“Hahaha! Kau benar, benar sekali.” Tertawa pelan, Mina menepuk-nepuk dada King. Percuma memberitahunya.
“Jangan konyol. Kehidupan pernikahan kita, kau dan adikku, dari awal sudah tidak normal.”
“Baik, baik.” Mina mengangkat kedua tangan di udara, tanda menyerah. “Tidak akan kubicarakan hal konyol ini di lain waktu. Ternyata membuatmu kesal, ya?”
“Hei, kau kecewa?” King menahan pergelangan tangan Mina, mencengkeram, memaksa mereka agar bertatapan.
Mina akhirnya bersedia mengalah, agar bertatapan dengan King demi mengakhiri pembicaraan tak perlu. Tidak perlu bagi King, bagi Mina penting. “Tidak. Sama sekali tidak. Menyesal saja karena membicarakannya denganmu.”
King melepas Mina. Tatapannya selalu menajam di waktu-waktu yang terkadang tidak tepat.
“Terima kasih untuk makanannya.” Mina mundur. Sejauh yang dia bisa. Berpura bersiap untuk kembali bekerja.
King tidak bereaksi selain dari diam, tetap di tempat memperhatikan gerak-gerik canggung Mina yang sengaja menghindarinya, lalu hilang di balik pintu.
Mengalihkan pikirannya, Mina mengeluarkan ponsel sambil berjalan menuju ke area kerjanya. Menemukan pesan singkat dari Red yang rupanya masuk sekitar sembilan menit lalu.
(Bagaimana makan siangmu hari ini? Tiba-tiba saja aku merindukanmu)
Selain senyum setelah selesai membaca pesan dari Red, Mina langsung menekan panggilan pada si pengirim pesan.
“Aku juga.”
Di seberang, Red langsung mengernyit karena tidak tahu apa yang sedang Mina bahas. Dia terlalu fokus menghajar salah satu orangnya yang gagal mencari tahu siapa dalang di balik penculikan Mina. “Apa?”
Suara-suara tidak wajar di sana, membuat Mina paham seketika. Suami-suaminya bukanlah pria biasa. “Kubilang, aku juga merindukanmu.”
Refleks merasa tergelitik di dalam perut, Red menjauh dari kekacauan yang disebabkan olehnya. Tersenyum-senyum sendiri sambil menjawab. “Kupikir, lagi-lagi kau mengabaikan pesanku.”
Mina tertawa sebentar. “Tadi aku makan siang di ruanganku.”
“Oh, apa sekarang sudah selesai?”
“Sudah. Bagaimana denganmu?” Mempertanyakan sesuatu yang normal begini, membuat Mina merasa bahagia. Cukup dengan hal yang sederhana saja.
“Belum. Ada beberapa hal yang harus segera kuurus tadi.”
“Mau kuantarkan makan siang untukmu?”
Red berhenti tersenyum karena giginya mengering, tapi tergantikan dengan tawa penuh kegembiraan. “Jangan, Sayang. Biar aku saja yang datang menemuimu. Temani aku makan. Kau bisa?”
“Aku punya dua puluh lima menit untukmu.”
“Okay. Sampai bertemu, Sayang.”
Mina tersenyum, namun memukul pelan kepalanya karena mulutnya asal bicara. Tidak ada dua puluh lima menit waktu yang tersisa untuknya, sebab sebenarnya dia sudah harus kembali bekerja. Jam istirahat makan siang telah usai.
Memutar arah, Mina bergerak menuju ke ruangan Austin. Akan lebih sopan dan cepat memberitahu langsung, daripada lewat telepon. Sebab belum tentu pria itu langsung mengangkat di panggilan pertama. Mina berencana jujur bahwa dia perlu menemani suaminya makan siang di luar.
Belum juga sampai di depan pintu ruangan Austin, Mina melihat Zara muncul dari sisi kanan lorong.
“Kau sering begini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐌𝐢𝐧𝐞
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐰𝐚𝐬, 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐀𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢. 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤, 𝐮𝐜𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧.❞