“Mari buat kesepakatan, Suami. Tidak kugigit lidahku, tapi biarkan aku melihatmu.”
King terkekeh di telinga Mina. Kecupan manis yang sedikit kasar menyentuh leher samping Mina. “Jika begitu rindu padaku, korbankan satu harimu bersama Red, lalu datanglah padaku.”
“Jangan curang, King.”
“Kalau begitu ... selamat tinggal, Sayang.” Setelah diucapkan, telapak tangan King menjauh dari kedua mata Mina.
“King!” Mina langsung melihat ke asal suara yang diyakininya tempat tadi King berada di sisinya. Berdiri, dicarinya King yang begitu cepat menghilang. Namun bayangan melewati pintu samping kafe, menandakan bahwa benar King keluar melalui pintu itu.
Mina sudah berlari ke pintu samping. Membuka, keluar dari sana dan tidak menemukan King di mana pun.
Menyerah mencari yang pasti sudah pergi, begitu Mina kembali, menemukan Red sudah duduk di kursi yang tadi ditempatinya. Yakin seribu persen kalau Red tahu bahwa King baru saja bersamanya.
“Kau mengejarnya?”
“Tidak,” geleng Mina cepat.
“Lalu? Apa yang kau lakukan?” Red cemburu. Diakuinya itu, namun tentu dalam hati.
“Hanya memastikan.”
Red mendengus. Marah yang sudah memuncak, tinggal meledak saja. Sudah saatnya membuat perhitungan! “Kutepati janjiku. Ayo.”
Mina menghela napas. Antara lelah dan kehabisan setengah kesadaran akibat ‘siksaan’ jari-jari King membuatnya hampir kehilangan keseimbangan di hadapan Red.
Diikutinya Red dari belakang, namun segera disesuaikan langkah agar mereka berjalan beriringan.
“Aku minta maaf.” Mina meraih lengan Red untuk diamit, namun pria itu menghalaunya.
“Jangan berharap bisa membujukku setelah kau membiarkan King menyentuhmu,” desis Red kesal, bahkan dari raut wajah tergambar jelas.
Mina kehilangan kata-kata karena reaksi Red sungguh di luar dugaan.
“Kau tidak tegas padanya. Jangan sungkan menodongkan pistol ke wajahnya bila dia bertindak curang seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya dan yang baru saja kusaksikan. Aku tidak pernah mengganggu waktu sepekan kalian bersama. Jika dia sulit kuberitahu, kau sebaiknya membujuk si sialan itu agar berhenti menemuimu di saat waktumu bersamaku.”
Mina tidak kecewa bila ditolak. Cuma berusaha. Dipeluknya Red erat-erat, diciuminya pipi dan apa saja yang bisa bibirnya kecup bertubi-tubi.
“Maafkan aku,” bisik Mina akhirnya, ketika Red menahan rahangnya dengan sedikit cengkeraman. “Kau tidak akan membalas ciumanku?”
Sorot mata yang berkilat marah masih tersisa di sana. Red dan rasa cemburu yang belum bisa diatasinya dengan baik. Diraupnya bibir manis Mina tanpa ampun, meski mereka kini tengah berada di pinggir jalan.
Kehilangan napas secara bersamaan, Red melepas tautan bibir mereka, kemudian memeluk Mina sambil diseretnya pergi.
“Semingguku bersamamu tidak boleh diganggu olehnya meski cuma sedetik.” Red membiarkan Mina duduk di pangkuannya. Dia pun bermanja dengan meletakkan kepalanya di dada Mina.
Mina hanya memeluk kepala Red tanpa bisa mengiyakan. Siapa pun tahu kalau King ‘orang gila’ yang sulit dikendalikan. Bahkan pada Mina pun pria itu tidak bisa menundukkan kepalanya, apalagi mengalah, menuruti maunya Mina. Tidak ada dalam kamus King, walau sebesar apa pun rasa sukanya pada sang istri.
“Jangan pilih kasih, Mina. Ingat, posisi dan status kami sama. Bahkan kalau aku bisa protes pada ayah yang membiarkan hal begini terjadi padaku, sudah kulakukan untuk membuat King dibuang ke ujung dunia. Namun karena aku tidak bisa melakukannya, tolong katakan padanya dengan tegas, Sayang.” Penekanan kata ‘tolong’ yang terucap, tentu mengejutkan dirinya sendiri. Tapi Red membiarkannya. Tidak untuk ditarik kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐌𝐢𝐧𝐞
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐰𝐚𝐬, 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐀𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢. 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤, 𝐮𝐜𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧.❞