17. Keluarga Bayangan

81 8 6
                                    

“Kau kelaparan, hmm?”

Mina tidak sempat mendongak. Tahu siapa yang telah menyelamatkannya, sehingga dia bersandar nyaman di dada si tuan penyelamat.

“Dari sekian banyak hal, apa mesti pertanyaan itu yang kau lontarkan padaku?” Mina menghirup aroma yang telah dirindukannya sejak beberapa waktu terakhir.

Seperti biasa, pria itu terkekeh. Selalu bisa tertawa saat bersama Mina. “Bunyi perutmu nyaring sekali.”

Melingkarkan kedua lengan di sekeliling tubuh King, Mina menahan diri agar tidak menangis. Terus-terusan menarik dan mengembuskan napas. Mina rindu padanya, sangat rindu.

Perut boleh lapar, tubuh pun sudah pasti lemas, namun Mina merasa semuanya masih bisa ditahan asal pelukan mereka tidak cepat berakhir. Sebab kini King tengah mempererat kedua lengan kokohnya di sekeliling tubuh kecil Mina.

Dirasa tujuh menit sudah cukup untuk saling melepas rindu dalam pelukan tanpa perlu diungkapkan, King tidak mengajak Mina bicara melainkan langsung membawa si istri menuju rumahnya.

“Ambil langsung dari sini.” King memajukan wajah, di mana gigi dan mulutnya sedang menjepit, menahan sepotong cokelat. Dipamerkan pada orang yang tengah kelaparan tentu memacu kemarahan. Belum lagi apa yang baru saja dialami oleh Mina, bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Normalnya begitu. Namun berbeda jika pada mereka berdua.

“Karena benar-benar lapar, akan kuambil semuanya darimu.” Mina mendekat, tanpa jarak kini di antara mereka. Membuka mulut bukan cuma untuk mencium, tapi melahap.

King menahan diri untuk tidak terbahak-bahak. Sensasi geli sekaligus nikmat menyerangnya seketika. Pun rasa sakit mana kala Mina menggigit bibir bawah, lalu lidah. Sebelum akhirnya dihisap kuat-kuat.

Mereka berakhir di tangga, tanpa pakaian. Masih punya sisa tenaga, Mina mengeratkan kedua kakinya ketika King menghentaknya sekali lagi. Permainan selesai setelah enam menit.

“Untuk seseorang yang baru saja mengalami kejadian tidak menyenangkan, aku pasti sangatlah kuat sampai bisa bertahan dari dua kali serangan brutalmu,” racau Mina. Memuji diri sendiri, karena jangan harap King mau melontarkan kalimat pujian manis untuknya. Terengah, duduk di anak tangga pertengahan, sementara King berada tepat di satu anak tangga di atasnya. Mina berada dalam kukungan suami keduanya. Dagu King tepat berada di puncak kepalanya.

King baru ingat pada apa yang sejak awal ingin ditanyakannya pada Mina. “Ke mana kau pergi setelah memutar balik dari arah rumahku?”

Malu bukan main, Mina seharusnya tahu kalau King pastilah mampu melacak atau memantau keberadaan siapa yang dikehendaki. Namun Mina tidak menduga bahwa King mencari tahu tentang dirinya melebihi kapasitas King yang selalu memperlihatkan kesan tidak peduli.

“Kau tidak memberiku makan sama sekali sejak aku sampai di sini. Cuma sepotong cokelat, mana cukup. Aku masih sangat lapar, King.” Mina bersiap pergi dari lingkaran sesat King, namun pria itu menahan menggunakan kedua kakinya.

“Jelas-jelas terjadi sesuatu padamu. Ada apa?”

Mina menoleh melalui pundak kanan, tertawa singkat, baru sadar bahwa King memiliki secuil kepedulian padanya dan ternyata ada juga hal yang tidak bisa diketahui oleh si suami keduanya itu. “Kau sungguh penasaran?”

Diamnya King berarti iya. Sekuat dan sehebat apa pun keluarga Blackwood, mereka tetaplah manusia yang memiliki keterbatasan. Tentu punya kelemahan. Tidak terkecuali dengan King Blackwood yang dikenal ‘Maha’ seolah dunia berada dalam genggamannya—tidak, tidak sampai sebegitunya.

Mungkin selama ini Mina tidak melihatnya, namun sekarang dia mulai menyadari dan paham sepenuhnya. Masih awal untuk menyimpulkan, tapi memang King punya sisi lemah. Tunggu sampai Mina benar-benar menemukannya, maka tanpa ragu akan digenggamnya erat-erat kelemahan seorang King.

𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐌𝐢𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang