bergetar saat menjawab. “Me-mereka—maksudku, yang satu berhasil melarikan diri.”

Kedua mata Red memicing, tidak mengubah posisinya sama sekali, bertujuan memastikan ekspresi Zara. “Lalu di mana yang satunya?”

Zara terlihat menelan ludah. Melepas pegangannya pada Red, lalu mendekatkan tangan kanannya ke mulut, rupanya menggigiti setiap kuku-kuku di jarinya dengan bergetar.

𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐌𝐢𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang