Mina keluar kamar setelah satu jam mengurung diri. Maksudnya, mandi selama mungkin sambil berpakaian sengaja dilambat-lambatkan.
Red rupanya tidak mau menunggu. Mina senang karena batal membicarakan apa yang seharusnya dipertanggungjawabkan. Nanti. Biarkan dia bernapas lega dulu sejenak setelah insiden melarikan diri dari singa jantan dan mimpi buruk.
Memastikan bahwa Red benar tidak berada di dalam, Mina pergi keluar rumah. Sepi. Mobil Red tidak ada di garasi, justru Mina baru ingat, mobil King-lah yang saat ini terparkir asal di halaman depan rumah Red.
Aku benar-benar lupa telah mencuri mobil si berengsek itu kemarin.
Berniat mendekat, sekitar dua puluh meter, Mina sama sekali tidak tahu apalagi menduga kalau ada seseorang di dalam mobil. Barulah dia sadar ketika kendaraan roda empat itu bergerak, maju dalam kecepatan tinggi.
Tidak menghindar, Mina yakin si pengemudi cuma menggertak—walau entah siapa di dalam sana. Tidak akan menabrak, pasti berniat memperingatinya.
Jangan mati sia-sia!
Menghindar, Mina!
Jangan! Kau tidak akan kalah! Kau dilindungi oleh tuan Logan dan putranya, ingat?
Mina bahkan tidak menutup mata, meski seluruh tubuh gemetar hebat.
Sejengkal lagi. Sedekat itu jarak yang nyaris membuat Mina terguncang dan kehilangan keseimbangan. Pintu mobil terbuka, Red melangkah cepat ke arah Mina. Menarik kedua pundak Mina dan membaringkan setengah bagian atas tubuh Mina di kap mesin mobil. Sementara Red ada di atas tubuh Mina, membungkuk, mencengkeram kedua pergelangan tangan Mina di sisi kepala.
“Kemarin kau bersama King?” Sebenarnya Red tidak perlu bertanya. Mobil kakaknya dibawa pulang oleh Mina. Apalagi kalau bukan mereka bersama? Semalam sudah larut. Red juga lelah tanpa mau mempertanyakannya.
“Ya. Dia memaksaku. Menodongku dengan pistol untuk ikut ke rumahnya.”
Red berusaha untuk tidak memberi peringatan menggunakan kekerasan. “Kesalahanmu, kau tahu?”
Terakhir kali King membahasnya kemarin, Mina tahu hanya satu. “Membohongi ibumu tentang kehamilanku.”
Red melepaskan Mina. Benar-benar dilepas namun pria itu tidak pergi ke mana-mana. Tetap tegak di sana, menunggu Mina menegakkan diri setelah ditimpa di atas kap mesin mobil.
“Minta maaflah pada ibuku. Katakan sejujurnya—”
“Kau bisa donorkan spermamu padaku,” sela Mina spontan. Sedetik kemudian menyesal. Mulut dan perintah otak yang tidak sinkron.
Melalui inseminasi buatan. Itu yang dia inginkan? “Belum tentu berhasil dalam sekali mencoba.”
Mina mengangguk, mengiyakan. Memang tidak semudah yang diucapkan. Sebenarnya, bukan cuma Jemima yang senang mendengar berita kehamilannya, tapi Logan justru yang paling bergembira bila benar terjadi.
Logan nyaris tidak memiliki harapan untuk dapat menggendong cucu. King, tidak tertarik menikah. Padahal seharusnya si sulung sudah memberi Logan sedikitnya tiga orang cucu. King keras kepala. Tidak bisa dipaksa atau bisa jadi berbahaya bila Logan bersikeras.
Lewat bantuan medis pun King menolak. Kata King, “Jangan repot-repot, Ayah. Nanti, aku bisa memiliki anak atas usahaku sendiri.”
Nanti kapan? King tidak pernah bersedia memberikan Logan kepastian.
Pada putra bungsunya pun Logan tidak bisa berharap banyak. Red sama sekeras baja seperti kakaknya. Sebelas dua belas. Di kesempatan beberapa hari lalu-lah Logan menemukan ide. Memaksa putra keduanya menikah dengan Mina lewat alasan yang dibuat sedemikan rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐌𝐢𝐧𝐞
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐰𝐚𝐬, 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐀𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢. 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤, 𝐮𝐜𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧.❞